Mohon maaf atas keterlambatan penerbitan chapter yang mendadak. Hal ini dikarenakan kesibukan author. Untuk Chapter selanjutnya akan dirilis pada 25 September 2022... Terimakasih atas perhatiannya. <3
“Tidak akan kubiarkan kau melakukan itu!” Teriak Nina dengan suara yang cukup keras. Perlahan demi perlahan Grindrot mulai ditelan oleh kegelapan. “Grindrot, sadarlah! Kamu jangan sampai tertelan oleh kegelapan!” Nina berusaha untuk menyadarkannya, namun efek dari kekuatan iblis misterius tersebut sangat kuat. “Tidak mungkin, tidak mungkin aku membunuh mereka.” Dengan perasaan syok dan penuh dengan rasa bersalah, Grindrot terus memikirkannya. “Bagus.... bentar lagi, sepenuhnya jiwa dan pikirannya akan menjadi milikku.” Ujar Iblis itu dengan gembira. Melihat hal tersebut, sejenak Nina termenung. Dia tampak menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Sejenak dia teringat akan sesuatu hal saat bertemu dengan seseorang sewaktu masih kecil. ::: FLASHBACK ::: “Nina Chan, kamu jangan lupa... Selalu pancarkan cinta kasih dalam pikiranmu. Aku yakin, semua bakal akan baik-baik saja.” Ujar seseorang dengan suara ibu-ibu yang sangat tenang. “Tapi, bagaimana caranya itu guru? Tidak mu
“Apakah Nina sudah berhasil?” Morine tampak mulai bingung ketika ia melihat Nina tiba-tiba bangun dan dibawa Nijirou ke atas golem raksasa itu. “Sepertinya dia baru saja memulainya! Lihatlah! Dia sedang menarik Jiwa Iblis yang merasukinya.” Yurine. “Apa kita perlu menghampirinya?” Selon. “Tidak perlu, biarkan saja kita tetap disini dan lihat apa yang akan terjadi. Jika ada hal aneh yang terjadi, kita akan segera bertindak!” Poidon. Di atas golem raksasa tersebut, Nina langsung memancarkan manazone yang mengerikan. “Life or Die?” Dengan tatapan super seram, Nina langsung menggunakan sihir penarik jiwa. Seketika aura Nina menjadi sangat menyeramkan, tampak di belakangnya ada sesosok bayangan iblis kuno yang selama ini bersemayam di dalam tubuhnya. Iblis tersebut mulai ketakutan dan melemah. Nina perlahan mendekat. “(Apa-apaan ini kenapa kakiku juga ikut gemetar).” Nijirou juga tampak sedikit ketakutan. “Jangan mendekat! Siapa kau sebenarnya!?” Iblis tersebut terlihat berusaha unt
Di dalam kamar kecil kapal, “Ada sesuatu hal yang ingin kuceritakan. Ini menyangkut waktu aku dikendalikan iblis. Aku merasa aku telah melakukan sebuah dosa yang tak terampuni. Di waktu kita pertama bertemu di alam bawah sadarku, aku sudah pernah bercerita bukan?” Grindrot. “Iya, aku sudah tahu kok.” Nina. “Aku merasa sangat menyesal.” Grindrot. “...” Nina terdiam dan mendengarkannya secara saksama. “Aku sungguh merasa menyesal. Andaikan saja waktu itu aku tidak terprovokasi, semua hal ini tidak akan terjadi.” Grindrot mulai meneteskan air matanya. “Itu memang benar. Setiap makhluk pasti pernah berbuat kesalahan. Aku juga pernah mengalaminya.” Dengan penuh perhatian, Nina berkata sembari memegang punggungnya. “Namun, bukankah kamu sudah bertemu dengan jiwa mereka. Mereka tidak menyalahkanmu. Justru mereka juga ikutan sedih kalau kamu terus berpikiran seperti ini.” Nina. “Tapi... Meskipun mereka bilang seperti itu, entah kenapa perasaanku masih belum tenang. Ada rasa penyesalan,
Di sisi timur pulau Caraka, tampak suasana disana merupakan lahan hutan yang luas. Disana tampak banyak sekali hewan buas yang berkeliaran. “Di sini ada banyak hewan buas.” Lerry. “Tenang saja, mereka tidak bakal berani menyerang kita.” Poidon tampak percaya diri. “Iyalah, kan kamu naga. Semua makhluk di sini pasti takut samamu.” Ujar Lerry tersenyum berkeringat. “Tentu dong.” Poidon tampak bangga. Namun, kenyataannya malahan di dalam hutan, tampak ada banyak gerombolan Monster Pakuya yang berhamburan dimana-mana. Para monster tersebut tampak mengepung mereka berdua. “Waduh, apanya mereka takut, malahan kita dikepung ini.” Lerry. “Tenang saja, kamu tinggal gunakan sihirmu saja, aku yakin mereka bakal gak bisa melawan.” Poidon. “Iyalah (-_-)... Kalau begitu aku coba dulu. White Magic : Heavenly Kimochi!” Lerry menggunakan sihir bejatnya ke kerumunan monster pakuya. Seperti biasanya, para monster tersebut tampak mulai lengah dan menikmati kimochi yang dibuat olehnya. Melihat kead
