Malam itu, selama di pesta, Selena hanya bisa berada di sekitar Damian. Mengikutinya ke mana pun dia pergi, karena lingkungan baru untuknya saat itu membuatnya merasa tidak nyaman sama sekali. Belum lagi, pandangan orang-orang terhadapnya dan cara mereka membicarakannya.
“Kupikir kau hanya akan datang sendirian, mengingat Luca mendapatkan undangannya sendiri,” ucap seorang pria yang sepertinya menjadi center dalam acara malam itu, pengantin pria, Fayol.“Aku tidak akan berangkat sendirian, apa pun yang telah terjadi,” balas Damian dengan tenang.Damian sendiri tahu niat buruk Fayol yang mungkin memang sengaja meledeknya dengan memberikan Luca undangan terpisah. Dan jika dia datang sendirian sesuai keinginannya, dia akan meledeknya mengingat Damian bisa dibilang tak punya satu wanita pun di sisinya saat ini.Fayol menatap Selena yang tampaknya gugup sekaligus tidak nyaman. Dilihatnya tangan Selena yang mencengkeram kuat lengan Damian saat itu. <Harvest terengah-engah, dia nyaris tidak bisa merasakan tubuhnya sendiri. Dia berusaha bangkit setelah mendapatkan bekas cambuk di seluruh tubuhnya. Perih dan nyeri yang tidak pernah bisa dia gambarkan sebelumnya tengah dirasakannya. Dia menghela nafasnya berat, merasa tersiksa. “Ah, yang benar saja. Dia benar-benar melakukan ini karena gadis itu? Seberapa spesial gadis itu untuknya? Haruskah aku bermain-main dengan anaknya juga?” Harvest mendesis pelan, berusaha berdiri tegak, dia benar-benar kesakitan saat itu. Harvest kemudian menatap tangannya, di mana terdapat ada sesuatu yang telah ditanamkan dalam tangannya. Dan dia cukup khawatir alat itu rusak dikarenakan cambukkan yang dia dapatkan. “Dia sangat sensitif sekali, semoga saja alat ini tidak rusak karena cambuk sialan itu,” umpatnya. Harvest menekan sebuah tanda yang telah diberikan di lengannya tersebut. Dia menekan kulitnya sendiri seperti tengah mengendalikan sebuah remote atau tombol
Damian mendengus kesal. Dia kemudian mengangkat Selena yang sekarang berada di tangannya. Grace dan Luca tampaknya bingung harus berbuat apa karena tidak ada di tempat kejadian saat semua itu terjadi. Para tamu juga kelihatannya masih syok.Pembawa acara malam itu berusaha menenangkan suasana yang menegang dan mengusahakan semuanya akan baik-baik saja. Bagian keamanan juga berusaha untuk mencari pelaku yang mendorong Selena. Namun, si kepala pelayan itu tidak lagi terlihat di tempat dan beberapa tamu memberikan kesaksian jika wanita itu pergi begitu saja dengan cepat. Damian membawa Selena keluar dari ruangan sambil menunggu ambulans tiba. Mereka harus mengecek kondisi Selena lagi untuk memastikan tidak ada yang serius setelah apa yang terjadi. Sementara itu, sosok Axel datang ke pesta itu. Dia sendiri mendapatkan undangan dari mempelai wanita. Axel datang sendirian malam itu. Saat hendak memasuki ruangan, Axel melihat Damian yang membawa Selena di tanga
Selena telah mengganti bajunya malam itu. Dan dia teringat akan Axel yang berani menghampirinya dan secara langsung bertanya keadaannya. Namun, saat itu dia masih dalam keadaan syok untuk setidaknya melihat wajah Axel. Dia juga punya sesuatu untuk dibicarakan dengan Axel. “Jangan bilang kau memikirkan tentang Axel,” ucap Damian tiba-tiba, seolah dia bisa mendengar isi hati Selena saat itu. “Tidak, kok. Aku hanya memikirkan yang baru saja terjadi. Ngomong-ngomong, terima kasih karena sigap tadi. Kupikir aku akan mengalami patah tulang atau keguguran begitu aku jatuh,” balas Selena. “Memang itu yang akan terjadi jika kau benar-benar membentur secara langsung ke lantai.” “Untuk itulah, aku berterima kasih padamu.” Selena menatap Damian sambil tersenyum kecil, lantaran tindakan Damian tadi cukup mengejutkan dan menurutnya adalah tindakan yang manis. Damian tak menjawab. Dia hanya menghela nafasnya, melirik Selena yang berada di kasurnya.
