Share

12. Pelanggan

Waktu terus berjalan, pesanan desain kurang satu minggu harus selesai. Semua bekerja dengan semangat, kali ini adalah pelanggan yang termasuk sering berganti desain interior. Kami selalu mengutamakan kwalitas terbaik dengan pelayanan yang memuaskan. Tiba-tiba telepon selulerku berbunyi, lalu aku angkat dan terdengar suara Irene dari seberang.

"Ann, siapakan proporsal untuk di ajukan pada PT. Megah Raya. Dia mengadakan event yang lumayan menguras otak!" perintah Irene dari seberang.

"Dengan tema apa?" tanyaku.

"Tema alam, buat segahar mungkin. Kerena ownernya sangat menyukai suasana alam," jelas Irene.

"Jika gahar apa tidak akan makan banyak biaya, Ire?" tanyaku sedikit ragu.

"Tenang ada dana yang khusus untuk event itu. Kamu siapkan saja tim terbaikmu!" kata Irene.

"Dan satu lagi, jangan lupa nanti jam sembilan ada rapat dewan direksi membahas raport kerja semua anggota tim!" kata Irene.

"Siap, bos!" jawabku semangat.

Aku pun meletakkan kembali gagang telepon ruangan itu, lalu memandang satu per satu anggota tim yang aku miliki. Sejak aku menjadi kepala devisi ini, anggota aku bagi menjadi tiga tim yang berisi tiga orang. Dalam devisiku terdapat sembilan karyawan wanita dan satu karyawan pria, jadi bila dijumlah ada sebelas orang dalam satu ruangan termasuk aku.

"Hallo, gaes! Ada sedikit pengumuman buat kalian." Kuedarkan pandanganku kesagala arah, mereka terlihat menengadahkan kepala untuk menanti kabar selanjutnya dariku.

"Boleh di shere, Ibu Ann?" tanya Gendis.

"Satu minggu lagi pesanan atas nama Ibu Geraldine sudah tuntas. Ini akan ada job yang lebih ekstrem lagi. Apa kalian sanggup?" tanyaku.

"Seekstrem apa, Ibu Ann?" tanya Amel.

"Pelanggan ingin desain tema alam bebas tetapi yang gahar, jika desain kalian sesuai dengan akspetasinya maka cuan akan mengalir deras," ucapku.

"Tema alam? Air terjun, hutan lindung, atau sungai dengan aliran deras?" ucap Anton.

"Bisa jadi, tetapi terlihat gahar dari segala lini!" kataku.

Semua anggota tim yang aku miliki terlihat serius memikirkan sebuah ide yang gahar. Aku melangkah memuju pintu keluar untuk menghadiri rapat dewan direksi. Sebelum itu aku pamit terlebih dahulu agar jika ada yang mencariku mereka bisa menjawab di mana keberadaanku.

"Jika ada yang mencariku, katakan aku sedang ada rapat bersama dewan direksi. Tetapi jika hal itu sangat mendesak hubungi saja, aku tidak mengapa!?" kataku dengan tegas.

Terlihat mereka menganggukkan kepala secara serempak. Aku tersenyum melihat reaksi mereka yang kompak. Akhirnya aku melangkah meninggalkan ruanganku menuju ruang rapat.

Di dalam ruangan ternyata semua jajaran staf dan kepala bagian sudah berkumpul hanya menyisakan aku seorang.

"Maaf, saya terlambat!" ucapku sambil membungkuk memberi hormat.

"Anda tidak terlambat, Ibu Ann. Tetapi kami saja yang datang lebih awal," jawab Pak Hasan kepala bagian humas.

"Baiklah, semua sudah lengkap sekarang rapat segera di mulai. Silahkan saudara Irene untuk membuka rapat kali ini!" kata Pak Yunus sang owner PT. Desain Megah Raya( DMR).

Irene pun berdiri mulai membuka rapat sekaligus laporan tahunan terakhir. Semua memperhatikan penjelasan Irene tentang rugi laba tahunan yang berhasil diperoleh perusahaan atas kinerja kami para karyawan.

"Tahun ini pendapatan kita naik drastis. Orderan desain datang silih berganti, mereka seakan tidak pernah puas dengan satu mode desain. Hal inj sangat bagus untuk perkembangan usaha ini," kata Irene.

Irene tampak menarik napas panjang, hatinya bergetar saat melihat sosok netra cokelat yang juga sedang menatap manik matanya. Abian nama pemuda tersebut, kepala bagian periklanan.

"Semua ini berkat kerja keras tim desain interior yang mau bekerja lembur. Selamat untuk Ibu Ann yang telah berhasil membimbing anggotanya?!" kata Irene sambil melirik manik mata yang indah.

"Terima kasih," balasku.

Sementara di ruang desain terjadi kehebohan akibat kedatangan seorang wanita cantik yang sedang ngamuk. Aku mendapat laporan via chat dari Gendis. Ponselku sengaja aku silent, berhubung ini terlihat masalah serius maka terpaksa aku ijin keluar dari rapat.

Semua peserta rapat awalnya tidak setuju, tetapi setelah aku tunjukan chat dari Gendis maka mereka segera memberiku ijin keluar dari ruang rapat.

"Silahkan selesaikan masalah pelanggan itu, Ibu Ann!" perintah Pak Yunus.

"Baik, terima kasih atas kesempatan ini. Mohon maaf!" kataku dengan nada rendah.

Setelah aku memberesi semua berkas yang aku bawa dalam rapat, aku pun gegas beranjak meninggalkan ruang rapat tersebut. Pikiranku melayang pada ruang desain. Bila melihat chat Gendis, pelanggan itu sangat cerewet dan banyak permintaan hingga membuat Gendis kuwalahan menghadapinya.

"Siapakah pelanggan itu, hingga berani memasuki ruang desain yang sangat jarang menerima tamu?" batinku penasaran.

Langkah kaki kupercepat, pertemuan hak sepatu flatku terdengar lirih. Hingga tanpa terasa aku sudah berdiri di depan pintu ruangan desain. Di depan pintu sudah berdiri Amel dengan muka yang penuh kekawatiran. Peluhnya masih mengalir perlahan.

"Ada apa, Amel? Mengapa kamu ada di luar?" tanyaku pada Amel yang terlihat gemetaran.

"I--tu, itu Bu Ann, pelanggan itu sejak tadi mengamuk mencari Ibu. Dia bilang desain yang kita ajukan kemarin ada yang kurang!" ungkap Amel.

"Baiklah, aku akan mencoba menyelesaikan masalah ini. Tetapi ngomong-ngomong siapa pelanggan itu, Amel?" tanyaku yang terlalu penasaran.

"Silahkan Ibu masuk dan melihat sendiri kekuatan dibalik sosok pelanggan itu!" jawab Amel.

Mendengar jawaban dari Amel semakin membuatku penasaran, sepertinya sosok itu memiliki kekuasan yang mutlak. Bukan pelanggan biasa. Kubuka pintu ruangan desain, dan netraku membelalak melebar sempurna. Punggung yang sangat aku hapal milik siapa. Napas kasar langsung kuhempas berulang kali.

### SA ###

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status