“Kau terlalu dekat.” Selena terkekeh canggung sambil menarik wajahnya mundur.
Sementara Harvest tetap tersenyum sambil menunggu Selena bicara. Dia terkekeh saat Selena mundur, sepertinya Selena juga penuh kehati-hatian saat ini. Tingkat kewaspadaannya meningkat drastis begitu menyadari dunianya yang normal sudah hilang.“Tidak ada yang memanggil namanya seperti itu kecuali orang-orang tertentu. Dan kau... kelihatannya menjadi orang tertentu itu. Kau bahkan masih terlalu muda, setidaknya kau bisa memanggilnya dengan sebutan kakak,” gumam Harvest.“Dia bukan kakakku, kenapa aku harus memanggilnya kakak? Lagi pula, dia tidak pernah protes bagaimana aku memanggilnya. Tidak, lebih tepatnya aku memang tidak pernah memanggil namanya secara langsung.” Selena mengingat-ingat kapan dia pernah memanggil Damian dengan nama.Seingatnya, dia hanya memanggil Damian dengan ‘hey’, ‘kau’, dan kata ganti lainnya.“Ah, aku mengerti sekarang. Jadi, kau cHarvest tersenyum setelah menghubungi Damian lewat Luca. Dia kemudian menatap sosok yang sekarang duduk di kursi dengan tertunduk itu. Harvest menatap Jovan yang setengah sadar. Jovan sudah kehilangan banyak darah. Meski lukanya diobati, dia belum makan apa pun sejak kemarin dan membuatnya lemas serta kesadarannya antara ada dan tiada saat itu. “Siapa sangka, aku akan bertemu denganmu lagi.” Harvest mendorong-dorong kepala Jovan yang terlihat tak berdaya sama sekali saat itu. Harvest terkekeh, dia kelihatannya sedang senang. Ada banyak keuntungan yang dia dapatkan dari tragedi kemarin itu. Kesepakatan baru dengan Damian, memperbaiki hubungannya yang renggang, bisa menahan Selena selama beberapa waktu di tempatnya, dan sekarang, dia menemukan sebuah fakta baru tentang pria yang ada di depannya ini. “Aku sudah menghubungi Damian, dia sekarang pasti sudah dalam perjalanan ke sini. Oh, aku sangat penasaran dengan reaksinya tentang apa yang aku dapatkan,” gu
“Baiklah, kalau begitu di mana Selena sekarang?” Damian menenangkan dirinya sendiri, menatap ke arah Axel sejenak lalu menatap Harvest yang akan menjawab pertanyaannya itu. “Oh, Selena tidak di sini. Selena berada di rumah sakit yang berada di pusat kota. Dia harus menjalani perawatan yang lebih serius setelah berusaha kabur dan dia mendapatkan luka yang cukup berat,” jelas Harvest. Damian mengernyitkan dahinya. Dia cukup curiga dengan apa yang dikatakan Harvest. Sejauh Selena bersamanya, Selena tak akan berusaha kabur sampai menyakiti dirinya sendiri. Selena mungkin memang akan berusaha, mengikat arti hidupnya selama ini memang mengusahakan keinginannya. Tapi jika sampai melukai dirinya sendiri, sejauh ini Selena tak melakukannya. Harvest sendiri terlihat santai mengatakannya. Seolah itu bukanlah satu hal yang serius. Tentu saja, itu adalah pertimbangan yang telah dilakukan Harvest juga. “Apa kau sedang bermain-main denganku sekarang?” Damian
Selena membuka matanya, dia merasa kepalanya lebih pusing dari sebelumnya. Dan dia mendudukkan dirinya perlahan sambil memegangi kepalanya. Matanya melirik ke penjuru ruangan yang sudah berbeda dari yang dia ingat. Dia mengerjapkan matanya sabil mengernyitkan. “Di mana lagi ini...” Selena mendesis pelan sambil memijat pelan kepalanya. Selena lantas menatap lurus ke depan. Di mana ada cermin. Di pelipisnya terdapat perban yang masih bisa dia ingat. Tapi di sudut keningnya, dia menemukan perban baru. Dia yakin tidak terluka sama sekali sebelumnya, namun dia malah mendapatkan luka baru secara tidak dia sadari. “Eh? Kapan aku terluka? Aku tidak melakukan apa pun padahal,” gumamnya dengan keheranan. Dan lagi-lagi seperti waktu itu, pintu terbuka begitu dia terbangun. Dan dia bisa melihat Harvest lagi-lagi datang tepat saat Selena bangun. Selena menatap Harvest yang sekarang tersenyum sambil mendekatinya. Tentunya bagi Selena ini sangat mencurigakan. Bagaimana Harvest seolah mengawasiny
