Sepertinya Pak Bambang habis mengerjakan sesuatu yang terlalu berat, benar begitu Bu?” tanya dokter Lukman pada Risti yang hanya bisa tersipu malu. “Ya ampun, kenapa gue banyak banget bikin kissmark di badan Bambang, sih?Argh... Malunya... Ya ampun, itu di dadanya, di perut sama di leher banyak banget, ih...”gerutu Risti kesal dengan dirinya sendiri.Risti baru tersadar saat dokter menaikkan baju Bambang, hampir saja dokter Lukman tertawa dengan keras, namun ditahannya, karena terlihat otot rahangnya mengeras. “Ih... Dok, mmmm.... pengantin baru,” cicitnya sangat pelan, menahan malu yang luar biasa.“Ohh... Jadi begitu, yang pasti, lebih dari sekali, benar?” tanya dokter memaksa.“Empat, Dok. Yah... empat kali,” jawab Risti dengan polosnya tidak berani menatap wajah Dokter Lukman. Dan jangan bayangkan wajah Risti seperti apa, sudah pasti seperti kepiting rebus.“Begini, Bu. Berhubungan intim yang berlebihan dapat mengakibatkan cedera pada bagian organ intim, nyeri punggung, dan kele
Bambang duduk di teras rumah, menikmati udara pagi sambil menyesap teh manis hangat yang baru saja dihantarkan oleh Lala. Matanya memandang pohon nangka dan jambu air merah yang kini telah tumbuh bunga serta bakal buah, tanda tidak akan lama lagi akan berbuah. Sisa gerimis tadi Subuh, membuat udara terasa sangat sejuk. Sekali lagi, Bambang menyesap tehnya. “Ayo, Pah!”ajak Risti yang sudah bersiap dengan celana kaus serta baju kaus panjang, lengkap dengan jilbab sorong bewarna biru tua. Bambang menoleh pada istrinya, perutnya yang semakin membesar, dengan kulit putih glowing, tubuhnya yang semakin bulat, pipi menjadi lebar, membuat Bambang begitu takjub dengan istrinya yang kini tengah hamil sembilan bulan, sepekan lagi masuk HPL. Namun istrinya ini semakin gusar.“Jangan diliatin terus, nanti tambah bucin!” celetuk Risti saat mengetahui suaminya menatapnya dengan intens. Bambang terkekeh, lalu bangun dari duduknya, sembari membetulkan letak sarungnya yang hampir saja melorot. Keduany
Bambang tidak henti-henti mengusap air matanya yang terus saja mengalir deras di pipinya. Ia juga dengan gemas menciumi wajah wanita yang telah berjuang keras melahirkan buah cinta mereka. Betapa rasa haru dan gembira kini mengisi ruang hatinya. Memiliki istri cantik, kaya, salihah. Sekarang, memiliki dua bayi kembar berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. “Terima kasih, Sayang!” Ucapan itu berkali-kali ia layangkan untuk istrinya.Kini, Risti sudah ditempatkan di kamar perawatan VVIP. Ia tengah tertidur lelap setelah mampu melahirkan secara normal sepasang bayi kembar yang sangat menggemaskan. Kedua bayinya masih berada di dalam ruang inkubator. Berat badan lahir yang tergolong kecil, membuat keduanya harus di masukkan ke dalam ruang inkubator terlebih dahulu.Bambang melangkah masuk ke dalam kamar perawatan istrinya. Kedua tangannya menenteng bungkusan berisi teh hangat dan nasi aneka kue basah yang ia beli di kantin rumah sakit. Pelan ia membuka pintu, tampilan wajah polos ist
Risti masih menyusui Salman dan Aishwarya secara bergantian. Kedua bayi kembar itu seolah-olah tidak kenyang menyusu asi bundanya. Baru saja diletakkan di dalam box, keduanya sudah menangis ingin menyusu lagi. Risti cukup kewalahan karena ia ibu baru, langsung dapat kembar pula. Tentu saja masih banyak bingungnya dalam hal mengurus bayi kembar. Beruntungnya ia memiliki suami seperti Bambang, yang juga ikut andil mengurus bayi mereka. Bahkan, sepekan setelah istrinya melahirkan, Bambang belum juga masuk ke kantornya. Ia masih betah bermain dengan si kembar yang wajahnya merupakan duplikat dirinya. Membantu mengganti popok bekas kencing, memandikan bayinya, serta ikut bergadang menemani istrinya.Sementara ini, mereka tinggal di rumah ayah Risti, Pak Hermawan. Itu adalah permintaan ayahnya karena sekarang ayahnya sudah susah berjalan, apalagi bepergian. Pak Hermawan ingin sekali dekat dengan cucu kembarnya. Bayangkan, betapa bahagianya hati lelaki paruh baya itu, memiliki cucu kembar y
