"Apa? Apa yang kamu katakan?" Philip merasa gusar dan marah. Dia membentak Louis, "Kamu tau apa akibatnya?"Reputasinya akan terancam! Dia tidak bisa mengatakan dengan mudah acaranya batal atau ditunda, mereka menunggu terlalu lama. Seharusnya diumumkan dari tadi sebelum belnya berbunyi, sedangka semua orang sudah tidak sabar menanti. Lamaran ini impian para gadis, seharusnya Alyra menjadi gadis yang paling bahagia didunia!"Tuan, sekali lagi maafkan saya. Ini diluar prediksi kami. Keteledoran ini seharusnya tidak terjadi!." Philip mengusap wajahnya dengan kasar dan sangat gusar. Dia baru saja ditinggal pergi Alyra, dan sekarang reputasinya terancam!Aurora merasa iba, dia tau reputasi Philip akan buruk jika acara ini tidak berjalan. Philip akan dipermalukan dan rasanya menyedihkan. Dia baru saja merasakannya tadi pagi.Tetapi semua tidaklah mudah, harus ada timbal balik. Aurora menyentuh ragu bahu Philip, dan berkata, "Aku bisa membantumu." Philip tersentak dan langsung menatap Aur
Kini Aurora dan Philip berdiri diatas Rooftop layaknya sepasang kekasih. Para pengunjung dan tamu sangat kagum dengan mereka, Gadis itu sangat cantik, dan Laki-lakinya sangat tampan. Mereka sangat cocok!Mereka tak henti-hentinya memuji, apalagi setelah mengetahui, gadis itu yang tadi gaunnya ketumpahan minuman dan tidak marah. Mereka jadi gosip hangat sekarang!Philip memegang mic lalu berkata, "Dimalam yang spesial ini, saya ingin memperkenalkan seseorang yang sangat... Spesial." Dikalimat akhir, Philip menjeda ucapannya dan menatap Aurora, kornea matanya seolah mengejek gadis itu.Kemudian dia kembali berkata, "Ini adalah hari yang kami tunggu-tunggu sangat lama..." Philip menghadap samping dan menatap Aurora, entah kenapa keduanya terlihat gugup. Hanya saja Philip berusaha menutupinya dan bersikap tenang.Philip menggenggam tangan Aurora yang terasa dingin, dan berkata, "Sayangku...Maukah kamu mengisi kekosongan hidupku, dan menemaniku sampai kita menutup mata untuk yang terakhir
Aurora memandang langit-langit malam dari atas Balkon, dia tidak pulang kekediaman keluarga Adelina, melainkan tinggal disebuah Panthouses milik Philip. Philip membawanya kesana dengan paksa setelah pertengkaran tadi. Dia memang tidak berniat pulang dan ingin nginap dihotel awalnya. Panthouses mewah itu terletak dipusat ibu kota Ivaly, Negara Satara. Diantara bangunan-bangunan yang menjulang tinggi.Aurora menyalakan ponselnya yang tadi dimode pesawat dan mengecek sosial media, Berita acara tadi ternyata sudah menjadi topik hangat di kota Ivaly. Berita itu mendapatkan banyak komentar baik dan langsung menjadi Viral! Kemungkinan besar saat ini para media tengah mencarinya beserta Philip untuk mendapatkan pundi-pundi dollar dari berita.Yang Aurora bingung, siapa sebenarnya Philip? Sampai acara kejutan tadi begitu menghebohkan kota Ivaly. "Sepertinya dia bukan orang sembarangan! Kenapa aku tidak mencari tau saja, siapa itu Philip?" Aurora membuka sosial medianya, mencari nama Philip,
Pria setengah abad tapi masih terlihat gagah dan berwibawa. "Papa fikir kamu sudah lupa perusahaan ini." Hirawan bertanya dengan nada tak acuh.Aurora tersenyum sinis, "Kenapa?""Kabur dari pernikahan adikmu, lalu tiba-tib bertunangan dengan orang lain tanpa sepengetahuan papa. dan sekarang memutuskan menikah tanpa meminta izin! Aurora, aku ini siapa kamu?" Sentak Hirawan, raut wajahnya terlihat marah dan matanya menatap tajam anak gadisnya.Aurora membelalakkan matanya, berita pertunangan di malam itu tidak membuatnya kaget jika Hirawan mengetahuinya. Tapi kalau pernikahan, dari mana papanya tau?Aurora menahan rasa cemasnya dan terlihat tenang, dia menjawab tak kalah acuh, "Bukankah papa juga memutuskan menikahkan Alice kepada Erick tanpa memikirkan aku?" Aurora tidak mau kalah, dia membalas ayahnya.Hirawan terdiam dan tidak tau harus menjawab seperti apa. Yang dikatakan putrinya memang benar, dia memutuskan mengizinkan Erick menikahi Alice, sedangkan Putrinya yang satu terluka dan
