Share

Bab 7: Behind

Dalam taksi di jalan yang sepi, supir taksi itu nampak sesekali melihat ke layar kaca untuk melihat di belakang. Juan menyunggingkan bibirnya, tatapan mata yang saling bersinggungan membuat supir itu langsung mengalihkan pandangan.

Juan kini beralih menatap Diandra yang sibuk memandang sekitar. Juan mendekat sampai tatapan mereka berdua terkikis oleh jarak, udara makin panas ketika wajah mereka hanya beberapa senti saja. Jendela kaca mobil yang masih tertutup membuat oksigen luar tak dapat masuk.

Dekatnya wajah Juan, membuat Diandra sulit untuk mengalihkan pandangan, "Dengar," bisik Juan dari dekat.

"Keluarlah sebentar dan berpura-pura menelpon seseorang sambil bersembunyi di gang kecil itu," suruh Juan sambil menunjuknya dengan gerak mata.

Bunyi pintu mobil yang terbuka terdengar, angin semilir membawa masuk suhu dingin saat senja hampir usai. Diandra bergegas beranjak keluar mobil, serta menggunakan ponsel sesuai arahan Juan sebelumnya. Setelah Diandra mulai menjauh, Juan langsung menutup pintu mobilnya.

Juan terdiam beberapa saat, hingga supir taksi itu bertanya, "Pacarmu tinggal di daerah sini?"

Juan menggeser posisi duduknya di tengah, dia memajukan tubuhnya dengan kedua tangan saling memegang, "Kurang lebih begitu," jawab Juan.

"Saya gak tau kalau ada yang tinggal di daerah sini, apa pacarmu baik-baik aja tinggal di sini?" tanyanya tanpa berbalik.

Juan mengangguk seraya menarik tudung hoodie ke depan, menutupi rambut kepalanya. Pria bermata coklat ini hanya tertawa kecil untuk dapat menjawabnya. Dia menyandarkan tubuhnya di belakang bantalan kursi mobil sambil berkata, "Wah, perhatian sekali Bapak."

"Saking perhatian dengan wanitaku ini, Anda repot-repot jemput kami tanpa diminta ya," ujar Juan.

Pria tua itu mulai terdiam lebih lama, "Apa maksudnya ya?" tanyanya kemudian.

Juan menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "Biar ku jelaskan."

"Aku tidak ingat jika supir taksi yang ku pesan adalah orang yang berjanggut. Apa Anda yakin tidak merusak sesuatu hari ini?"

Gerak mata supir itu beralih cepat, "Merusak? Kayaknya gak ada, apa yang kurusak?"

"Jangan buat saya gugup, Pak," ucapnya sambil tertawa kecil.

"Bagian bagasi belakang kelihatannya harus diperbaiki, apa Bapak gak ada niatan membersihkannya sedikit dari noda merah?"

Supir itu tertawa hambar, "Pertanyaannya buat saya kurang nyaman, ya."

Juan pun tertawa, "Santai, cukup bilang siapa yang menyuruhmu, maka aku akan membuat harimu cukup nyaman," dengan perubahan ekspresi datar di akhir kata.

Tak ada jawaban, pria itu tetap terdiam selama beberapa sekian detik. Dia mulai melepas sabuk pengaman secara perlahan, pria itu mematikan mesin mobilnya. Tangannya meraih sesuatu dari balik pakaiannya, kemudian menodongkan senjata api dengan kedua tangannya ke arah Juan.

"Sayang sekali, orang tua ini gak bisa jawab," katanya sambil melepas kunci senjata api itu.

Juan mengangkat kedua tangannya ke atas sejajar mata, dia menari sudut bibirnya sampai membuat pria di hadapannya memegang erat senjata apinya, "Sayang sekali," ucap Juan sambil menggelengkan kepala. Namun, dengan cepat Juan memegang erat persendian kedua tangan pria tua itu ke atas.

Dia menekan dengan keras hingga pria itu mengerang kesakitan. Pria itu tidak cukup kuat untuk menggerakkan jari-jemarinya sampai dia menjatuhkan senjata apinya ke bawah. Kaki Juan langsung menginjak senjata api di bawahnya, lalu menggeser menjauh dari jangkauan pria itu.

Tak mau kalah, pria tersebut mencoba membalikkan keadaan dengan menarik tubuh Juan ke depan hingga dia tersungkur. Kedua tangan yang terbebas dari Juan, membuat pria itu mengambil kesempatan ini, "B*jingan!" teriaknya memukul Juan menggunakan siku begitu keras.

