Penuturan Kevin menceritakan tentang kondisi Andrian sebelum pergi untuk selamanya membuat Selena kembali menitikan air matanya.“Pak Andrian pergi dan menyudahi sakitnya karena Bu Diandra sudah menikah dengan laki-laki yang hanya mencintai dia seorang,” kata Selena sembari terisak pelan.Kevin mengangguk. “Ya. Andrian selalu berucap seperti itu berkali-kali. Tenang, bisa pergi karena Diandra tidak kesepian. Ada Giandra yang akan menemani adiknya sampai tua nanti.”Selena menelan saliva dengan pelan. “Begitu sayangnya Pak Andrian pada adiknya. Bahkan, dia rela tidak mencari calon istri hanya karena ingin menemani adiknya.”Selena salut dengan sikap Andrian. Sudah menjadi kakak yang baik untuk Diandra.“Bu Diandra pasti terpukul banget karena kehilangan kakak sebaik Pak Andrian. Saya yakin, saat nanti Pak Justin bangun, dia pasti sedih dan kehilangan Pak Andrian.”Kevin mengangguk. “Sudah pasti, Selena. Tapi, saya pernah mendengar ucapan dari seseorang. Orang baik, akan cepat dipanggil
Hingga dua jam berlalu. Justin sudah dipindahkan ke ruang rawat. Di ruang VIP dengan perawatan khusus untuk Justin yang baru saja melakukan tranplantasi jantung.“Sudah jam sepuluh. Kenapa belum tidur?” tanya Justin kepada Selena yang masih duduk di samping sang kekasih.“Belum ngantuk, Mas. Masih pengen lihatin kamu. Udah lama nggak pernah ngobrol panjang lebar sama kamu.”Justin mengusapi pipi Selena dengan lembut. “Maaf dan terima kasih. Maaf karena sudah buat kamu khawatir. Dan terima kasih karena sudah mau menungguku sampai siuman lagi.”Selena menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Sama-sama dan aku maafin.” Selena menghela napas dengan panjang. “Jaga jantungnya baik-baik. Biaya operasi kamu mahal tahu nggak.”Justin terkekeh pelan. “Semahal apa? Miliyaran?”“Iya emang milyaran, Mas. Hampir dua puluh milyar.”Justin manggut-manggut. Terlahir dari
Selena menangkap ungkapan Andrian kepada Justin. Sehingga membuat dirinya menjadi gelisah tak menentu.Namun, Justin meyakinkan Selena bahwa dia sudah menghapus nama Diandra di hatinya. Ia menggenggam tangan Selena dan menatapnya dengan amat lekat."Bukan itu maksudnya, Selena. Aku yakin bukan itu. Aku berpikir kalau Andrian juga mencintai kamu. Dia rela memberikan jantung ini ke aku agar bisa merasakan cinta dengan kamu, melalui ragaku."Selena tersenyum campah. "Kenapa kamu berpikir seperti itu, Mas? Kalau memang Pak Andrian suka sama aku, kenapa tidak dia beri tahu?""Kenapa kamu ingin tahu perasaan Andrian? Cinta juga, sama dia?"Selena memijat keningnya sembari memejamkan matanya dengan erat. "Bukan itu maksud aku, Mas Justin! Bukan!"Justin menghela napasnya dengan pelan. "Aku gak mau debat sama kamu, Selena. Aku baru siuman. Butuh tenaga untuk debat sama kamu yang tidak pernah mau kalah itu."Selena lantas bangun dari duduknya.
