Share

7. Siapa dirimu?

"Aku yakin, dia gadis Athena - 1609. Ia tak suka menunggu serangan, ia lebih memilih memulai serangan," gumam Arthur sembari membuka pintu kamarnya. Berulang kali ia memutar video itu, kesimpulannya selalu sama. 

Setelah semua urusan antara Kamila dan Anitta terselesaikan, Arthur dan Adam membawa Kamila dan teman-temannya pulang ke rumah keluarga Yildiz. Tadi, sesampainya di rumah, Arthur berniat untuk mengintrogasi Helen, tapi ia urungkan karena malam telah larut dan gadis itu terlihat letih. 

'Aku akan menanyakan secara  langsung apakah dia wanita yang sama dengan yang aku temui di gurun lembah panjshir Afganistan saat aku ditangkap kelompok bersenjata gelap.'

Arthur melepas kemejanya begitu saja, lalu menghempaskan tubuhnya di pembaringan. Pikirannya berkecamuk memikirkan bagaimana ia harus memulai pembicaraan dengan Helen. Hal yang sangat mudah bagi orang lain namun adalah hal tersulit buatnya, berbicara dengan seorang wanita secara pribadi.

Di gurun, terakhir kalinya ia berbicara intens dengan seorang wanita, dengan gadis tentara Navy Seals dengan nama kode Athena-1609. itupun dikarenakan keadaan yang sangat memaksa, mereka terjebak di sebuah gua dan dalam perjalanan menempuh badai salju selama berhari-hari.

Arthur bangkit resah dari pembaringn, lalu berjalan mondar-mandir, mencoba menyusun kalimat-demi kalimat yang nanti akan dia utarakan untuk mengintrogasi Helen. Intinya  Arthur tidak mau terlihat gugup dan bodoh, jadi dia harus benar-benar menguasai percakapan.

Pukul 23.00, Arthur masih belum bisa terpejam. Bayangan Helen masih mengganggu, dengan masker dan topi yang digunakan seolah-olah untuk menutupi identitasnya. 'Aku tidak akan menahan diri lagi untuk membuka penyamaranmu'. pekik Arthur dalam hati.

Pandangannya terbentur pada Aquarium disisi Kamar dengan jendela kaca, ada dua ikan Peppermint angelfish miliknya yang mungkin sedang tertidur dan bermimpi indah disana. Akhirnya ia menemukan sebuah cara yang dia pikir paling mudah untuk bisa berbicara lebih dekat dengan Helen. Arthur meraih Smartphonenya.

Kamila, Abang sibuk sekali, mulai besok sampai beberapa hari kedepan. Tolong tugaskan lagi asistenmu Helen untuk merawat dan memberi pakan si Jack n Jill. Aquariumnya juga sudah waktunya untuk dibersihkan.

Setelah berhasil mengirimkan pesan singkat itu ke nomor Kamila, Arthur merasa tenang dan mulai menerima rasa kantuknya.

***

Pagi hari yang cerah membawa Helen untuk memulai aktivitas rutinnya. Namun, ia mengawali hari dengan kalut, manakala menemukan rekaman dari mini kamera tersembunyi dikamarnya yang ia putar semalam.Terpampang jelas wajah Arthur sedang menggeledah kamarnya dengan teliti. Membua Helen kian curiga akan identitas Arthur yang sebenarnya, terutama pekerjaannya.

'Kamila bilang abangnya adalah seorang pelukis. Tapi justru ia bertindak seperti seorang agen detektif internasional. Aku harus berhati-hati dan akan ku selediki secepatnya'. Helen membatin sambil melakukan beberapa gerakan olahraga ringan di teras samping yang tak jauh dari kamar yang diberikan khusus untuknya.

Setelah selesai dengan gerakan ringan, Helen memeriksa ponselnya untuk mengecek jadwal si Bos hari ini. Namun yang ia dapati justru sebuah perintah dari Kamila untuk mengunjungi kamar Arthur, memberi pakan dan merawat ikan peliharaan Arthur.

"Mmm...!" Gumam Helen sembari mengetuk-ngetuk dagunya dengan ujung jari telunjuk. 'Akhirnya aku punya celah untuk bisa menyelidiki lebih dekat tentang pria mencurigakan ini'. 

Helen menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Memilih busana dengan gaya yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Celana jeans sedikit gombrong, baju kaos putih polos dan ditambah hoodie hitam yang begitu serasi menempel ditubuhnya. Terlihat random namun tetap cantik dan unik. Tak lupa masker dan topi kesayangannya, wajib ia kenakan untuk setahun belakangan ini. Rambutnya yang dulu pirang sengaja ia warnai full hitam untuk menambah penyamarannya.

Helen bergegas menuju lantai dua dimana kamar Arthur berada. Di tangga ia berpapasan dengan Adam yang sudah nampak rapi dan di apit oleh dua orang bodyguard. Ia melihat Helen dan menghentikan langkahnya.

