Share

11. Kepala Devisi

"Selamat datang Ibu Annasta kami berharap Ibu bisa membimbing kami dengan pengalaman Anda yang terbilang sangat fantastis. Semua sekarang kita satu tim dalam desain," kata salah satu anggota y ang ada di dalam.

"Tolong segera perkenalkan nama kalian masing-masing!" kata wanita yang sedikit terlihat menor cara merias diri.

"Saya Gendis, tim desain interior 1. salam kenal, Ibu Ann!" sapa Gendis.

"Tunggu apa maksud kamu dan kalian semua memperkenalkan diri dengan cara seperti ini pada saya, bukankah posisi kita sama. Sebagain karyawan desain?" tanyaku pada mereka yang terlihat melongo.

"Apa tadi diruang HRd Ibu Irene tidak menjelaskan pada Ibu mengenai posisi Ibu di sini?" tanya Gendis.

Aku hamya menggelengkan kepala karena sejujurnya aku pun tidak mengerti masalah jabatan yang aku terima saat kerja di sini.

" Jika kalian tidak keberatan tolong jelaskan masalah tugas saya di sini sebagai apa bagi kalian semua," kataku dengan tegas dan datar.

Semua mata saling tatap satu sama lain, mereka bahkan ada yang mencibir seakan tidak suka atas apa yang

kudapatkan secara langsung tanpa harus berjuang terlebih dahulu. Hanya Gendis yang terlihat sangat bahagia, gadis itu bahkan masih tersenyum manis dihadapanku.

"Maaf, Ibu Ann, saya di sini sebagai wakil devisi desain interior memberitahukan bahwa posisi Anda di sini sebagai kepala devisi desain tim inti yang berkuasa atas seluruh ruangan ini!" jelas Gendis.

Netraku seketika membelalak tidak percaya akan semua kalimat yang terlontar dari bibit merah hati milik Gendis. Tetapi gadis itu masih mengulas senyum manisnya, lalu memeluk lenganku dan dibawanya aku pada sebuah meja yang ada di tengah.

"Ini meja Anda, Ibu Ann. Silahkan diletakkan semua berkas di atas meja agar lengannya tidak bengkak!" ucap Gendis dengan nada datar tetapi sedikit berkelakar.

Annasta sedikit terhenyak dengan aura semua tim yang terlihat ganas dan garang seakan siap memakan mentah mentah. Aku berusaha menguasai otakku agar bisa segera beradaptasi dengan mereka.

"Jangan tegang seperti itu, Ibu Ann. Kami bukan kanibal kok, santai saja," kata perempuan yang berpenampilan casual.

"Kita memang seperti ini, Bu. Tetapi baik kok," ucap lelaki satu-satunya yang ada di dalam ruangan.

"Oke, gaes. Sudah waktunya kalian perkenalan, selanjutnya segera kerjakan tugas yang sudah saya bagi pada meja kalian masing-masing!" ucap Gendis yang tanpa saya ketahui berkas di meja sudah berkurang.

"Dan maaf, Bu, terpaksa saya mencuri beberapa berkas yang tadi ibu bawa untuk dibagi pada yang lain, sekarang silahkah dilanjutkan!" kata Gendis.

"Baiklah untuk mempersingkat waktu, nama saya Anis, masih single!" kata Anis.

"Saya Anton, Bu. Naksir Anis tetapi susah!" ucap Anton berkelakar.

Huuu

Serentak semua bersorak saat Anton selesai memperkenalkan diri. Sslanjutnya semua memperkenalkan diri yang kesemua nama mereka berawalan huruf A. Sebenarnya apa maksud dari Irene ini yaa ....

Waktu terus berjalan dan aku merasa nyaman berkerja secara tim. Semua anggota tim masih sangat muda dengan semangat yang 45. Hal inilah yang merasa aku seperti muda lagi. Si Anton selalu menjadi bahan ejekan para wanita. Namun, lelaki setengah perempuan itu hanya menikmati perannya.

"Hai, tanpa aku di sini pastilah tim kalian akan jutek. Aku lah leaders yang sesungguhnya, taarraa!" ucap Anton dengan gaya khasnya.

Semua tertawa, hal inilah yang terkadang membuat aku rindu suasana kerja. Mereka sangat mendukung satu sama lain bagai sebuah keluarga, sangat nyaman.

"Antoon!! Kamu ya, selalu bikin rusuh. Ini lagi dikejar deadline. Awas jika kamu tidak tepat waktu!!" ancam Anis dengan muka garang.

"Laahh, orang kata jika terlalu serius berasa cepat tua, Neng!" kilah Anton.

Lalu pemuda itu terlihat menari-nari ala India hingga membuat kami yang melihat menjadi tertawa. Aku pun ikut tertawa sampai keluar air mataku tanpa kuinginkan.

"Sudah ah, capek. Sekarang kembali ke laptop!" ucap Anton yang sudah pada mode serius.

Aku hanya geleng kepala melihat interaksi semua anak buahku itu. Setelah suasana kondusif aku berdiri sambil memandang setiap wajah anak buahku itu.

"Ingat ini adalah pelanggan eksklusif kita, jangan sampai yang bersangkutan kecewa dengan kinerja kalian. Ada bonus tersendiri dari saya bila pelanggan puas atas hasil kerja kalian!" ucapku.

" Yey yey, bonus, bonus!!" ucap Anton sangat antusias jika mendengar kata bonus.

Aku sengaja memberi mereka bonus jika mendapat tender yang cukup besar dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Job ini kami dapatkan dengan mengalahkan perusahaan desain berskala internasional, perusahaan raksasa yang berpusat di Kuala Lumpur. Aku sangat bangga pada anggota tim yang selalu bekerja sama dengan solid tidak adanya rasa iri dengki.

"Bu Ann, jika semua dapat bonus apa perusahaan tidak rugi tuh?" cicit Alma, gadis yang selalu jutek padaku.

"Tenang saja, ini bonus khusus dari uang pribadiku," jawabku tegas dan dingin.

"Nanti hasil korup? Mending tidak ada bonus jika hasil korup!" tegas Alma lagi.

"Jangan khawatir, gaji saya satu bulan cukup untuk kalian habiskan berlibur ke Puncak dua malam. Bagaimana?" tantangku.

"Bagaimana man-teman? Aku sih, yes!" jawab Anton yang terlihat paling antusias.

"Mengenai akomodasi?" tanya Anis.

"Penginapan dan seisinya dari Bu Irene, tiket pulang pergi dari saya plus uang saku masing-masing 250k untuk kalian dari saya. Siapa yang mau ikut segera tuntaskan kerjaan itu dengan hasil yang maksimal. Aku percaya dengan kemampuan kalian semua, semangat!"

###SA###

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status