"Apa yang anda lakukan?" pekik Mazaya yang semakin melebarkan matanya saat ini."Aku hanya ingin minta tolong, Yaya." Devan masih dengan santainya membuka celana yang dipakainya itu, hingga menyisakan celana pendek ketat yang membungkus miliknya kian membesar. Siapa sangka hanya berduaan dengan Mazaya miliknya itu langsung terbangun begitu saja. Mazaya berjalan mundur ke belakang, seiring Devan yang semakin mendekatinya."Apa maksud anda meminta tolong?! Jangan main-main, cepat keluarkan aku dari sini," pekiknya yang tatapannya mengarah ke pintu. Ia harus segera ke sana dan keluar dari tempat tidur itu secepatnya.Devan tersenyum getir karena sepertinya harus mengakui kenyataan tentang impotennya di depan Mazaya. Mau tidak mau ia akan mengatakannya agar tujuannya hari ini tercapai."Kamu tahu, Yaya. Sejak kejadian di hotel waktu itu di bawah sini sama sekali tidak pernah bangun, hampir empat tahun. Mungkin itu karma atau mungkin juga kutukan atas apa yang aku lakukan padamu waktu i
"Oh, jadi seperti ini sosok asli kamu, Suha!"Devan mendesis sembari mengepalkan tangannya karena Nasuha ternyata memang menjebaknya malam tadi dan entah sejak kapan berselingkuh dengan pria lain di belakangnya. Walaupun masih belum mempunyai bukti untuk hal itu.Mungkin Devan bukan suami yang sempurna, tapi setidaknya dirinya bertanggung jawab dengan menjaga pandangannya dari wanita lain. Meskipun untuk Mazaya saat ini adalah sebuah pengecualian.Di saat yang sama terdengar suara dering ponsel milik Mazaya di dalam kamar tersebut dan sampai ke telinga Mazaya yang masih berada di kamar mandi."Apa terjadi sesuatu dengan Aska?" gumam Mazaya dengan nada khawatir, ia bahkan mengurungkan niatnya untuk melarikan diri dari tempat tersebut, sebelum memastikan putranya baik-baik saja."Aku gak punya pilihan lain," pikir Mazaya seraya mengembalikan jendela seperti ke keadaan semula. Lalu bergerak menuju ke pintu.TokTokTerdengar ketukan di pintu dan hal itu membuat Mazaya terperanjat."Yaya
"Tolong hentikan, Pak Devan. Anda sudah keterlaluan hari ini; Apa anda sadar kalau aku bisa laporkan anda ke Polisi karena tindakan pelecehan! Ah, satu lagi anda menculik saya hari ini dan itu juga bisa dilaporkan," cecar Mazaya dengan mendelikkan matanya.Namun, Devan sama sekali tidak terpengaruh atau khawatir mendengar ancaman dari Mazaya saat ini."Laporkan aja, Yaya. Apa kamu punya bukti? Kamu sendiri kan yang dengan sukarela masuk ke mobilku hari ini," ucapnya dengan senyuman tipis di wajahnya dan fokus mengemudi. Terlebih lagi tidak terjadi apapun diantara mereka, jadi apa yang harus dipermasalahkan?Mazaya menggigit bibir bawahnya, Devan pasti bisa membalas ucapannya itu dengan mudahnya. Lalu hal yang membuatnya harus menerima kenyataan adalah ia memang tidak mempunyai bukti untuk itu."Kamu belum menjawab pertanyaan ku tadi, Yaya? Gimana, kamu mau 'kan menjadi istriku?" tanya Devan dengan santainya."Sampai mati pun aku gak mau," jawab Mazaya dengan sinis. "Aku mohon jangan p
"Perempuan gak tahu diri! Jadi, kamu simpanannya Mas Malvin sampai punya anak! Pantesan dia selalu aja banyak alasan buat diajak nikah," cecar seorang wanita di hadapan Mazaya saat ini.Sementara Mazaya untuk sesaat memegangi pipinya yang terasa begitu perih karena perbuatan wanita yang entah siapa namanya itu. Tapi, mendengar wanita tersebut menyebutkan nama Malvin itu artinya wanita itu adalah tunangannya Malvin. Itulah yang dipikirkan olehnya saat ini."Tolong, maksud Mbak itu apa? Anak siapa maksudnya?" tanya Mazaya yang tidak mengerti kemana sebenarnya arah pembicaraan wanita di depannya itu.Wanita yang ada di hadapan Mazaya itu sebenarnya bernama Vivian dan tidak lain adalah tunangannya Malvin."Kamu itu bego atau emang lagi pura-pura hah? Aku tahu anak laki-laki yang ada di dalam rumah itu anaknya Mas Malvin sama kamu kan. Keterlaluan, sebegitu murahannya kamu sampai rela buat--""Cukup, Mbak!" ucap Mazaya menyela ucapan wanita di depannya itu. "Anda sudah keterlaluan di sini!