Penuturan panjang lebar Dokter Fahmi berhasil membuat dada Selena sesak. Mencerna setiap ucapan dokter yang menangani Andrian sejak lama. Penyakit yang bersarang di tubuh Andrian seringkali datang dan pergi. Diobati, hanya agar kembali sehat. Tapi, sebenarnya penyakit itu masih melekat dalam tubuhnya.Kevin menolehkan kepalanya dengan pelan ke arah Selena yang tengah menekan dadanya lantaran sesak yang ia rasakan. Kevin tahu apa yang sedang Selena rasakan. Ia lantas menepuk bahu perempuan itu."Kesimpulannya adalah ... Andrian memang mencintai kamu. Mengalah karena dia sadar, kamu tidak akan pernah mencintainya. Memilih menyelamatkan Justin yang sangat berarti bagi kamu. Melihat orang yang kita sayang bahagia adalah cita-cita semua manusia. Dan itu yang dilakukan oleh Andrian."Kamu yang terus menerus menangisi Justin membuat Andrian tak tega melihatnya. Akhirnya ia berinisiatif untuk mengakhiri hidupnya agar kamu kembali tersenyum. Bahagia hidup bersama Justin
Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Karena Justin yang terus menerus merengek ingin ditemani Selena tidur dalam satu tempat tidur, terpaksa perempuan itu menuruti keinginan sang kekasih.Matahari tengah menerobos masuk pada celah-celah ruangan tersebut. Mengintip dari balik jendela. Melihat sepasang kekasih yang masih terlelap dalam tidur mereka.Hingga perawat datang dan mengulas senyumnya kala melihat pemandangan yang luar biasa. Di mana Justin tengah memeluk mesra Selena dalam keadaan tertidur pulas.Selang oksigen yang masih menempel di mulut dan hidungnya, serta selang infus di tangannya rupanya tidak menghalangi keromantisan sejoli ini.“Cairan infus sudah habis pun tidak terasa oleh pasien yang sedang dimabuk asmara itu,” gumam perawat itu sembari menggantikan cairan infus Justin.Hingga akhirnya Selena membuka matanya kemudian menguceknya. Melepaskan pelukan Justin dengan hati-hati kemudian turun dari bangsal itu.“Maaf ya, Sus. Saya tidur di sini. Diminta Pak Justin soalny
Pertanyaan itu melintas begitu saja dari mulut Selena. Hingga membuat Justin menolehkan wajahnya dengan cepat kepada perempuan itu.“Aku nggak pernah meminta itu sama kamu, Selena.”“Ya udah kalau gitu, jangan nuduh aku terus.”“Aku nggak nuduh kamu!”“Buktinya kamu terus mengintimidasi aku agar mau jujur. Aku udah jujur, tapi kamu nggak percaya. Itu namanya kamu nuduh aku yang nggak-nggak.“Tanpa kamu sadari, kamu sudah merusak hubungan kita. Yang katanya mencintai aku dengan tulus, buktinya sama perasaan aku aja kamu nggak peduli.”Selena—yang katanya tidak mau debat pun harus mengeluarkan kekesalannya pada kekasihnya itu. hingga membuat Justin tak bisa berkutik lagi.Pria itu hanya mengusap wajahnya dengan pelan kemudian menunduk sembari menangkup keningnya. Sementara Selena duduk di sofa yang tak jauh dari Justin.“Maafkan aku, Selena. Aku ke sini mau minta maaf, bukan mau debat sama kamu. Aku gak mau salah paham terus. Aku minta maaf,” ucapnya dengan pelan.Setelah lima menit ber
Tubuh Selena seketika menegang. Tangannya bergetar dengan surat yang masih ia genggam. Tetesan air mata kembali berlinang di pipinya.Mulutnya terbuka, tapi tak bisa berkata apa-apa lagi selain tak percaya jika Andrian benar-benar mencintainya.“Hhh! Rasanya nggak percaya kalau Pak Andrian mencintaiku. Semua kebaikan yang dia lakukan padaku rupanya karena memiliki rasa.“Setiap kali tertawa melihat aku dan Mas Justin bertengkar, rupanya tawa cemburu. Kenapa hebat sekali kamu menyimpan semuanya, Pak Andrian.“Bahkan, kamu merelakan Bu Diandra menikah dengan orang yang sama sekali tidak dia cinta hanya untuk mempersatukan aku dengan Mas Justin.”Selena tersenyum getir. Kekonyolan apa lagi yang mengitari hidupnya. Satu persatu rahasia yang Andrian sembunyikan akhirnya terbongkar dengan sendirinya.Hingga dering ponselnya berbunyi. Panggilan dari Kevin.“Halo, Pak.”“Udah baca suratnya? Emang, ulang tahun kapan sih? Kok Andrian bisa tahu, sedangkan Justin aja kayaknya gak tahu.”“Sebenarn
Selena menggelengkan kepalanya, menghilangkan semua pikiran kotor dalam otaknya. Berpikir jika Andrian masuk ke dalam tubuh Justin adalah hal terkonyol yang Selena pikirkan.Setelahnya kembali ke dalam dan menghampiri Justin yang sedang menyandarkan punggungnya di sandaran bangsal."Kalau ke kantor, boleh apa nggak?" tanya Selena kemudian.Justin menggeleng dengan pelan. "Nggak boleh. Kamu harus tetap di sini menemani aku sampai sembuh. Papa udah punya sekretaris untuk handle kantor. Jadi, kamu udah nggak dibutuhkan lagi di sana. Kamu hanya dibutuhkan di sini."Selena mengerutkan keningnya. "Terus, setelah kamu kembali ke kantor, sekretarisnya diganti juga? Udah bukan aku lagi?"Justin menggeleng kembali. "Kamu akan menjadi sekretaris pribadi aku selamanya. Jadi sekretaris di kantor, dan jadi istriku di rumah. Aku gak mau menggantikan kamu walaupun kita sudah menikah nanti.""Oh, gitu. Aku pikir kamu akan ganti sekretaris kalau kita sudah menikah."Justin mengulas senyum kembali. "Ngg