Kendrick melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Aroma Lavender menyeruak, masuk ke paru-parunya dengan sangat sopan. Pandangan Kendrick langsung jatuh kepada Adeline yang terduduk di kasur dengan sorot mata kosong.
“Apa kau merasa tidak enak lagi? Aku bisa memanggil dokter lagi untuk mengecek-mu.”
Adeline seperti ditarik lagi kembali ke dunia nyata. Matanya mengerjap. “Aku ingin menggugurkannya.”
Adeline seperti disambar petir kala dokter keluarga mengatakan kalau dirinya tengah mengandung setelah melakukan beberapa pengecekan, termasuk USG— dokter membawa peralatan yang sangat lengkap ke mansion. Adeline seperti orang bodoh lantaran mengetahui kabar janin yang ada dalam kandungannya hampir melewati trimester pertama. Tidak ada t
Kendrick menghela napasnya panjang. Pria itu sudah punya firasat kalau Belinda akan datang, namun tidak secepat ini. “Mommy, ayo kita ke ruang kerja.” Kendrick merangkul Belinda, memaksanya agar ikut dengannya.“Tapi itu siapa?” Belinda menoleh ke belakang, melihat Adeline yang masih terdiam lantaran terkejut.“Nanti aku akan menjelaskannya,” sahut Kendrick.“Duduk!”Kendrick menelan ludahnya. Hanya Belinda yang bisa membuat Kendrick takut seperti ini. Kendrick seolah bukan Kendrick yang biasa kalau berhadapan dengan Belinda.“Ayo! Jelaskan pada Mommy semuanya!” hardik
Kendrick mengurungkan niat untuk masuk ke dalam kamar Nadine karena melihat Adeline yang sedang membacakan cerita pada bocah cantik itu. Tak sadar, bibirnya tertarik lantaran melihat Nadine yang sangat tertarik dengan cerita Adeline.Rasa sedih juga dirasa Kendrick karena sejak Nadine lahir, dia tidak pernah mendapatkan hal spesial ini dari Katrin. Wanita itu selalu beralasan saat Kendrick meminta Katrin untuk memperhatikan Xavier dan Nadine.Syukur saja Xavier dan Nadine mengerti kondisi Kendrick yang sudah tidak punya hubungan lagi dengan Katrin. Sebelum pertemuan media, Kendrick menjelaskan pada anak-anaknya tentang apa yang terjadi. Dia tahu kalau ini sangat dini, tapi jika tidak sekarang lalu kapan? Kendrick juga tahu jelas kalau Xavier dan Nadine adalah anak pintar yang mudah memahami banyak hal, termasuk perceraian
“Apa lagi?! Kau ingin menyuruhku untuk mandi ketiga kalinya?!” Setelah Kendrick keluar kamar mandi, dia bertanya tidak suka kepada Adeline yang terduduk di kasur. Bayangkan saja, dia sudah mandi dua kali hanya selang waktu beberapa menit, manusia mana yang tidak emosi kalau seperti itu? Kalau ada, Kendrick harus memberinya penghargaan saat ini juga.Adeline mendecak sebal. “Apa aku ada menyuruhmu memakai parfum tadi?” tanya Adeline malas. “Jangan pakai parfum atau kau harus mandi ketiga kalinya,” ancam wanita itu lantaran sehabis pulang kerja, Kendrick menggunakan parfum setelah mandi, yang anehnya membuat Adeline mual seketika. Maka dari itu dia meminta Kendrick untuk mandi lagi.“Adeline, aku sudah mengganti parfumku tiga kali dalam bulan ini karena dirimu. Lalu aku harus mengga