Juan yang menumpu tubuhnya bertahan pada dua pukulan keras yang dilayangkan ke punggungnya. Juan langsung memukul bagian perut dengan serangan tangan pisau. Kemudian Juan bangkit dan berpindah posisi ke kursi depan dengan tawa meledeknya dia berkata, "Pelayanan taksimu lebih buruk daripada pelayanan publik!"

Kesabaran pria itu pun mulai menipis, dia mengepalkan tangannya memukul Juan. Namun, pukulan itu berhasil dibelokkan oleh Juan. Dengan sigap, Juan membenturkan kepala pria itu ke belakang kaca mobil hingga pecah.

Bau anyir tercium, mengalahkan aromatik dalam mobil. Darah mengalir dari pelipis, "Tolong ampuni aku," pintanya.

Juan kembali memegang kepala pria itu dan berkata, "Terlambat!"

Juan memukulnya dengan keras hingga wajah pria itu membiru, kini tangannya memegang kepala pria di dekatnya, "Siapa dan kenapa Anda mengganti supir taksi yang sebenarnya?"

"Bagaimana k*parat seperti mu bisa tahu aku yang mengganti supir taksinya?" tanya pria itu dengan kesal.

Juan menghela napasnya panjang, "Percuma, buang waktu. Aku serahkan saja ini kepada Darren," gumamnya.

Juan melepaskan cengkraman kuatnya, dia berpindah tempat ke kursi belakang. Menunduk, tangannya meraba sesuatu di bawah. Pria supir itu seolah mengambil kesempatan dengan merangkak keluar mobil, melihat seseorang baru saja membuka pintu, Juan memasukkan senjata api itu ke dalam saku celananya.

"Eh eh, mau kemana, kita belum selesai, loh?" tanya Juan dengan nada layaknya orang tua yang menyuruh anaknya untuk makan.

"Ah, apa boleh buat," kata Juan yang kemudian keluar dari mobil.

Juan melepas tudung yang masih melekat pada kepala, kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku hoodie. Menatap tajam pria di depannya, "Apa masalahmu?"

"Aku harap Anda punya keluarga yang harus dijaga, karena aku kurang suka mengotori tanganku jika Anda tidak mau bekerja sama," ancam Juan sambil tersenyum.

Seketika pria itu pun bangkit dan mencoba menyerang Juan dengan pukulannya. Namun, Juan berhasil menghindar dan menendang bagian belakang lututnya hingga pria itu hampir terjatuh. Tidak sampai di sana, Juan langsung memukul dagu pria supir tersebut hingga dia tumbang begitu saja.

Juan mengambil ponsel miliknya, "Ini aku, cepat kirim orang untuk ke lokasi yang akan ku kirim. Selain itu, amankan orang babak belur di sini. Lakukan investigasi darurat," titah Juan kepada Darren dari ponsel miliknya.

Setelah Juan mematikan ponselnya, sorot matanya beralih ke arah gang kecil tak jauh darinya, "Aku rasa terlalu cepat merekrut orang," gumam Juan.

"Tapi, kontrak adalah kontrak," ungkap Juan.

Juan pun berjalan mendekati seseorang yang terdiam sendiri di balik gang kecil itu. Dia menatap seorang gadis yang nampak was-was, sampai Juan memanggilnya, Diandra terkejut karenanya.

"Ini aku, Juan," katanya menenangkan Diandra dengan senyum simpulnya.

"Pak Juan?"

Nafasnya terengah-engah karena terkejut dengan kehadiran Juan yang tiba-tiba. Diandra menatap dengan mata terbelalak. Perlahan pun dia memenangkan dirinya, Juan nampak melayangkan senyumnya. Memberikan waktu yang tepat untuk Diandra.

"T-Tadi itu? Kenapa? Pak Juan?" ucapan Diandra begitu terbata-bata dengan tangannya yang gugup menunjuk ke arah Taksi di kejauhan.

Juan tertawa kecil melihat tingkah Diandra, "Tenang, Diandra. Aku sudah mengurusnya, kita naik taksi yang lain," ucap Diandra.

Juan pun mulai berjalan, sementara Diandra yang baru keluar dari gang mematung, "Pak, Pak Juan, itu supirnya? Berdarah?"

"Ayo kita pergi ke apartemen," ajak Juan kemudian.

Juan hanya melewati pria itu begitu santai, di lain sisi Diandra masih syok dengan apa yang dilihatnya, "T-Tapi, Pak?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status