Share

34. Pramuka Siaga

Mas Rio tidak pernah meninggalkan aku, dia tidur di sofa depan sementara aku meringkuk di dalam kamar yang menurut definisinya sudah berbau apek. Beberapa kali dengan gerakan sangat pelan, seperti slow motion di the Matrix dia mendorong pintu kamarku, mungkin untuk memastikan bahwa aku masih bernapas.

Setelah berhari-hari didera tangisan, aku insomnia. Memejamkan mata mendadak menjadi hal yang sangat sulit dilakukan, mataku tetap terbuka, walaupun pikiranku mengelana ke mana-mana, menjelajah setiap detail kebersamaanku dengan Airlangga. I miss him so bad. Sebelum ini aku tidak pernah benar-benar tahu bagaimana rasanya merindukan seseorang.

Aku melirik jam digital kecil di meja nakas, sudah jam tiga pagi dan aku belum tidur sedetikpun. Turun dari tempat tidur aku berjalan ke arah ruangan kecil yang aku pergunakan sebagai ruang ganti, membuka laci di mana aku menempatkan baju-baju Airlangga. Semuanya masih tertata rapi, aku menarik salah satu kaus berwara biru g

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status