Jovan mendapatkan akses yang dia inginkan dengan mudahnya. Dia segera naik ke atas dan mendekati kamar Damian yang letaknya sedikit tersembunyi dan jauh dari kamar lainnya. Itu untuk memberikannya privasi sekaligus waktu istirahat yang baik.
Damian sendiri saat itu fokus dengan pestanya, bersama dengan para wanitanya yang menemaninya dengan setia. Damian menjamu tamu-tamu spesial dengan baik menjelang penutupan pesta itu.Jovan berjalan lebih cepat, jantungnya berdetak lebih cepat karena ini akan sangat berbahaya untuk kelangsungan hidupnya, dia tahu itu. Dia terlihat tegang dan berusaha tampil tenang walau keringat mulai membasahi tubuhnya seiring dia berjalan dengan lebih cepat menuju kamar Damian.Tiba di kamar Damian, Jovan membuka pintu dan mendapati Selena yang sedang duduk di kasur dengan buku bacaan yang disediakan kepala pelayan. Karena tak ada kegiatan lain, Selena hanya bisa melakukan itu. Selena sedikit terkejut saat Jovan membuka pintu dan“Sial!” Damian langsung berlari bersama dengan orang-orangnya yang bertugas. Sementara para wanitanya sekarang menoleh ke arah Damian dengan kebingungan. Mereka saling melirik satu sama lain saat mereka dievakuasi. Kelihatannya orang-orang Damian juga pandai dalam menghadapi situasi ini, sebagian dari mereka dengan sigap mengamankan para tamu. “Apa yang terjadi? Kenapa ada suara tembakan dari arah kamarnya Damian?” tanya Merry, dia terdengar cemas sekaligus gelisah. “Kami belum mengetahuinya, belum ada yang sampai di sana untuk mengabari situasinya. Ke sebelah sini, menuju pintu evakuasi! Pintu-pintu lain akan ditutup secara otomatis untuk mencegah kaburnya pelaku. Lewat sini!” Merry bersama dengan para tamu lainnya dievakuasi. Pertanyaan muncul di benar mereka—para wanitanya Damian itu. Mereka tentunya bingung, kamar Damian yang dinilai sebagai area terlarang, hingga hanya kepala pelayan yang bisa memasukinya, kini terdengar suara tembakan da
Damian mendengar suara helikopter yang mana membuatnya langsung menatap ke arah luar jendela besar yang ada di dekatnya. Yang mana helikopter itu terlihat mendekat dan menuju ke mansion. Damian mengernyitkan dahinya saat menyadari itu bukan helikopter miliknya. “Helikopter asing mendekat ke arah mansion. Pastikan izinnya!” Anak buahnya dengan cepat meminta konfirmasi ke rekan-rekannya yang lain saat itu juga. “Helikopter asing mendekat. Kelihatannya itu bantuan tersangka.” Begitu konfirmasi diterima, anak buah itu menatap ke arah Damian seolah menunggu Damian memberikan perintah. Namun Damian berpikir dulu sejenak, yang mana lawannya ini juga punya akses untuk hal besar seperti helikopter, menandakan dia bukan orang biasa. “Menuju ke atap dan bersiap untuk menembak!” perintah Damian. “Tuan, akan berbahaya jika helikopternya mengalami kerusakan sehingga harus jatuh di dekat mansion. Ada banyak orang saat ini di sini. Keselamatan tamu
Pengejaran helikopter terjadi. Dua helikopter terus mengikuti helikopter yang membawa Jovan dan Selena. Yang membuat Jovan bersama rekannya sekarang waspada dan harus memikirkan baik-baik untuk menuju ke markas mereka. Karena jika mereka membawa helikopternya langsung ke markas, yang ada musuh akan mengetahui letak markas mereka. “Sepertinya kita harus berkeliling dulu,” ucap Jovan sambil menatap Selena yang terlihat pucat. “Kita tidak bisa menerbangkan helikopter secara sembarangan di langit kota, itu akan menimbulkan masalah juga,” balas rekannya yang menjadi pilot di helikopter tersebut. “Kalau begitu, bagaimana jika kita meminta bantuan? Kita harus menurunkan helikopternya di tempat lain dan berlindung di tempat itu,” saran yang lainnya. “Jangan, itu terlalu membahayakan mereka. Kebanyakan perusahaan yang bisa kita mintai bantuan adalah perusahaan yang berhubungan dengan Saga Corporation. Nantinya mereka bisa dengan mudah mengetahui di bal
Helikopter Saga Corporation pada akhirnya bisa ditumbangkan oleh helikopter dengan logo H tersebut. Yang akhirnya bisa membuat Jovan dan rekan-rekannya bergerak menuju ke markas mereka, dengan diikuti oleh helikopter logo H tersebut. Mereka bersorak kegirangan atas bantuan yang mendadak itu, di mana mereka merasa sangat terbantu. “Bertahanlah sebentar lagi, Selena. Kau akan mendapatkan perawatan sehabis ini,” ucap Jovan sambil menatap Selena yang tetap memejamkan matanya di sana. “Dia terlihat sangat pucat. Kondisi tubuhnya memang seburuk itu?” tanya rekannya. “Ya, Damian pria yang sangat kejam untuknya.” Mata Jovan terlihat lebih gelap begitu menyebutkan nama yang kelihatannya teramat sangat dia benci saat itu. *** Di sisi lainnya, Damian membantingkan senjata yang dia pegang. Damian menolak pinggangnya sambil mendengus kesal. Nafasnya terdengar sangat berat dan anak buahnya sekarang hanya bisa tertunduk saat Damian sedang dilanda e