"Kalau kalian tidak berniat keluar, biar aku yang keluar!" Ujar Aurora, dia berniat melangkah. Tapi Erick lebih dulu menekan tombol dan pintu lift tertutup.Aurora menahan kekesalannya karena harus terjebak dengan dua orang yang tidak memikirkan perasaannya. Tidak melihat tempat dan suasana dimanakah mereka berada.Erick mundur menarik kepala Alice bersender didadanya, dan memeluk pinggangnya dengan erat, laki-laki itu meliriknya dan tatapannya menyimpan kebencian. Erick sengaja membuat hati Aurora panas dan cemburu!Aurora berdiri disudut lift room dan melipat tangannya didada, menatap kedepan menunggu lift terbuka dengan tidak sabar. Hatinya jangan lagi ditanya, dua orang itu sengaja membuat hatinya semakin terpuruk.Aurora berusaha menahan diri dan bersikap tenang, seolah kehadiran dua manusia disampingnya itu tidak ada. Seperti tidak memiliki pekerjaan hanya menghitung angka yang seolah sangat lamban berganti menunggu datangnya lift terbuka.Erick tersenyum sinis, dia tahu Aurora
Aurora mengepalkan tangannya dengan kuat. "Lebih baik aku jadi pengangguran dari pada bekerja dibawah kendali Wanita licik itu!" Aurora menuding tajam Alice."Aurora! Brakkk!" Hirawan murka sampai menggebrak meja dengan keras. Aurora sama sekali tidak takut, sebab dirinya tidak bersalah dan memiliki hak diperusahaan yang dibangun oleh mendiang ibunya. Alice sangat licik dan hidup dengan hedon, dia selalu menghabiskan uang dan berfoya-foya.Setelah dia berkorban waktu untuk menangani perusahaan ini dalam beberapa tahun terakhir, saat perusahaan Adelina terkena masalah dan nyari gulung tikar lalu bersaing tender dengan perusahaan lain, dia berjuang untuk membuat perusahaan Adelina semakin tinggi, sekarang dia dihempas begitu saja!Hirawan membuang nafasnya dan menatap putri kandungnya, "Papa hanya ingin kalian berdamai. Tidak perlu bertengkar dan memperebutkan warisan!""Memperebutkan warisan? Semua aset keluarga Adelina itu milik Mendiang Mama! Apa papa lupa? Mereka datang dengan tang
Louis sampai harus memastikan ulang pendengarannya, barang kali telinganya kali ini tidak berfungsi baik alias salah mendengarkan. Mendengar perintah Presdir Philip yang ingin Putar arah dari jalan menuju kediaman tua keluarga Mayer, menuju Panthouses yang dihuni Istrinya, rasanya sulit dipercaya. Ketika dia mau bertanya, Philip sudah menatapnya tajam dibelakang seolah sudah membungkam lebih dulu mulut asisten pribadinya yang kebanyakan bertanya.Mereka menikah dan hanya bertemu dua kali, diacara malam itu dan diKantor sipil. Setelah itu, Philip besoknya langsung pergi keKota Menara Effilia selama satu minggu. Mereka tidak punya nomer masing-masing dan tidak pernah berkomunikasi. Hubungan itu sangat buruk. Wajar saja jika Louis ragu!*****Didekat sebuah taman hiburan dipusat kota Ivaly, Aurora menghentikan mobilnya lalu turun. Dia duduk disalah satu bangku kayu dibawah pohon yang rindang. Sambil memangku tangannya diatas paha, matanya mengamati beberapa pejalan kaki yang liwat, lal
"Erick!! kamu keterlaluan!!" Sarkas Alice yang sudah emosi dan hilang kendali. Wajahnya sampai merah karena marah.Alice menyusul Erick karena ponsel milik Erick tertinggal dimeja kerjanya, dia fikir Erick akan keperusahaan grup Axelio, tidak disangka malah menemui Aurora. Dia mendengar semua kata-kata Aurora dan Erick, Alice semakin membenci Aurora."Dan kamu..." Alice menunjuk Aurora. Matanya memerah, emosinya benar-benar tidak terkendali. "Erick sudah menjadi suamiku. Mengapa kamu masih menggodanya? Kelakuan kamu sangat murahan! Dasar Pelakorrr!" Alice sengaja berkata dengan keras dan berteriak, air matanya berlinang deras seolah dia wanita paling tersakiti.Mereka berada ditempat umum, dalam sekejab orang-orang disekitar mereka berhenti dan menatap mereka. Mereka menjadi pusat perhatian, Aurora menjadi bahan guncingan karena dianggap sebagai pelakor, padahal sebenarnya yang pelakor itu Alice. Mereka telah salah paham karena Alice sengaja membuatnya malu. "Ouh, ternyata pelakor. Ca