Kembali ke beberapa hari yang lalu saat Morine, Saito, Ria, Lerry dan Aldo sedang melakukan perjalanan luar angkasa menuju ke Planet Elevon. Saito terlihat sedang sibuk mengontrol Kapal Angkasa.
Morine, Ria, Aldo dan Lerry sedang duduk di kursi santai yang berada di lantai teratas kapal. Mereka tampak sedang menikmati pemandangan luar angkasa yang dipenuhi dengan bintang yang berkedap-kedip.
“Jadi inikah yang disebut dengan luar angkasa itu?” Lerry bertanya dengan Mata berbinar.
“Iya. Yang kamu lihat hanya sebagian kecil dari alam semesta.” Jawab Morine yang sedang menikmati es campurnya.
“Izinkan aku ikut bersama kalian.”
“Tentu. Nanti setelah misi ini selesai kita akan meminta izin kepada Maha Master.” Ujar Morine.
“Siap Boss!” Jawab Lerry yang terus melihat ke atas
<< Comment Author : Maklumlah... Lerry katrok xD>>
“Jadi, apa yang harus kita persiapkan dalam misi penyusupan ini?” Tanya Aldo kepad
Saat berada dalam Kapal Angkasa, Aldo menggendong Morine bersama dengan Lerry yang menggendong Ria. Mereka berdua sama-sama membawa mereka ke ruang Santai. Sembari meletakkan mereka berdua di atas sofa, Aldo melihat wajah mereka dengan berkeringat. “(Apakah ini efek dari sihir bejatnya bocah itu?)” “(Apakah jangan-jangan sihirku juga berpengaruh kepada mereka? Kalau mereka sadar kembali, Tamatlah Riwayatku. Aku harus segera sembunyi).” Terlihat raut wajah Lerry pucak. Dia mulai mencari tempat persembunyian dengan panik. Di Ruang kendali Kapal Angkasa, Saito juga terlihat lemas dengan kondisi celananya yang basah. “Sial, tubuhku masih agak sedikit melemas.” Saito berusaha menstabilkan tubuhnya sambil melihat Hologram Kendali, Dia berusaha untuk mengendalikan kapal Angkasa. Dua jam kemudian, situasi kembali seperti normal, Terlihat di Ruang Santai di lantai teratas, Ria dan Morine tampak sudah mulai fit. “Sialan... Ini semua gega
Di dalam semak-semak hutan, Kapal Angkasa Ria bersembunyi. “Kita mulai misi penyamaran kita. Aku dan Morine akan menyusup. Saito San, coba kamu bobol lagi sistem Elevon tu. Lerry dan Aldo, kalian tetap tunggulah disini.” “Tunggu.. Bagaimana cara kita bisa berkomunikasi?” Tanya Aldo yang menunjukkan ponselnya dengan sinyal terganggu. “Tenang saja, pakai alat ini aja. Tempelkan ditelingamu.” Saito memberi mereka beberapa Earphone portable. “Saya tak bisa lah. Telinga saya bukan telinga manusia.” Ujar Lerry. Mendengar ucapannya, Saito kemudian berkata, “Kamu ikut denganku aja.” “Ok.” Jawab Lerry dengan antusias. “Mari kita berangkat!” Ajak Morine dengan semangat. “Ok.. Kalau begitu kami pamit dulu ya.” Ujar Ria yang kemudian membuka sebuah portal dimensi. Morine berbalik arah dan masuk ke dalam portal, sembar masuk ke portal gadis berambut hijau itu bergumam, “(Tunggu aku Yurine, kami akan segera menyelamatkanmu).”
Di sebuah Kota Metropolitan, terdapat sebuah vila Istana yang cukup mewah namun terlihat redup. Istana dengan luas sekitar 1000m2 ini memiliki taman hijau yang cukup subur. Di dalam Istana tersebut, terlihat seorang wanita berusia 30 tahunan yang memakai masker dengan pakaian berjubah hitam corak emas yang menutup kepalanya. Wanita tersebut terlihat sedang duduk disinggasananya, sedang berbincang dengan salah satu pengawalnya. “Apakah kita sudah mengundang Master lainnya?” “Sudah Master, Mereka sedang dalam perjalanan.” Mendengar jawaban darinya, dia terlihat puas. Wanita itu kemudian berkata, “Sepertinya tikus-tikus itu akan segera beraksi. Mereka pasti sudah mendapatkan rahasia data kita. Ini sesuai dengan rencana yang telah kususun.” “Sesuai dengan harapan Master, kita akan segera menangkap dan mengeksekusi mereka.” Ujar Prajurit itu. “Tentu. Namun rasanya aku ingin bermain-main dengan mereka. Tapi mungkin akan lebih baik
Kembali ke dalam Penjara Elevon di Lantai 4 bawah tanah, terlihat Ria membuat Portal di setiap Jeruji Besi, Para tahanan yang melihat langsung masuk ke portal dan berhasil keluar. “Kalian semua, buatlah kekacauan di dalam sini.” Ujar Ria yang terlihat memberikan perintah. Akan tetapi terlihat semua tahanan di lantai 4 sangat lemas kekurangan air (Para tahanannya loyo). Ketika Ria kembali membuka sebuah portal, mendadak dari Portal itu keluar Air sungai yang sangat bersih dari herby. Kemudian Dia mengisinya dalam sebuah galon raksasa dan memberikannya kepada tahanan. Para Tahanan terlihat berebut untuk meminum air segar. Kemudian Ria membuka Portal menuju lantai 3. Di sisi lain, Morine, Erina, Liana, dan Lerry memasuki Lantai 6. Namun disana tampak sudah ada 4 Dewa Penjaga Elevon yang berjaga dan juga Yurine disegel di dalam sebuah alat. >> Dewi Penjaga Elevon, Sasame (Gadis berpakaian yukata putih, memegang Gulungan Ninja dan sebuah peniup g
