Chapter berikutnya akan dirilis pada 30 Oktober. Terimakasih atas perhatiannya.. <3
Di sisi utara pulau Caraca, Iblis dengan banyak kepala ular sedang mengamuk. Dengan ukuran bongsornya, dia menyapu lahan hutan hingga layu dengan racun mematikannya. “Sialan... Makhluk ini terlalu kuat. Ini diluar batas kemampuanku.” Morine berusaha menahan pancaran energi sihir dan raungannya yang begitu dahsyat. “Master...” Shuu tampak tidak tahan dan terpental. “Shuu!” Windi langsung menolong Shuu yang terpental dengan kemampuan manipulasi anginnya. “Apa yang harus kita lakukan?” Tanya Rai yang bertengger di dada Morine. “Kita harus menjauh dulu. Sebaiknya kita semua berkumpul terlebih dahulu.” Morine. “Baik, Master.” Jawab Clori yang kemudian terbang membawanya menjauh. Di atas langit, “Poidon San, coba lihat disana!” Ujar Lerry sambil menunjuk ke arah utara. Saat melihat, Poidon tampak terkejut. “Apa-apaan ini!? Bagaimana bisa Iblis Ochochini berada disini?” Poidon. “Iblis Ochochini?” Lerry. “Iya, tapi sekarang aku tidak ada waktu buat menjelaskan lebih rinci. Sekarang,
Kembali ke sisi utara pulau, “Lihat disana!” Poidon. “Nijirou?!” Lerry tampak kaget saat melihat wujudnya yang begitu besar. “Sebaiknya kita turun dulu.” Ujar Poidon sembari mendekat ke tanah. Lerry hanya mengikuti arahannya. “Lerry?” Panggil Yurine yang terkejut saat melihat mode awakennya. “Ini wujud awakenku. Aku hanya bisa menggunakan mode ini sementara waktu.” Lerry. “Sekarang waktu yang tepat. Kalian semua, seranglah monster itu secara bersamaan!” Morine tampak mulai kelelahan. “Siap.” Kemudian Lerry menghilang dan berada di atas langit sembari mengumpulkan energi sihir. “Kita tidak boleh diam saja, kita harus melakukan sesuatu.” Ujar Grindrot yang juga mulai beraksi. Poidon dan Selon mengikutinya. Di sisi lain, Nina tampak berbisik ke telinga Nijirou yang super duper gede. “Nijirou Kun, jangan buang waktumu, kalahkan makhluk itu segera!” Ujar Nina. “Siap Nina Chan. Aku akan segera mengalahkannya.” Nijirou tampak masuk ke mode serius. “Clone Element Form: 4 Power Clon
Kembali ke sisi utara Pulau Caraka, Lerry, Poidon, Selon, dan Grindrot tampak menghadapi serangan iblis tersebut. Di sisi lain, Nijirou (Bomba weed) mulai beraksi. “Bomba Weed Release : Bomba Spore, Bomba Tentacle Weed” Nijirou (Bomba Weed) menyebarkan spora dari tangannya ke arah iblis tersebut tersebut. Spora-spora tersebut terlihat memasuki bagian kulit dari iblis tersebut. Di sisi lain, Nijirou juga melancarkan serangan akar pengikat untuk mengunci pergerakan darinya. Iblis tersebut tampak meraung-raung dan semakin tidak terkendali. [DUAR...] Akar pengikat dan spora tanaman yang disebarkan Nijirou meledak dengan dahsyat. Ledakan tersebut berhasil membuat iblis itu terluka cukup parah. Tak hanya itu saja, seluruh tunas-tunas kecil yang berkeliaran disamping iblis tersebut musnah. “Bagus!” Morine tampak tersenyum. Namun, Iblis itu tampak kembali menggunakan regenerasinya. “Tidak Mungkin...” Nina (Erina) tampak kaget karena Enchanternya tidak memberikan efek yang berpengaruh. “Se
Di sisi barat pulau Caraka, Poidon, Selon, dan Grindrot tampak sedang mengangkut para penduduk lokal menuju desa dengan mode transformasi naganya. “Papa, Mama, bangunlah..” Rea tampak menangis sembari berusaha membangunkan kedua orangtuanya. “Bagaimana kondisi mereka?” Tanya Poidon sembari terbang. “Situasi cukup buruk.” Jawab Grindrot sembari terbang. “Kita butuh bantuan Nina San. Aku yakin dia pasti bisa menyembuhkan mereka.” Selon. Di sisi lain, Yurine yang sedang dalam perjalanan melihat para naga telah kembali. “Hey!!” Panggil Yurine dari kejauhan. Ketiga naga itu melihatnya dan langsung mendarat ke arahnya. “Bagaimana dengan evakuasi penduduknya?” Yurine. “Semua penduduk yang berhasil selamat sudah aman. Tapi kondisi mereka sangat buruk. Bisakah kamu memanggil Master Nina?” Poidon. Mendengar ujaran Poidon, Yurine sejenak terdiam. “... Sebenarnya Nina masih belum sadarkan diri.” Yurine. “Tapi selain dia, tidak ada orang lain yang bisa menggunakan sihir penyembuh.” Selon
