Semenjak semua media tahu tentang siapa Reynald dan berita pernikahannya yang akan berlangsung, banyak media yang menginginkan wawancara eksklusif dengan Reynald dan Leanna. Bahkan sudah seminggu ini beberapa sesi foto mereka jalani sebagai model sampul majalah bridal terlaris di negeri ini.Kisah mereka yang seperti Cinderella menjadi timeline di semua berita media cetak bahkan media sosial. Ada banyak sesi wawancara yang harus mereka berdua jalani. Setelah wawancara singkat dan sesi foto dengan salah satu majalah bridal, mereka semua menuju lokasi studio foto prewedding. Karena waktu yang singkat, mereka hanya foto di dalam studio yang sudah dihias sedemikian rupa dengan bunga-bunga dan interior berwarna senada sehingga tampak sangat cantik.Leanna yang canggung, bingung harus berpose seperti apa hingga Reynald harus merangkul pinggangnya agar wanita itu mendekat. Lalu membuat pose pasangan yang terlihat sangat mesra.Akhirnya hari yang dinanti pun tiba. Sore ini grand ballroom Save
Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui tirai jendela yang sedikit terbuka. Leanna membuka matanya perlahan dan saat dia tersadar, di hadapannya terlihat dengan jelas wajah Reynald yang masih terlelap. Begitu dekatnya wajah mereka membuat jantung Leanna melonjak kaget dan berteriak. Ketika Leanna hendak berguling mejauh, kakinya terlilit selimut hingga membuat tubuh mungilnya terhempas jatuh dari tempat tidur dengan posisi kepala membentur lantai.“Kenapa kamu teriak? Kamu sedang apa di situ?” tanya Reynald yang terbangun karena mendengar suara nyaring Leanna dan menatap wanita yang tengah duduk di lantai itu dengan heran.“Aaw. Ah, itu … aku cuma kaget,” jawab Leanna sambil menggigit bibir bawahnya sedangkan tangannya mengusap keningnya yang berdenyut karena sempat terantuk lantai.“Kenapa kepalamu? Sakit?” Reynald pun menghampiri Leanna dan duduk di hadapan wanita itu seraya memeriksa kepala Leanna.“Ini … hanya terbentur sedikit, kok!” Leanna berusaha menjauhkan wajahnya dari w
Leanna membuka matanya perlahan, tapi kali ini dia sedikit heran mendapati tempat tidur di sebelahnya kosong. Tempat di mana biasanya dokter tampan itu tidur. Leanna berusaha mengingat apa yang telah terjadi kemarin malam dan begitu sadar, wanita itu segera memeriksa tubuhnya yang tertutup selimut dari atas hingga ke bawah. Sepertinya pakaian di tubuhnya masih utuh. Lalu apa yang terjadi dengan pria itu? Leanna bangkit dan berjalan pelan karena kakinya masih sedikit ngilu akibat gterkilir kemarin. Dia membuka pintu pembatas antara kamar dengan ruang santai. Di sana dia melihat pria itu masih terlelap di salah satu sofa panjang. Leanna berjalan menuju sofa sepelan mungkin seolah tak ingin mengganggu tidur lelap sang dokter. Diamatinya wajah tampan nan damai itu sambil tersenyum tipis. Andaikan pria ini benar mencintainya pasti hidupnya akan bahagia sekali. Tiba-tiba kelopak mata Reynald bergerak dan membuka. Untuk sesaat netra hitam pria tampan itu menatap Leanna dalam. Wanita itu te
Di kamar Safira, Reynald segera memeriksa kondisi wanita itu dengan teliti. Kemudian segera menelepon seseorang yang dikenalnya dan memerintahkan Tania untuk membawa Safira menuju rumah sakit terdekat. Reynald segera membopong kembali Safira setelah memerintahkan Tania untuk turun lebih dulu dan mengambilkan mobilnya melalui vallet parking di lobi hotel.“Saya harus bawa Safira ke rumah sakit. Dia harus segera dioperasi karena radang usus buntunya yang parah. Kamu tunggu di sini saja, ya!” kata Reynald tanpa jeda saat melewati Leanna kemudian pergi begitu saja tanpa sempat mendengar jawaban wanita itu.Leanna hanya bisa tertegun di tempatnya melihat pria yang menjadi suaminya sedang sibuk mengurus wanita lain. Walaupun dia berusaha memaklumi karena profesi pria itu adalah seorang dokter, tetapi hati kecilnya tetap merasa kecewa ketika ditinggalkan begitu saja.“Kamu tidak apa-apa, kan, Leanna?” tanya Arvian hati-hati saat melihat perubahan raut wajah Leanna.“Ya … aku tak apa-apa.”Di
