Share

Senyuman Terkahir

"Mas Mahesa pria hebat yang terang-terangan datang ke hadapan Paman, meskipun melalui perantara Abah Yai, tetapi ia bisa membuktikan kalau memang menginginkanku. Mas Mahesa nggak banyak bicara, Gus. Tapi dia langsung datang kepada Paman dan menawarkan keseriusan, padahal sebelumnya kami nggak pernah berinteraksi, selain sebagai ustadz dan santri," jelasku panjang lebar.

Aku berbicara dengan tegas dan lugas, bahkan aku menatap tajam ke dalam manik matanya. Aku ingin membuktikan bahwa perasaanku sudah sepenuhnya melupakannya, tetapi siapa yang tahu bahwa ada belati tak kasat mata yang menyayat hatiku.

"Ka-Kamu mencintanya, Ay?"

"Cinta bisa dipelajari, Gus." Aku menundukkan kepala, menghindari berlama-lama kontak mata dengannya.

"Seperti apa kedekatan kalian selama ini?"

"Kami dekat, lebih dari teman. Tapi nggak sedekat seperti njenengan dengan Ning Kayshilla. Kami berteman akrab, berusaha saling mengenal sebelum hari pernikahan."

"Kamu yakin sama dia?" tanyanya yang jelas saja menyentil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status