“Suasana macam apa ini?” Damian merinding setelah mendengar apa yang dikatakan ayahnya. “Langsung saja dan berterus terang. Ayah mengetahui siapa dalang di balik ini? Perkataan ayah baru saja mengisyaratkan jika ayah benar-benar tahu dalangnya.”
“Tentu saja. Siapa lagi jika bukan keluarga Raguano?”“Tapi bagaimana mereka bisa mengetahui tentang Selena? Aku bahkan tidak pernah sengaja—”“Aku yang memberitahu ayah Selena tentang keberadaan Selena. Sebelum mendatangimu, aku tentu mencari tahu siapa gadis itu. Dan cukup mengejutkan mengetahui dia adalah putri Derek. Hanya saja, aku tentu bingung tentang putrinya yang tidak dikenal itu. Akhirnya aku dan berbincang sejenak di telepon mengenai Selena.”“Bagaimana bisa Ayah—”“Tunggu dulu. Sebaiknya kau mendengarkan aku lebih dulu. Derek sudah kuberi peringatan. Aku akan menjadikan Selena menantuku, aku sudah memberi tahunya. Jadi, seharusnya dia tidak berusaha untuk mengganggu Selena sama seka“Bukankah aku sudah memperingatkanmu, untuk tidak bermain-main dengan calon menantu dan calon cucuku? Aku tidak mengerti kenapa kau cukup berani untuk mengambil risiko tersebut.” Hendry menyesap rokok sambil memegangi ponsel yang ditempelkan di telinganya. Dia sedang menghubungi Derek begitu mendengar jika Selena diculik dari putranya. “Apa maksudmu, Tuan Hendry? Aku sudah jelas menyetujui perkataanmu, dengan ganti dia tidak akan menggunakan nama keluargaku dan kau tidak akan menyeret keluargaku yang tidak punya sangkut pautnya dengan calon menantumu itu.” “Tapi apa yang aku dengar hari ini dari putraku berbeda. Selena diculik oleh istrimu.” Hendry menghela nafasnya, dia juga berusaha tetap santai dalam menghadapi ini dan percaya jika semuanya akan berlangsung baik-baik saja jika semuanya dilakukan dengan santai dan hati-hati. “Selena diculik... istriku?” “Dengar, aku tidak mengerti apa maksudmu. Istriku sama sekali tidak t
Damian terengah-engah. Dia mengusap rambutnya yang agak berantakan, sedikit merapikannya, setidaknya tidak menghalangi pandangannya. Dan dia menatap si Kepala Pelayan yang sekarang juga sedang mengatur nafasnya setelah berhasil ditangkap langsung oleh sopir dan pengawalnya. Sementara Luca tertinggal jauh karena kemampuan fisiknya yang berbeda. Sopir dan pengawal Damian tentu punya lebih banyak waktu untuk memperkuat fisiknya. Sementara dia bekerja lebih banyak menggunakan otak. Meski begitu, fisiknya juga tak bisa diremehkan. “Kau berlari seperti kau tahu apa yang akan terjadi jika kau tertangkap. Aku penasaran apa yang dijanjikan Harvest padamu hingga kau mau mengkhianatiku. Kau tahu, aku tak akan masalah sama sekali jika kau hanya melarikan diri dari tanggung jawabmu. Tapi apa yang telah kau lakukan? Kau membuat Selena tak meminum obat kontrasepsinya, dan kau juga mencelakainya.” Damian mengambil nafasnya sebelum melanjutkan bicara. “Kemudian kau mend
“Dengar...” Selena berusaha mengatur nafasnya, dia memegangi perutnya yang terasa kram. “Aku tidak ada hubungan apa pun dengan ibuku sendiri sejak aku kecil. Aku bahkan tidak tahu siapa ayahku, meski aku menggunakan nama belakangnya. Aku bahkan tidak mengenalmu sama sekali. Tidak bisakah tetap seperti itu?” Selena menatap Alice. Apa yang dilakukan Alice saat ini, bisa diketahui Selena jika Alice membencinya sebagai anak haram dari suaminya. Hanya itu yang bisa dia maklumi. “Kau tidak akan begitu. Kau akan penasaran siapa ayahmu, bagaimana keluarganya saat ini dan datang untuk menghancurkan keluarga ayahmu. Itu semua yang akan terjadi di masa depan, dan aku berusaha mencegah itu semua terjadi. Dengan apa? Dengan menyingkirkanmu.” Alice mengambil nafasnya dengan gemetar, menatap Selena seperti seseorang yang sedang menghadapi ketakutan terbesarnya. Alice mendekat dan Selena menjatuhkan dirinya ke lantai, mengambil pisau di bawah kakinya dengan tangannya y
“Aku tidak mau membebani seperti ini tapi putraku benar. Jika sesuatu terjadi pada Selena, maka itu semua sudah pasti akan menjadi tanggung jawabmu.” Hendry menatap Derek dengan serius Derek menghela nafasnya berat. Sekali pun yang melukai putrinya adalah istrinya sendiri, dia memang harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan istrinya. Bukan hanya karena dia seorang suami, tapi karena dia juga seorang ayah. Dia ayah kandung dari Selena. “Bagaimana pun, dia putriku.” Hendry menatapnya sedikit iba. Lantaran, yang Hendry pikirkan sebelumnya adalah Derek akan berusaha untuk melenyapkan Selena juga demi kelangsungan nama baiknya di mata keluarganya sendiri, di mata anak-anaknya juga. Namun, melihat Derek yang sepertinya terpukul membuat Hendry menyadari jika Derek justru berusaha melindungi Selena juga. “Entah bagaimana istriku bisa tahu tentang Selena. Yang aku inginkan justru dia tidak mengetahui apa pun tentangnya dan Selena bisa hidup deng
