Share

Galak

"Nggak rugi kasih makanan sebanyak itu?" tanya Rara saat pintu Gilang tutup. "Dan juga aku perhatikan warung selalu tutup saat azan. Apa tidak rugi? Dan apa tidak keawalan menutup toko jam setengah enam sore?"

"Tidak. Justru untung. Ada tabungan buat di akhirat kelak," balas Gilang sembari memperlihatkan senyum yang khas. "Dan salat itu wajib, tidak boleh ditunda. Akan merugi. Makanya aku tutup saat azan. Rugi di dunia tidak sebanding dengan rugi di akhirat. Lagi pun alasan aku tutup sebelum maghrib agar bisa menemani kamu."

Rara mendelik muak.

"Ya sudah, ayo kita ke dapur. Aku sudah siapkan makan malam. Kita makan sama-sama," lanjut lelaki itu lagi.

Pasrah? Ya, Rara pasrah. Lagi pun sekarang sudah pukul setengah delapan malam. Sudah waktunya makan malam.

Rara menolehkan kepala dan menatap Gilang. Ia heran, terbuat dari apa hati lelaki itu. Satu kali pun tidak pernah marah. Tidak pernah pula berkata kasar. Rara ingat semingguan menikah dengan Gilang yang dilakukannya hanya duduk, diam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status