Di suatu tempat, Plasma Bot terlihat sedang menatap langit yang penuh dengan bintang. “Kenapa aku bisa disini?” Pikir plasma bot tampak bersedih. Di sana tampak Clori mendekatinya. “Halo, sedang apa kamu disini?” Ujar Clori yang menyahut. “Aku hanya sedang merenung.” Jawab Plasma Bot. “Apakah kamu merasa bimbang?” Clori. Plasma Bot hanya terdiam. “Aku yakin, kamu pasti khawatir kalau kamu bakal dimanfaatin oleh manusia bukan?” Ucap Clori. “Bagaimana kamu bisa tahu?” Plasma Bot. “Itu hal yang wajar. Terkadang aku juga bisa berpikir demikian. Terkadang aku juga sering ragu apakah Master hanya memanfaatin aku saja. Tapi apa yang kupikirkan sangat bertentangan dengan realita. Pada awalnya aku juga memikir bahwa semua manusia sama saja, sama-sama mementingkan diri sendiri dan bersikap egois demi memuaskan ambisinya. Tapi tidak semuanya seperti itu. Aku yakin, mungkin kamu sudah mengalami pengalaman buruk itu di masa lalu. Tapi aku hanya bisa memberikan saran padamu. Jika kamu ragu,
Sebelumnya, “Mantul Erina San!” Puji Nijirou yang mengacungkan jempolnya sembari tersenyum menyeringai. “Aku harap ini lebih baik.” Respons Erina. “Tentu.” Yurine. “Ngomong-ngomong sphere bot mana yang harus kami bawa?” Ria. “Ini dia...” Jawab Morine sembari menunjukkan Plasma Bot dan Kristal Bot (Dalam kondisi buruk). “Halo, perkenalkan saya Erina dan rekan saya Ria.” Erina langsung menghampiri Plasma Bot dan memperkenalkan dirinya. “Aku Plasma Bot, senang bertemu denganmu.” Plasma Bot menjawab. “Kalau begitu mari kita berangkat.” Ria. “Ya,” Erina. “Nina Chan, aku harap usahakan kamu jangan terlalu memaksakan diri lagi seperti itu. Jika Maha Master mengetahuinya, beliau bakal khawatir.” Erina. “Tenang saja, aku bakal baik-baik saja kok.” Nina. “Kalau begitu aku serahkan Nina pada kalian ya.” Erina. “Tenang saja, kami akan selalu menjaganya.” Yurine, Poidon, Selon, dan Grindrot serentak menjawabnya. “Kalau begitu, kami kembali. Sampai jumpa!!” Erina dan Ria langsung masuk
Pasca ledakan cahaya yang terjadi setelah Nijirou, Rai dan Poidon mengelahkan gerombolan Pakuya, Putri Mirana muncul. “Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa Putri Mirana ada disana?!” Selon. “Aku yakin ini pasti ulah dari sekte dari penyihir Triduka.” Lerry. “Aku bukan Mirana. Namaku Minori.” Jawab Gadis misterius tersebut. “KAMU BUKAN MINORI, NAMAMU MIRANA!! ALFREDO MIRANA!!” Ujar Selon dengan suara yang keras. “Diam Kau, Sampah! Aku sangat membenci kalian!” Minori mulai memancarkan aura yang sangat gelap. “Aura apa itu?!” Morine. “Aura hitam, aura kebencian... Konon itu merupakan Aura energi negatif, aura penuh kejahatan.” Nina. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?!” Lerry. “Kita harus menghentikannya.” Nijirou langsung bertransformasi ke mode elemental api. “Sebaiknya jangan diserang. Dia putri raja Aldes. Kita harus lakukan sesuatu agar dia tidak terluka. Aku yakin saat ini dia sedang dirasuki!” Yurine. “Ini bakal jadi hal yang sulit.” Morine sejenak berpikir. “Tak masala
Sementara itu kembali ke tempat gurun pada suatu tempat, salah satu bagian dari permukaan pasir tempat pijakan Nina dan Nijirou ambles. Mereka berdua tampak jatuh ke dalam. “Nijirou!” Nina langsung memeluknya dengan erat (dalam kondisi tanpa busana :v). Untung karena permukaan pasir yang tidak begitu keras, mereka berdua tampak baik-baik saja. Namun, di bawah sana tampak ada sebuah pemukiman prasejarah. Disana tampak ada banyak sekali monumen-monumen dan armamen kuno yang menghiasi kota bawah tanah sana. Namun di sisi lain, terlihat banyak sekali tengkorak yang tergeletak dimana-mana. “(Tempat apa ini?!)” Pikir Nina sembari melihat pemandangan yang begitu bersejarah. Beberapa saat kemudian, Nijirou juga ikutan terbangun. “Aduh...” Sembari memegang kepalanya, Nijirou berkata. “Nijirou Kun...” Nina langsung menghampirinya. “Nina Chan...” Nijirou kali ini merona. Pria itu tampak sangat gugup. “Syukurlah kamu baik-baik saja.” Nina tampak sangat mengkhawatirkannya tanpa menyadari k