"Ada apa Mbak Suha kemari? Kok bisa tahu aku di sini?" tanya Mazaya, usai membuka pintu rumahnya.Namun, Nasuha bukannya menjawab, tapi langsung memasang wajah sedihnya dan langsung memeluk Mazaya."Yaya, aku lagi sedih dan gak tau lagi harus ngomong sama siapa," ucap Nasuha lirih.Mazaya menghela nafasnya panjang, lalu melepaskan pelukan kakak angkatnya itu darinya. Ia hanya tidak habis pikir dengan kakaknya itu saat ini. Padahal dulu membuangnya begitu saja usai menikah dengan Devan, seakan kehadirannya tidak pernah ada di dunia ini. Lalu sekarang apa? Tiba-tiba datang dengan tangisan di wajahnya. Apa ia harus menaruh iba kepada wanita di depannya itu?"Baiknya Mbak Suha duduk dulu di sini. Aku akan ambilkan air. Ah, kalau Mbak mau bisa ikut makan malam bersama kami di sini," ajaknya yang sebenarnya hanya sebatas basa-basi saja, sungguh ia tidak ingin berurusan lagi dengan kakak angkatnya itu. Tapi, tidak bisa ditunjukkannya langsung.Nasuha menganggukkan kepalanya, lalu duduk di sal
"A-pa maksud Mbak, Aska mirip sama Pak Devan? Ya, enggak lah! Itu cuman perasaan Mbak Suha kayaknya ... Selain itu juga mustahil anakku itu anak dari suaminya, Mbak. Dia anak dari pacar aku yang lain. Tapi, sayangnya dia gak mau tanggung jawab."Mazaya mengatakan itu semua dengan sedikit terbata, tapi berusaha ditutupinya dengan sikap yang setenang mungkin dan lebih seperti menunjukkan rasa sedihnya.Nasuha tidak langsung menanggapi ucapan Mazaya dan masih memperhatikan wajah Askara yang tidak lain adalah keponakannya itu. Menurutnya apa yang dikatakan oleh Mazaya mungkin ada benarnya, bahwa kemiripan yang dilihatnya hanyalah perasaannya saja atau mungkin karena terlalu menginginkan seorang anak.Sedangkan Nadia cukup terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Mazaya. Ia yakin Mazaya bukan wanita yang dengan mudahnya menyerahkan kehormatannya pada pria yang berstatus pacar. Entah hal apa yang disembunyikan oleh temannya itu. Tapi, ia hanya bisa diam saja untuk saat ini."Mbak Suha," p
"Biar aku aja yang buka, Yaya."Nasuha bergerak dari kursinya, lalu berjalan menuju ke pintu depan.Sementara Mazaya sendiri mengiyakan keinginan kakaknya itu."Iya, Mbak."Mazaya yakin, jika Nasuha yang pertama kali dilihat oleh Devan ketika membuka pintu, pria itu mungkin tidak akan sembarangan untuk bicara.Pintu pun terbuka.Dan benar saja yang datang itu adalah Devan, dengan raut wajah kebingungan karena adanya Nasuha di tempat Mazaya. Meskipun sebisa mungkin ditutupinya dengan bersikap tenang.Hal serupa pun dilakukan oleh Nasuha saat ini karena nyatanya ia tidak menyangka jika Devan akan mencarinya sampai ke rumah Mazaya."Mas Devan, kenapa ada di sini? Bukannya Mas harus keluar kota dan nggak pulang malam ini?" tanya Nasuha dengan menyipitkan matanya menatap ke arah Devan."Acaranya dibatalkan. Aku ke sini untuk memastikan apa mungkin di tempat lain selain di tempat ini. Soalnya nomor ponsel kamu tidak bisa dihubungi dari pagi dan bahkan Ibu juga menelpon kamu dan sekarang ada
"Ma-maksudnya apa ini dianulir mendadak? Apa ini ulah Pak Devan?"Dengan mengepalkan tangannya, Mazaya menebak-nebak siapa sebenarnya orang dibalik pembatalan tunjangan yang didapatnya. Setahunya itu sama saja dengan menyalahi kontrak yang ada. Mazaya membalas pesan yang masuk, tapi sama sekali tidak mendapatkan balasan."Ini gak bisa dibiarkan," gumamnya seraya melajukan kendaraan yang dikemudikannya saat ini.Setibanya di kantor, orang yang pertama kali ditemui oleh Mazaya adalah Erina. Bagaimana pun wanita tersebut adalah orang pertama menawarinya pekerjaan dan juga segala tunjangan yang menggiurkan."Bu Erina, saya mau bicara sebentar," ucap Mazaya begitu bertemu dengan wanita tersebut.Namun, sikap ramah Erina yang sebelumnya ada kini seperti menguap entah kemana dan menjadi sosok yang berbeda."Tolong jaga sikap anda, Bu Mazaya! Ini hari pertama anda bekerja dan seperti ini sikap anda kepada atasan anda sendiri?" tegasnya.Mazaya mengerjapkan matanya mendengar sikap angkuh da