Share

Obat

Semua mata tertuju ke arah kotak yang terlepas dari genggaman Rania.

Rania mengernyit. Tatapan matanya mengarah ke arah tangan sang ayah yang akan mengambil kotak tersebut.

Mati aku! gumam batin Rania menutup kedua bola matanya. Terlihat sangat pasrah dengan apa yang akan terjadi.

Drt ... Drt ...

Rania membuka matanya secara perlahan. Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap saat sang ayah mengangkat telepon yang berdering.

Huft

Helaan nafas panjang Rania semakin terasa mengiringi rasa lega dalam hatinya. Apa yang ia takutkan akhirnya tidak terjadi juga.

"Nanti, tolong kamu antar ke bawah, ya! Ayah ada telpon dari Pak Bondan," lirih ayah seraya menutup ponselnya dengan telapak tangan.

"Iya, Ayah. Rania akan mengantarkan alat pencukurnya. Ayah tenang saja!" ucap Rania bangkit dengan senyum yang sumringah.

"Ok!" jawab ayah melangkah pergi seraya mengacungkan jempolnya.Ia mengacungkan jempol untuk membalas kode sang ayah.

Syukurlah! gumam batin Rania bangkit seraya meraih kotak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status