Share

25. Makanan dari Anita

Sepanjang jalan pulang, aku hanya diam saja tak bersuara. Beberapa kali Rani berdehem dan menghela napas berat, sepertinya dia ingin bertanya apa yang tadi kami bicarakan, aku hanya menoleh sekilas padanya. Entahlah, aku jadi merasa bersalah pada Dokter Idhar. Aku tahu dia jujur jika dia dijodohkan dan menentangnya. Aku justru senang dia dijodohkan, jadi ada alasan untuk menolak perasaannya. Ah, jahat gak sih aku, nih?

"Lidia, gimana kunjungannya ke rumah Dokter Idhar? Sudah jadian belum?" seru Amir setelah aku sampai posko.

Sontak perkataan Amir dengan suara keras menyita perhatian semua orang, mereka pada kepo dengan masalah ini. Aku tidak menanggapi perkataan Amir langsung ngeloyor ke posko cewek, selintas kuperhatikan Rasyid sedang asyik menggergaji papan untuk plang nama.

Rani tidak mengikutiku ke posko cewek, dia beralasan masih ada yang harus dikerjakan. Hais, emangnya aku percaya? Pasti dia akan bergosip masalah tadi dengan pria-pria kepo itu.

Sesampainya di posko cewek ak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status