Jovan menatap Selena yang berkeringat dingin di sana. Dia mendesah pelan, cukup putus asa atas apa yang terjadi secara tiba-tiba. Perubahan atmosfer yang terlalu cepat membuatnya sulit mengambil keputusan dengan cepat dan memikirkan hal yang mungkin menguntungkan. Rekannya satu telah tewas dan dia bersama rekannya yang tersisa sekarang terpojok di dalam helikopter yang sudah dihentikan. Dan derap langkah yang terdengar hati-hati dan bersamaan itu mendekat, musuh sekarang berusaha semakin menyudutkan mereka. Karena yang mereka inginkan mungkin Selena, Jovan sekarang hanya bisa menatap Selena beberapa saat. Saat Selena menatapnya juga dengan kebingungan atas situasi yang terjadi saat itu, sekaligus takut akan apa yang dia hadapi. Tak pernah terbersit di pikirannya dia akan menghadapi situasi seperti ini. Sejak diculik dan ditahan Damian, kehidupan normalnya telah lenyap. “Hey...” panggil Jovan pelan. “Mm?” Selena bergumam dan menatap Jovan yang
Harvest terkekeh. Dia jelas-jelas menikmati sosok Damian yang kelihatannya sedang terganggu akibat ketidakhadiran Selena. Selena yang ada bersamanya ini malah terlihat seperti kelemahan baru bagi Damian. Damian mudah terpengaruh dengan kehadiran dan ketidakhadirannya. “Bagaimana jika aku tidak mau?” Harvest mengangkat satu alisnya, seolah menantangnya. Damian menatapnya dengan marah. Secepat kilat dia berpindah tempat dan berdiri tepat di hadapan Harvest. Yang mana Damian langsung mencengkeram kerah baju kemeja Harvest dan membuat Harvest harus menengadah karena kerah pakaiannya ditarik dan dia mulai tercekik. Namun, meski sedikit panik, dia berusaha tenang dan menunjukkan seringainya. “Jangan bersikap seperti ini, Damian. Kenapa kau begitu terpengaruh oleh gadis itu? Kau mencintainya? Kau jatuh cinta pada mainan yang kau pungut dari jalanan?” Harvest seolah memanfaatkan kejadian itu untuk mengejek Damian. “Kau tahu dengan pasti jika dia adala
Selena mengerjapkan matanya. Setelah beberapa waktu dia tertidur secara paksa karena efek cairan yang diberikan perawat padanya, akhirnya dia kembali sadar. Selena menatapi ruang rawat yang membuatnya merasa tenang jika memang berada di tempat seperti rumah sakit. Karena tubuhnya terasa pegal, Selena hendak menggerakkan tubuhnya, namun dia menyadari jika tangannya tak bisa bergerak bebas. Satu tangannya menyingkap selimut yang dia gunakan, dan benar saja. Tangan kirinya diborgol ke brankar yang dia tiduri. Pantas saja dia merasa bahunya yang sebelah kiri juga terasa pegal dan rasanya tidak nyaman. Jadi, dia meregangkan tubuhnya terbatas. Seseorang memasuki ruangan dan membuat Selena menoleh ke pintu. Pintu ruangan itu otomatis dan kembali menutup begitu Harvest masuk. Harvest tersenyum sambil menatap Selena, menyapanya dengan baik dan ramah. Sementara Selena mengernyitkan keningnya. “Bagaimana perasaanmu, Nona Selena? Apa kau merasa baikan?” tanya Harve
“Kau terlalu dekat.” Selena terkekeh canggung sambil menarik wajahnya mundur. Sementara Harvest tetap tersenyum sambil menunggu Selena bicara. Dia terkekeh saat Selena mundur, sepertinya Selena juga penuh kehati-hatian saat ini. Tingkat kewaspadaannya meningkat drastis begitu menyadari dunianya yang normal sudah hilang. “Tidak ada yang memanggil namanya seperti itu kecuali orang-orang tertentu. Dan kau... kelihatannya menjadi orang tertentu itu. Kau bahkan masih terlalu muda, setidaknya kau bisa memanggilnya dengan sebutan kakak,” gumam Harvest. “Dia bukan kakakku, kenapa aku harus memanggilnya kakak? Lagi pula, dia tidak pernah protes bagaimana aku memanggilnya. Tidak, lebih tepatnya aku memang tidak pernah memanggil namanya secara langsung.” Selena mengingat-ingat kapan dia pernah memanggil Damian dengan nama. Seingatnya, dia hanya memanggil Damian dengan ‘hey’, ‘kau’, dan kata ganti lainnya. “Ah, aku mengerti sekarang. Jadi, kau c