"Helen, kalau kamu bertemu Arthur dan Kamila nanti tolong sampaikan salamku, aku ada urusan penting pagi ini di perusahaan sehingga tidak bisa berpamitan pada mereka, soalnya mereka belum bangun pagi ini" Ucap Adam, rupanya ia menginap semalam.

"Ok, nanti akan aku sampaikan," balas Helen, lalu melanjutkan lagi langkahnya.

"Tunggu" Pekik Arthur tiba-tiba membuat Helen menoleh lagi padanya

"Terimakasih atas kinerjamu selama ini dalam menjaga Kamila. Tim pengacaraku tetap akan memantau kasusmu dengan baik. Mulai bulan ini gajimu akan kunaikkan." Adam memberi kabar menyenangkan untuk Helen.

"Oh, thankyou," jawab Helen singkat, lalu meninggalkan Adam yang melangkah menuruni tangga.

Helen hendak mengetuk pintu kamar Arthur, tapi ia melihat pintu itu justru sedikit terbuka. Helen melongokkan wajah melalu celah pintu yang terbuka. Deg! Penampakan di dalam membuatnya takjub, ia selalu saja terpana dengan ketampanan pria satu ini. Ketampanannya begitu berpendar-pendar bak pangeran dari negeri dongeng.

Arthur sedang terlentang dengan badan diranjang sedangkan kakinya separuh menjuntai, ia masih mengenakan bathrobe berwarna hitam, sepertinya ia baru saja selesai mandi, tapi belum sempat berganti pakaian.

"Ekhemm... Permisi, apakah aku boleh masuk?" Lantun Heilen sok mengakrabkan diri.

"Masuklah." Arthur menjawab singkat. Dia sudah tahu siapa yang datang dan barusan pun ia mendengar langkah kaki, ia hanya berakting tidak tahu. Arthur belum merubah posisinya, tiba-tiba hatinya menjadi kacau.

Helen melangkah menuju aquarium, berlagak mengabaikan pria tampan yang masih terlentang di pembaringan. Ia membungkukkan badan memperhatikan dua ikan cantik yang sedang berenang indah di dalam aquarium.

Helen melambaikan jemarinya bermaksud menyapa terlebih dahulu kedua ikan cantik itu. Namun ia dapati tangannya sudah tergenggam sebuah tangan lain yang cukup kuat, menariknya dengn paksa. Karena terkejut, Helen refleks melakukan gerakan balasan, memutar tangan tersebut sepenuh energi yang dia punya, lalu melakukan gerakan mematahkan lengan, lengan itu masih terbalut bathrobe hitam itu.

"Akh...! Helen, hentikan! Kita harus bicara." Arthur berseru sambil menahan kesakitannya akibat gerakan Helen.

Seketika Helen menghentikan gerakannya, lalu berupaya melepaskan tangan mereka yang berpaut. Namun Arthur tetap menahan genggaman jemarinya dengan kuat dan kembali menarik Helen ke sisi tembok disebelah jendela kaca. Punggung Helen terbentur tembok dibelakangnya, sementara tubuh Arthur sudah terlalu dekat, bahkan wajah Helen bisa merasakan sapuan nafas segar pria tampan dan tinggi di hadapannya. Helen terpana memandang wajah itu.

'Pasti ia tak mengenaliku karena operasi di beberapa bagian wajahku yang rusak waktu itu, hmmm... ' Arthur bermonolog. 

Tangan mereka yang masih terpaut ditempelkan ke tembok tepat diatas kepala Helen oleh Arthur, Helen yang masih terpana, menerima begitu saja perlakuan itu. Arthur sendiri merasa seperti orang mabuk, tak bisa mengontrol apa yang dilakukannya, terlalu dekat dengan wanita membuatnya nerveous. Helen menikmati apa yang terjadi meskipun ia tak mengerti. Ia bisa saja mendorong Arthur namun sisi hatinya yang lain melarangnya.

Untuk sesaat waktu seakan terhenti bagi Helen.  Menatap seseorang yang bisa membuatnya terpana dengan jarak hanya beberapa senti.

Slap! Slap! 

Begitu cepat tangan kiri Arthur menarik masker dan topi Helen.Tampaklah seluruh wajah yang berkilau dengan kecantikan yang natural. Kulit yang bening dan lembut, mata yang indah, namun sayang tertutup kontak lensa, Arthur tak bisa melihat warna aslinya, hidungnya mancung dan bangir, netra Arthur tak bisa menyembunyikan kilatan kekaguman. Arthur semakin kacau, tapi ia masih ingat tujuannya.

"Apakah kamu gadis Navy Seal Athena-1609 yang pernah bertugas di Afganistan dan terjebak denganku di gurun?" 

#Bersambung

Zaida Snow

Halo readers, jangan lupa dukung novel ini ya, terimakasih :)

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status