“Itu seperti aku baru saja mengeluarkanmu dari semua masalah hidupmu, membuatmu melarikan diri dari semua itu,” sahut Damian, reaksinya terlihat seperti dia bangga dengan fakta itu. “Benar! Lalu kau menyeretku ke masalah baru,” balas Selena dengan cepat. Ekspresi Damian langsung berubah lagi, dia terlihat mengernyitkan dahinya. Sementara Selena sempat menahan tawanya saat melihat ekspresi Damian, namun dia berusaha terlihat senetral mungkin. Cukup lucu bagaimana mereka mulai berinteraksi dengan lebih santai. “Kau bilang apa?” Damian menyeret tubuhnya untuk mendekati Selena. “Aku tidak bilang apa-apa,” jawab Selena. Sementara Damian sedang tak ingin memperpanjang itu, dia hanya menghela nafasnya. Ditatapnya sosok Selena yang mulai membiasakan diri untuk berada di dekatnya. Damian memegangi keningnya, entah kenapa keningnya terasa pening mengingat semua masalah yang terjadi. Selena mencondongkan tubuhnya. Dia teringat akan Ax
Melihat Damian dan Selena yang sarapan bersama pagi itu berhasil membuat Luca tersenyum senang saat makan bersama mereka. Damian dan Selena sepertinya cukup akur saat ini. “Hari ini Anda tidak punya jadwal khusus di luar. Ada beberapa dokumen yang perlu ditandatangani, tapi Anda bisa mengerjakannya dari sini,” jelas Luca. “Kau sendiri, apa ada acara khusus hari ini?” tanya Damian. “Tidak, saya sudah mengosongkan hari ini karena pesta semalam, saya akan beristirahat hari ini.” Damian menganggukkan kepalanya dan melirik Selena yang menyimak pembicaraan mereka. Selena membalas tatapannya sebentar dan fokus kembali pada makanan yang ada di depannya.Di pagi yang tampaknya sedang cerah dan baik-baik saja, mendadak menjadi sedikit tegang saat sebuah panggilan masuk ke handphone Luca. Luca menghela nafasnya dan menjawab teleponnya itu sambil bangkit dari tempat duduknya dan menjauhi meja makan. Tak lama kemudian, Luca mendekati Dam
“Kami tidak terlibat dalam one night stand, dia sudah berada di sini cukup lama. Jauh lebih lama,” jawab Damian dengan tenang, dia sebenarnya tidak begitu terganggu dnegan pandangan ayahnya. Sementara Hendry menghela nafasnya dan menatapi Selena yang terlihat tegang. Dia memperhatikan sikap Damian pada Selena juga. Putranya sepertinya tidak tertarik untuk menenangkan Selena sama sekali. Latar belakang Selena yang memang bisa disebut tidak jelas akan sangat mempengaruhi reputasi dari keluarga Sagaras juga tentunya. Jika Damian bisa mendapatkan wanita yang setidaknya dikenal oleh kalangan orang-orang seperti mereka, meski tidak punya kekuatan, itu akan lebih baik. “Dia hanya menyandang nama Raguano. Hey, kau tahu siapa ayahmu itu?” Hendry menatap Selena dengan tatapan penasaran, nama belakang Selena sepertinya cukup mempengaruhinya terlwpas dari asal usul Selena itu sendiri. Selena mengangkat sedikit wajahnya dan menggelengkan kepalanya. Dia mel
Melihat Selena yang langsung pergi begitu saja membuat Damian sepertinya cukup dikejutkan dengan tindakan Selena. Perkataan ayahnya berhasil mempengaruhi Selena sepenuhnya. “Aku belum mengambil keputusan bukan berarti aku akan melenyapkan anak itu begitu saja. Bukankah Ayah yang memintaku untuk segera menikah dan punya penerus? Aku sudah mendapatkan calonnya tanpa perlu bersusah payah.”Andai saja perkataan itu keluar sebelum Selena pergi, Selena tidak perlu merasakan rasa sakit di dadanya yang cukup dalam. Sayangnya, Selena tak mendengar ucapan pembelaan itu keluar dari mulut Damian. Damian mendecak pelan dan melirik Luca yang mengerutkan dahinya. Luca pun dibuat bingung oleh Damian. Tak salah jika Selena juga selalu bingung dengan sikap Damian yang seperti labil padanya. Hendry sendiri tak membalasnya untuk beberapa saat, hanya menatap Damian balik dengan rasa bingung melihat perubahan Damian. Damian dari tadi tutup mulut, sepertinya memang h
Damian menghela nafasnya saat melihat Selena yang sepertinya berusaha untuk menstabilkan emosinya dengan membaca buku. Pria itu hanya berdiri di pintu, sambil menyilangkan tangannya. Selena melirik Damian dan kembali menatap bukunya. Dia menghela nafas dengan sedikit gemetar. Dia tak tahu apa yang dilakukan Damian di sana. Tapi, rasanya sangat mengganggu melihat Damian berada di sana cukup lama, dan mengawasinya juga. Dia hanya ingin sendirian saat itu. “Kau harus benar-benar memulangkanku setelahnya,” ucap Selena tanpa melihat ke arah Damian. “Setelah apa? Kenapa aku harus memulangkanmu?” Damian tak bergerak dari tempatnya. “Setelah semuanya selesai. Ayahmu yang menyuruhmu, kan. Pulangkan aku setelah menyelesaikan semuanya,” jawab Selena, dia benar-benar terdengar gemetar saat itu. “Tidak akan.” Damian mengangkat bahunya, ekspresinya masih monoton memperhatikan Selena. Selena menghela nafasnya lagi dan menutup bukunya, lal