Liburan bulan madu yang Leanna harap menyenangkan ternyata justru malah mengecewakan. Keadaan yang menurut Leanna lebih seperti sedang menonton drama ketimbang menjadi pemeran utama karena pria yang menjadi suaminya lebih sibuk mengurus wanita lain yang menjadi pasiennya daripada mengurus wanita yang menjadi istrinya.Walaupun akhirnya dia tahu hubungan Reynald dengan Safira hanya sebatas teman. Setelah semua kesalahpahamannya terjawab dengan melihat sendiri apa yang dilakukan pria itu untuk Safira, wanita yang terlihat angkuh dan rapuh secara bersamaan, Leanna pun tak bisa protes karena kehadirannya belum memiliki arti yang mendalam di hati suaminya.Bahkan sekembalinya dari liburan bulan madu, mereka masih terlihat canggung satu sama lain. Meskipun Kakek Antony menyambut mereka dengan sangat gembira dan dengan berbagai pengharapan, mereka masih dua orang yang asing. Terlihat sekali Leanna berusaha keras menyesuaikan posisinya sebagai pendamping Reynald.“Kalian pasti lelah. Istiraha
Reynald masih terpaku di depan pintu masuk. matanya menatap tak percaya pada sosok di hadapannya. Sosok yang selama ini meninggalkan kesan sekaligus luka di dalam hatinya. Reynald bahkan sudah hampir melupakannya, tetapi tiba-tiba saja wanita itu kini sudah berdiri di hadapannya dengan penuh senyuman seolah tak ada hal buruk yang terjadi pada keduanya. “Ah … aku benar-benar merindukanmu, Rey,” lanjut wanita yang tiba-tiba sudah ada di rumah Reynald. Dengan senyuman yang tak pernah hilang dari bibirnya, dia kembali melanjutkan ucapannya, “Aku sudah membuatkan makanan kesukaanmu. Ayo kita makan bersa … ma.” Kalimat wanita itu sempat menggantung saat matanya menangkap sosok Leanna yang berada di balik punggung pria yang dicintainya. “Dia siapa, Rey?” tanya wanita itu pelan. Rasa tidak suka dan kecewa tergambar jelas di wajah cantiknya. Reynald menarik napas panjang sebelum bicara, “Leanna, dia Rysha. Dokter Rysha ini adik kelas saya. Sekarang bisa tolong letakkan tas saya di kamar,” k
Embusan angin hangat yang menerpa keningnya membangunkan Leanna dari tidurnya. Hal pertama yang dilihatnya ketika membuka mata langsung membuat jantungnya nyaris melompat dari rongganya. Leanna memejamkan kembali matanya kuat-kuat berusaha mengingat apa yang telah terjadi semalam hingga mereka dalam keadaan seperti sekarang. Tidur berdua saling berhimpitan di sofa panjang ruang tamu apartemen Reynald. Iya, berdua di sofa sempit itu. Salah satu tangan Reynald melingkar di pinggang Leanna sedangkan tangan yang satunya lagi dijadikan bantalan.Leanna mematung tidak berani bergerak sedikit pun. Berusaha menenangkan jantungnya agar tak berdetak semakin kencang . Namun sepertinya suara detak jantungnya sangat berisik, hingga membuat pria di hadapannya terbangun dan mulai bergerak pelan.“Ah … kamu sudah bangun.” Pria itu membuka matanya tanpa rasa canggung sedikit pun dan membuat Leanna semakin salah tingkah. Jarak wajah keduanya yang hanya sesenti membuat Leanna nyaris menahan napasnya.“D
“DOR!” Sebuah tepukan diiringi teriakan nyaring membuyarkan lamunan Leanna. “Kamu kenapa pagi-pagi kok melamun di sini?” tanya Arvian dengan senyum cerianya saat melihat Leanna baru memasuki lobi gedung.“Suaminya selingkuh kali! Tuh, lihat wajahnya merengut begitu,” sahut Alvaro asal.“Sembarangan! Suami aku bukan tipe yang seperti itu tahu!” sungut Leanna jengkel.“Bercanda, Leanna,” kata Alvaro santai sambil merangkul Leanna dan menyeretnya menuju lift.“Hei, Alva! Kenapa kamu sembarangan merangkul Leanna? Lepas! Cuma aku yang boleh merangkul dia seperti itu!” teriak Arvian sambil mengejar keduanya sampai ke dalam lift.“Jangan pelit dong, Vian! Aku juga suka tipe wanita seperti Leanna. Lucu!”Arvian dengan cepat menjitak kepala Alvaro sambil menarik lengan Leanna menjauh dari sepupunya itu. “Cari saja di tempat lain, jangan Leanna. Tidak cocok sama kamu yang playboy!” sungut Arvian jengkel.“Memangnya kamu cocok sama dia? Buktinya dia nikah sama orang lain, bukan sama kamu!” Kata-