“Bagaimana perasaanmu? Demammu sudah turun, ya?” Damian terkekeh pelan sambil menatap Selena yang terduduk di lantai dengan kepalanya yang menengadah ke arahnya. Selena menunjukkan keterkejutannya karena kini dia bertemu lagi dengan Damian. Dia ingat bagaimana Harvest sempat menanyakan jika dia memilih antara Damian atau Harvest, dan secara langsung Selena tentu memilih Damian mengingat hal keji yang dilakukan Harvest padanya.Harvest memberikannya luka baru, yang cukup membuatnya sedikit takut dengan perilaku anehnya. Namun dia tidak menyangka jika Harvest benar-benar mengirimnya kembali pada Damian. Walau dia tak tahu di mana dirinya berada sekarang, di sebuah ruangan polos dan hanya terdapat beberapa kursi saja. Ruangan itu terlihat sepi dan sunyi. “Sayang sekali kau sedang dalam keadaan tidak prima saat ini. Tapi tidak apa-apa, aku akan memikirkan baik-baik hiburan apa yang berhak aku dapatkan,” gumam Damian. “Apa maksudmu?” Selena mengerut
“Aku menunggumu. Selalu. Aku selalu menunggumu.” Selena berkata sambil berusaha menahan air matanya agar tidak menangis lagi. “Aku membutuhkan waktu. Aku berusaha mempercepat semuanya,” balas Axel. “Kau seharusnya membalas surel yang kukirimkan. Semuanya akan lebih cepat jika kau membalasnya dan mengatakan akan melakukan penukaran. Kenapa kau menunggu semua ini terjadi? Ah, padahal aku ingin ini berakhir dengan cepat, namun karena sudah sejauh ini, aku tidak bisa mundur juga.” Damian menyilangkan tangannya. Selena mendudukkan dirinya sambil memegangi kepalanya. Dia merasakan kepalanya pusing lagi. Entah bagaimana luka baru itu didapatnya, namun terasa nyeri dan berdenyut. Axel sedikit khawatir dan panik saat melihat Selena mendudukkan dirinya. Kondisinya terlihat tak baik-baik saja saat ini. Belum lagi, Selena terluka. Dia ingat jika dia menjaganya dengan baik sebelum mereka tertangkap oleh Harvest dan tak ada luka sama sekali waktu itu.
Tangan Selena saat itu berada di cengkeraman Damian yang kuat. Membuatnya meringis pelan sambil terus berjalan mengikuti Damian. Karena jika dia tidak berjalan sesaat saja, tangannya seperti terasa akan lepas dari tempatnya, begitu kencang Damian menarik tangannya saat itu. Sambil memperhatikan koridor yang tidak dia kenali, Selena juga berusaha mengenali tempat itu. Tempat itu nyatanya masih asing bagi Selena. Tiba di sebuah ruang kamar tidur, Damian menarik Selena masuk dan melemparnya ke kasur. Dan Selena benar-benar terlempar ke tempat tidur dan menoleh ke arah Damian dengan perasaannya yang masih dipengaruhi Axel. Dia terlihat sedih, sehingga tak berusaha melawan Damian. “Apa yang kau inginkan sekarang?” Selena memegangi lengannya dengan tangan lainnya. “Kau tahu betul apa yang aku inginkan. Tapi, karena aku berbaik hati padamu saat ini, melihat kondisimu, aku tidak akan melakukannya.” Damian mendengus, seolah dia sendiri tengah menahan d
Makan malam yang romantis secara mendadak dengan seorang mafia sekaligus pengusaha organisasi legal dan ilegal sekaligus tampaknya adalah hal yang aneh. Yang membuat Selena sejak awal tidak bisa mempercayai apa yang dia lihat dan tak menaruh harapan pada acara kecil itu. Namun, sekarang harapan muncul. Bukan harapan untuk mendapatkan makan malam yang romantis. Dia lebih berharap agar tidak terjadi sesuatu yang buruk dalam acara yang tidak masuk akal itu baginya. Dan firasat buruknya itu terbukti begitu dia duduk di salah satu meja bersama Damian. Dan tirai yang terbuka, yang menunjukkan ruangan lain yang lebih rendah, ruangan di mana Axel sedang disekap saat itu. Selena secara spontan bangkit dari tempatnya duduk. Damian langsung melirik Selena dan tersenyum. Reaksi Selena sesuai dengan yang dia inginkan. Dan dia memperhatikan Selena yang berdiri sambil mengernyitkan dahinya dan memperhatikan Axel. Axel yang sedang bersandar dengan tatapan kosong dan ta
Jantung Selena berdetak lebih kencang, sangat kencang. Nafasnya juga memberat saat dia mendengar apa yang dikatakan Damian. Pikirannya seketika kosong dan tatapannya melemah, menatap ke arah Axel yang terlihat cukup panik dan gelisah. Posisi duduk Axel sudah berubah. Sebelumnya tangannya terikat ke belakang, kini tangannya berada di pegangan kursi. Kursinya pun sudah berubah. Ini menandakan jika Damian sengaja melakukan ini dan semuanya benar-benar sudah direncanakan. “Arrghh!!!” Suara raungan Axel terdengar dengan sangat jelas di dalam ruangan itu. Suara itu raungannya berhasil membungkam Selena selama beberapa detik. Ditambah, Axel terus meraung setelahnya, mengadu akan rasa sakit yang baru saja dia alami beberapa detik lalu. Detik itu Selena benar-benar melihat apa yang dilakukan orang yang bersama Axel itu. Orang itu benar-benar menggunakan suatu alat yang tidak Selena ketahui pasti apa itu, namun alat itu benar-benar mampu menarik kuku ya