Pagi ini, Bambang mulai masuk ke kantor. Seperti biasa, Risti selalu menyempatkan dirinya untuk mengurus segala keperluan suaminya. Baju kemeja bergaris dan celana jeans favorit suaminya telah ia siapkan di atas ranjang. Salman masih terlelap, sedangkan adiknya Aishwarya sudah bangun dan bersiap untuk mandi.Bambang keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya. Risti yang duduk di kasur sambil menggendong Ais memperhatikan suaminya dengan saksama. Entah bagaimana Allah membolak-balikkan hatinya saat itu. Hingga dia bisa benar-benar cinta dengan lelaki berondong di depannya ini. Bambang mengelap tubuhnya yang basah, dengan memunggungi Risti. Aish yang tadinya berada di pangkuan bundanya kini sudah berpindah tempat ke dalam box bayi. Bersebelahan dengan abang Salman.“Kok, diam saja, sih, Pa?” Risti memeluk suaminya dari belakang. Harum sampo dan sabun yang biasa dipakai suaminya begitu segar melewati indera penciuman Risti. Bahkan ia kini mengendus punggung dan rambut s
Flash backSudah lima hari Bambang di Bandung, membereskan semua urusan percetakan yang akan dia pindahkan ke Jakarta. Tidak mungkin dia tetap bekerja di Bandung, sedangkan istrinya tinggal di Jakarta. Untuk itu, setelah berdiskusi panjang lebar dengan Risti, Bambang memutuskan untuk memindahkan usaha percetakannya ke Jakarta. Lokasi baru untuk usahanya sudah ia temukan, tidak terlalu jauh dari kompleks perumahan yang ditinggali olehnya. Sekarang tinggal membenahi semua berkas dan urusan yang telah ia tunda selama sebulan.Ya, sebulan menikah. Baru kali ini, Bambang kembali ke Bandung. Mempersiapkan kepindahannya. Lala dan Lulu sudah terlebih dahulu pindah ke Jakarta, menempati rumah baru abang dan juga kakak iparnya. Mereka bahkan sudah sekolah kembali, di sekolah baru yang dicarikan oleh Risti. Bahkan keduanya sangat senang dengan sekolah yang baru karena memiliki halaman yang sangat luas dan sangat keren, kata mereka. Sedangkan, untuk urusan percetakan, ada karyawan yang membantun
Dua hari telah berlalu sejak Risti jujur pada suaminya, perihal musibah yang ia alami di awal pernikahan mereka. Bambang sudah terlihat seperti biasa, bisa menerima keadaan yang sudah terlanjur terjadi pada istrinya. Hanya saja, Bambang masih sering murung. Apabila mengingat musibah yang dalam sepekan ini bertubi-tubi menimpa dirinya dan juga keluarganya. Bambang juga sudah dua hari ini bolak-balik ke polres, guna membereskan persoalan berkaitan dengan musibah kebakaran.Siang ini, Risti memberi ASI pada Ais di kamarnya. Sedangkan Salman baru saja pulas. Dengan suara merdu, Risti menyenandungkan selawat pada puteri kecilnya. Sesekali Risti mencium gemas pipi Aish yang gaya menyusunya sangat konyol, kadang disedot, lalu tiba-tiba dilepas. Seperti hanya ingin bermain-main saja. Namun, jika ditaruh maka bayi cantik itu akan menangis kencang, hingga wajahnya berubah menjadi biru.“De, Aish. Nennya, yang benar, dong!” Ujar Risti pada bayi cantiknya, bayi itu seakan mengerti ucapan bundany
Lelaki misterius itu mengirimkan alamat yang harus Risti datangi. Bambang pun membacanya dan mencari tahu melalui google map . Alamat ini adalah sebuah bangunan tua yang sudah tidak terpakai. Risti menelan salivanya saat membayangkan seaindainya ia tidak memberitahukan hal ini pada suaminya, jika ia terlalu berani datang ke tempat yang diminta sendirian. Risti tak sanggup membayangkannya, berkali-kali kepalanya menggeleng, mulutnya pun terus saja memohon ampun, beristighfar.Om Yuda yang sejak Subuh berada di rumah Risti bersama kedua anak buahnya tengah serius berdiskusi dengan Pak Hermawan. Bambang baru saja keluar dari kamar dan langsung ikut bergabung bersama mereka. Om Yuda menjelaskan cara agar pelaku tidak tahu bahwa Bambanglah yang datang ke sana, bukan Risti.Akhirnya, saat ini Bambang didandani oleh Risti di depan cermin. Memakai gamis besar istrinya, berikut dengan khimar yang bercadar. Memang, sesekali Risti memakai cadar saat bepergian, belum bisa konsisten. Namun, untuk