Kembali ke Lantai 3 penjara bawah tanah Elevon, Aldo sedang bertarung sengit dengan Saihage (Pria Botak berotot). Suasana sekitar Aldo tampak tidak diuntungkan. Dia terhempas akibat ditinju olehnya. Dia menabrak ke lantai dengan cukup keras. Hal ini membuatnya berbaring tidak berdaya. “Sungguh lemah. Aku kira kamu dapat memuaskan diriku. Apakah hanya segini kemampuanmu ha?” Tanya Saihage yang mengolok-oloknya. Namun tubuh Aldo yang terpental hanya sebuah bunshin kayu. Melihat tubuhnya yang berubah menjadi potongan kayu, Saihage seketika terkejut. Tiba-tibaPria berpedang hitam itu melancarkan serangannya di titik butanya. Saihage dengan gesit menahan pedang raksasa tersebut dengan jarinya, namun tidak berlangsung lama. Aldo dengan kekuatan ototnya sekuat tenaga melawannya. Akhirnya serangan mereka berdua naik ke level dengan kecepatan serangan yang sangat tinggi. *Slash... slash... Bam... Bam....* Pertarungan mereka berdua mulai
Kembali ke beberapa hari yang lalu sebelum peperangan terjadi di Planet Elevon, di sebuah wilayah di arah selatan dari Hutan Magazone pada Planet Asgardian yang di kenal sebagai tempat Southern Vally. Disana merupakan wilayah yang tertutupi oleh Salju. Badai Salju sering melanda di daerah tersebut. Nina tanpa sengaja menemukan wilayah ini setelah menelusuri Hutan Magazone yang berada di arah selatan. Dia menelusuri wilayah tersebut seorang diri. Suhu disana memiliki suhu sekitar -20 derajat celsius itu memiliki badai salju yang cukup kuat. “Tempat apa ini? Kenapa di sini bisa sangat dingin?” Pikir Nina yang berjalan di sekitar Gurun bersalju tersebut sembari menggunakan Manaskinnya. Nina terus menerus berjalan tanpa arah hingga membuat Hutan Magazone tidak terlihat ditelan oleh badai salju. Semakin menelusuri wilayah tersebut membuat badai salju semakin kuat. Hal ini membuatnya kesulitan berjalan. “Ugh....” Terlihat Nina menahan badai salju yang semak
Pertarungan Aldo dan Saihage di Lantai 3, Setiap serangan Aldo berhasil dihentikan olehnya. “Kamu lawan yang sangat kuat, kamu berhasil menghentikan serangan pedangku.” Ujar Aldo. “Aku bukan pengguna sihir seperti Mage kebanyakan pada umumnya. Serangan fisik adalah kekuatan utamaku.” Respon Saihage yang tampak menguatkan diri dan meningkatkan kecepatan Movement speednya. “Ini sungguh sangat menarik. Mari kerahkan semua kemampuan kita. Aku sangat bersemangat!” Akhirnya Aldo mengalirkan Energi anti sihirnya ke dalam tubuhnya. Secara spontan, sebagian dari tubuhnya diselimuti oleh tato bercak hitam. “Aku juga tidak akan menahan diri. Breath Art : Shin Mode.” Saihage akhirnya membuka Gerbang Chakra dan Memasuki Mode Pernapasan Shin (Awaken) di dalam tubuhnya. Pertarungan beradu kecepatan dan kekuatan fisik dimulai. Serangan yang dilancarkan mereka berdua sangat cepat hingga membuat sebagian besar benda-benda di Lantai 3 nyaris hancur. Sete
Di dalam kapal angkasa yang berada pada hutan terpencil, Saito tersenyum melihat layar hologram yang sedang dia otak-atik. “Akhirnya aku berhasil meretas sistem mereka.” Ujar Pria Cyborg terlihat gembira. Sejenak, Saito mulai melihat data rahasia mereka kembali. Namun tak seberapa lama, Sistem kapal angkasanya kembali diretas oleh hacker tadi. “Sialan, dia sangat jago hacking. (-__-)” Ujar Saito Kemudian dilayar hologram kembali muncul si peretas tersebut. Peretas itu kemudian berkata, “Sudah kubilang, percuma kamu meretas sistem kami. Kamu sudah berhasil kuretas. Kini aku sudah tahu lokasimu.” Saito yang melihatnya akhirnya dia pasrah. Pria cyborg itu berkata, “Aku menyerah deh.” Secara diam-diam dia menekan sebuah tombol merah yang berada di papan tombol kendali kapal. Dalam durasi waktu 10 detik, kapal meledak. Saito dengan cepat meloncat dan menghancurkan jendela kapal kemudian terbang menjauh. Tak berapa lama kapal angkasa tersebu