Share

33. Sepi

Aku berdiri termenung begitu memasuki apartemen yang aku tinggalkan selama beberapa hari.

Sepi.

Apakah memang biasa tempat ini sesunyi ini? Buku-buku pinjaman dari Mas Boy masih tersusun rapi di sudut meja kerjaku, juga beberapa buku yang dibeli Airlangga. Semuanya masih ada di sini, hanya dia yang tidak ada.

Aku berjalan memasuki kamar tidur, meninggalkan dua koper kecil yang aku bawa kembali dari Malang di depan pintu. Tidak berminat untuk membukanya, atau mungkin tidak akan pernah ingin membukanya.

Merebahkan diri di atas tempat tidur yang pernah menjadi saksi kebersamaanku dengan Airlangga, aroma tubuhnya masih tertinggal di sini, di seperei, di bantal, bahkan mungkin di seluruh ruangan ini. Aku tidak akan pernah bisa melupakannya.

Mataku terpejam, mengenang kembali saat-saat ini di sini, pertemuan pertama kami di tengah hujan deras di jalan tol Bandung, pertama kali aku menyadari betapa menawannya senyum Airlangga, persatuan pertama kali kami.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status