Axel dengan cepat tiba di rumah sakit, di mana Selena dirawat. Dia berlari dari tempat parkir, mencari-cari UGD. Kakinya melangkah cepat, dia tidak tahu letak UGD-nya saat itu. Namun, begitu dia dekat dengan UGD, dia secara langsung berpapasan dengan Hendry dan Derek. Dengan sedikit terkejut karena melihat keduanya, Axel berhenti melangkah dan menghela nafasnya yang agak terengah-engah. Hendry dan Derek yang sepertinya sedang mengobrol saat itu tampak sedikit terkejut. Axel melirik gadis kecil yang datang bersama keduanya juga. Saat Hendry dan Derek hendak melewati Axel begitu saja, Axel memberanikan diri untuk menyapa keduanya dan mungkin bertanya langsung tentang Selena. Dia bingung kenapa mereka sudah seakrab ini, karena seharusnya hubungan mereka buruk jika ayah Selena mengetahui apa yang telah dilalui Selena saat bersama dengan Damian. “Di mana Selena?” Axel menatap dua pria paruh baya itu dengan nafas yang mulai stabil.Keduanya menoleh ke arah Axel. Gadis kecil yang dituntun
“Apa yang aku maksudkan tentang kau yang harus bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada Selena atau bahkan anak yang dikandungnya, aku ingin jika kau melakukan sesuatu pada istrimu itu.” Damian menatap Derek dengan tajam. Kemudian, matanya melirik ke arah Axel yang sekarang mempunyai sedikitnya peluang untuk berada di pihak Derek dan mungkin bisa mengeluarkan Selena dari kekangan Damian. “Selama bersamamu, banyak hal yang terjadi pada Selena. Kau membuatnya menangis, kau membuatnya kehilangan harapan untuk hidup. Apa kau sadar atas apa yang kau lakukan padanya?“ Axel mengeraskan rahangnya, dia berusaha untuk tenang. “Itu semua masa lalu,” balas Damian. Jawaban Damian meyakinkan Derek atas apa yang dikatakan Axel. Itu membuatnya cukup syok mendengar pengakuan Damian yang terlihat sama sekali tidak merasa bersalah atau gelisah. “Tapi ini yang dia inginkan. Dia ingin bersamaku, mengingat dia saat ini sedang hamil.” “Kau han
“Dia baik-baik saja sekarang?” tanya Grace. “Ya, dia baik-baik saja untuk saat ini. Tapi aku tidak tahu bagaimana dia akan bereaksi saat bangun nanti dan mengetahui jika dia keguguran,” ucap Luca sambil menghela nafasnya berat. Grace duduk di sebelah Luca sambil memakan camilan yang dia bawa. Dan Luca makan bersamanya, perutnya juga sudah kosong karena semua yang terjadi hari ini mencegahnya untuk makan. “Aku juga tidak bisa memastikan. Setahuku, dia tidak begitu terlibat secara emosi dengan anaknya. Begitu dia tahu jika dirinya hamil, dia juga tidak memberikan reaksi khusus,” gumam Grace. “Jika dipikir-pikir lagi, bagaimana caranya hamil adalah sesuatu yang salah. Maksudku, dia tidak melakukannya dengan cinta. Jadi, kehamilannya itu seharusnya memang kesalahan dan tidak membuatnya senang, bukan begitu?” tanya Luca sambil menatap Grace. “Itu tidak salah. Tapi yang menjadi perhatian adalah bagaimana dia tetap mau menjaga bayinya. Wala
Tanpa banyak bicara, Damian menarik Selena ke pelukannya. Tangannya dengan kuat menahan tubuh Selena yang terasa sangat lemas. Telapak tangannya yang berada tepat di belakang kepala Selena menunjukkan perlakuan halus dan perhatiannya saat ini. Melihat Selena menangis saat ini, antara dia sakit secara fisik atau mental, itu juga secara tak langsung menyakiti Damian. Damian sudah berusaha mengontrol dirinya dari rasa marah karena kehilangan anaknya. Namun, jika Selena sedang seperti ini, berhasil membuatnya merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan Selena. Selena bisa merakan betapa rapatnya tubuh Damian dengan dirinya. Setengah wajahnya yang berada tepat di dada Damian membuatnya bisa mendengarkan detak jantung Damian yang sebenarnya normal, tetapi rasanya lebih intens. Beberapa saat kemudian, ledakan emosi yang dialami Selena berlalu, meninggalkan sosok Selena yang sekarang hanya duduk bersandar sambil memeluk bantal penghangat yang ada di atas