Adeline baru saja menyelesaikan hari pertamanya latihan merangkai bunga. Walau belum melakukan praktek merangkai, dia tetap antusias menerima pembelajaran mengenai jenis-jenis bunga yang digunakan dalam merangkai bunga—semuanya butuh tahap. Ia juga bertemu banyak wanita dari berbagai kalangan dan itu sangat disyukuri Adeline lantaran sudah jarang bersosialisasi dengan orang lain semenjak bertemu Kendrick.Dan sekarang, Adeline berada tepat di seberang sebuah bangunan kuno yang dijadikan sebuah kafe. Ada banyak orang yang lalu lalang masuk dan keluar dari kafe itu, tak tahan bibir Adeline tertarik ke arah berlawanan, pasalnya dia sudah mengincar kafe tersebut sejak lama.“Nyonya, Tuan memerintahkan kita agar langsung pulang ke mansion setelah kursus.” Sopir yang ada di depan mengeluarkan suaranya. Terliha
“Bibi.” Adeline memanggil manusia yang sedang duduk dalam kondisi menunduk, kemudian memeluk wanita tua itu. Rasa rindu yang Adeline rasa selama ini langsung lenyap karena melihat mereka.Wanda menelan ludah. Takut karena ditatap tajam oleh Kendrick. “M—maafkan Bibi, Adeline,” ucap Wanda penuh sesal sesudah mereka duduk di sofa.Adeline tersenyum simpul. “Aku sudah memaafkan kalian semua,” sahut Adeline, menggenggam tangan Wanda. Pandangannya mengedar. “Kemana Paman dan Carmila?” tanya Adeline penasaran karena tak melihat batang hidung mereka.Adeline seketika panik karena Wanda yang menangis. “B—bibi, kenapa? Kenapa menangis?”
Pecahan kaca sudah tercecer kemana-mana. Satu pecahan gelas dengan cairan susu, dan tak jauh dari sana ada guci yang juga ikut pecah."Xavier tidak apa-apa?" Adeline bertanya khawatir sembari memutar tubuh Xavier—mencari luka di tubuh bocah itu. Embusan napas lega keluar beberapa saat setelahnya lantaran tidak melihat ada luka ditubuh Xavier yang masih syok. “Kenapa ini bisa terjadi?” tanya Adeline dengan lembut, tak ingin marah karena percuma, guci itu tidak akan bisa kembali ke bentuk semula.“Tadi Xavier menendang bola.” Ia menunjuk ke arah bola yang berada di sudut ruangan. “Tapi malah melenceng mengenai guci itu, Aunty.”Adeline tidak bisa menyalahkan Xavier sepenuhnya, pasalnya guci itu tidak seharusnya berada tepat
“Apa kau bisa duduk tenang?” tanya Kendrick yang kesal pada Adeline karena wanita itu terus saja berjalan memutari kamar mereka. Tentu itu mengganggu mata Kendrick yang sedang fokus pada laptopnya.Adeline memberhentikan kegiatannya. Dia berjalan, duduk di pinggiran kasur yang sangat dekat dengan Kendrick. “Kau terganggu? Kalau begitu silakan pergi ke ruang kerjamu sekarang,” jawab Adeline dengan cibiran diakhir.Kendrick menghela napas. Perlahan menutup laptop yang menyala, menggesernya ke samping, lalu menarik Adeline mendekat. “Bagaimana aku bisa pergi kesana kalau kau seperti cacing kepanasan, hm?” Alis Kendrick terangkat satu. “Sedari tadi kau berniat kabur dari sini agar bisa mengerjakan pekerjaan yang ada dibawah.”
"Itu teriakan Adeline?"Tanpa menjawab pertanyaan Belinda, Kendrick dengan sangat cepat berlari dari ruang keluarga menuju ke sumber suara. Langkahnya melambat kala matanya menangkap sosok Adeline yang sudah pingsan di lantai dengan Ana yang sedang mencoba membantunya."Tolong! Siapapun tolong!"Kendrick tersadar karena teriakan Ana yang menghantam telinganya. Dengan cepat, Kendrick mendekati Adeline. Mengabaikan perasaannya yang sudah kalang kabut, tak bisa dijelaskan dengan kalimat. Seperti ada gelombang gelap yang siap menyambut Kendrick kala dirinya mengangkat tubuh Adeline dengan gaya bridal style—tidak siap dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Adeline.Yang ada dipikirannya sekara