Di sisi barat Pulau Caraka, Nijirou dan Nina menemukan seorang bocah yang penuh dengan luka. “Papa... Mama...” Ujar bocah malang dengan pakaian yang terlihat seperti pakaian budak yang compang-camping. “Bertahanlah dik. Kamu sudah baik-baik saja.” Ujar Nina sembari menggunakan sihir penyembuh padanya. “Anak ini sepertinya kabur dari suatu tempat. Lihatlah tubuhnya... Penuh dengan luka cambukan.” Nijirou. “Kita perlu menginterogasinya. Aku yakin ada sesuatu hal yang tak baik telah terjadi setelah Grindrot dikendalikan.” Nina. Beberapa waktu kemudian, bocah malang tersebut mulai pulih. “Apa yang telah kamu lakukan? Menjauhlah dariku!” Dengan perasaan waspada, bocah itu mulai menjaga jarak sembari menggenggam sebuah ranting kayu. “Jangan begitu dong... Kami bukan orang jahat kok.” Nijirou mendekatinya. Tanpa diduga, bocah itu mulai beraksi. Saat Nijirou hendak memegang kepalanya, bocah itu langsung menendang selangkangannya dengan kuat. ‘crack’... Terdengar suara telur retak. Ras
Di sisi utara pulau Caraca, Iblis dengan banyak kepala ular sedang mengamuk. Dengan ukuran bongsornya, dia menyapu lahan hutan hingga layu dengan racun mematikannya. “Sialan... Makhluk ini terlalu kuat. Ini diluar batas kemampuanku.” Morine berusaha menahan pancaran energi sihir dan raungannya yang begitu dahsyat. “Master...” Shuu tampak tidak tahan dan terpental. “Shuu!” Windi langsung menolong Shuu yang terpental dengan kemampuan manipulasi anginnya. “Apa yang harus kita lakukan?” Tanya Rai yang bertengger di dada Morine. “Kita harus menjauh dulu. Sebaiknya kita semua berkumpul terlebih dahulu.” Morine. “Baik, Master.” Jawab Clori yang kemudian terbang membawanya menjauh. Di atas langit, “Poidon San, coba lihat disana!” Ujar Lerry sambil menunjuk ke arah utara. Saat melihat, Poidon tampak terkejut. “Apa-apaan ini!? Bagaimana bisa Iblis Ochochini berada disini?” Poidon. “Iblis Ochochini?” Lerry. “Iya, tapi sekarang aku tidak ada waktu buat menjelaskan lebih rinci. Sekarang,
Kembali ke sisi utara pulau, “Lihat disana!” Poidon. “Nijirou?!” Lerry tampak kaget saat melihat wujudnya yang begitu besar. “Sebaiknya kita turun dulu.” Ujar Poidon sembari mendekat ke tanah. Lerry hanya mengikuti arahannya. “Lerry?” Panggil Yurine yang terkejut saat melihat mode awakennya. “Ini wujud awakenku. Aku hanya bisa menggunakan mode ini sementara waktu.” Lerry. “Sekarang waktu yang tepat. Kalian semua, seranglah monster itu secara bersamaan!” Morine tampak mulai kelelahan. “Siap.” Kemudian Lerry menghilang dan berada di atas langit sembari mengumpulkan energi sihir. “Kita tidak boleh diam saja, kita harus melakukan sesuatu.” Ujar Grindrot yang juga mulai beraksi. Poidon dan Selon mengikutinya. Di sisi lain, Nina tampak berbisik ke telinga Nijirou yang super duper gede. “Nijirou Kun, jangan buang waktumu, kalahkan makhluk itu segera!” Ujar Nina. “Siap Nina Chan. Aku akan segera mengalahkannya.” Nijirou tampak masuk ke mode serius. “Clone Element Form: 4 Power Clon
Kembali ke sisi utara Pulau Caraka, Lerry, Poidon, Selon, dan Grindrot tampak menghadapi serangan iblis tersebut. Di sisi lain, Nijirou (Bomba weed) mulai beraksi. “Bomba Weed Release : Bomba Spore, Bomba Tentacle Weed” Nijirou (Bomba Weed) menyebarkan spora dari tangannya ke arah iblis tersebut tersebut. Spora-spora tersebut terlihat memasuki bagian kulit dari iblis tersebut. Di sisi lain, Nijirou juga melancarkan serangan akar pengikat untuk mengunci pergerakan darinya. Iblis tersebut tampak meraung-raung dan semakin tidak terkendali. [DUAR...] Akar pengikat dan spora tanaman yang disebarkan Nijirou meledak dengan dahsyat. Ledakan tersebut berhasil membuat iblis itu terluka cukup parah. Tak hanya itu saja, seluruh tunas-tunas kecil yang berkeliaran disamping iblis tersebut musnah. “Bagus!” Morine tampak tersenyum. Namun, Iblis itu tampak kembali menggunakan regenerasinya. “Tidak Mungkin...” Nina (Erina) tampak kaget karena Enchanternya tidak memberikan efek yang berpengaruh. “Se