Share

Bab 22.

“Mema?”

“Sedang apa kamu di sini? Siapa kakek dan anak kecil barusan?” tanya Mema menyelidik, tetapi masih dengan mimik wajah yang dingin. Entahlah, aku tak tahu apa yang ada dalam pikiran mertuaku sekarang.

“Ah itu, Mema. Dia seorang pemulung yang sempat pingsan di depan rumah sambil memungut nasi basi di tong sampah. Kasihan sekali. Mereka kelaparan. Makanya, aku sengaja memberikan sedikit uangku. Semoga saja itu membantu meringankan kesulitan keduanya untuk beberapa hari ke depan,” gumamku lirih sambil menunduk dengan tangan yang bertautan.

“Ikut aku. Ada sesuatu yang harus aku katakan,” ajaknya.

“Iya, Mema.” Aku mengangguk serta mengikuti ibu kandung Mas Azzam tersebut. Tak disangka, beliau mengajakku untuk bergabung dengan para anggota keluarga yang sudah berkumpul di ruang keluarga. Tak terkecuali Mas Azzam. Dia sudah duduk manis beserta yang lain.

Mema menyuruhku duduk di samping putranya. Sedangkan beliau, menghempaskan tubuh di sofa tunggal yang biasa Mas Azzam tempati.

“Mema
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status