Huft! Kenapa sih, dia selalu mengancamku segala? Di hadapan kak Larisa lagi. Sudah pasti, aku telat untuk masuk kerja! Dan, bagaimana kalo aku di pindahkan menjadi pekerja shift malam lagi?"Sesampai di tempat bekerja, apa yang ditakutkan Rania benar-benar terjadi. Lagi dan lagi, ia terlambat untuk sampai di perusahaan.Sampai-sampai ia tak mendapatkan tempat parkir untuk sepedanya."Tuh, kan. Telat lagi!" gumam Rania menghela nafas panjang.Dengan cepat, ia memarkir sepedanya di luar parkiran. Berlari sekencang-kencangnya dan berharap madam Sonya tak membuat keputusan yang akan membawanya ke posisi semula. Di mana ia harus menjadi pekerja biasa yang harus bekerja dengan waktu shift malam dan shift siang.Langkah Rania terhenti. Dahinya mengernyit mengimbangi nafasnya yang tak beraturan.Seseorang bertubuh besar yang selalu memarahi dirinya setiap kali datang terlambat, kini berdiri tepat di hadapannya."Madam," kata Rania tersenyum tipis seraya menyatukan kedua tangan sebagai tanda mi
What? Kevin bilang kalo aku ini cantik? tanya batin Rania bertanya. Baru kali ini dia memujiku! gumam batin Rania menahan rasa bahagia yang tertahan. Kevin menyeringai melihat wajah sahabatnya merah merona saat pujian terlontar dari dirinya."Sejak menikah, kamu terlihat sangat cantik, Rania!" Perkataan Kevin seketika membuat senyum Rania memudar.Rania mendongak menatap Kevin yang tersenyum ke arahnya. Ia tak menyangka, jika sahabatnya mengungkit pernikahan di dalam kantor. Di mana semua orang tak tau tentang statusnya. Kedua bola mata Rania tak berhenti berputar, memastikan tidak ada orang yang mendengarkan pembicaraan mereka berdua."Aku dengar suami ka ...," kata Kevin terhenti.SsstttttTelunjuk Rania seketika mendiamkan mulut sahabatnya itu. "Diamlah! Jangan bahas pernikahanku saat di kantor," bisik Rania yang membuat Kevin mengernyitkan dahi."Kenapa? Apa perusahaan ini tak tau jika kamu sudah ... menikah?" tanya Kevin terkejut melihat Rania menggelengkan kepala."Tidak. Bahk
GlekSakti menegak salivanya dengan paksa. Sesuatu barang yang membuatnya terkejut setengah mati.Bukankah ini ... Sakti mendongak. Dengan cepat, ia menutup kembali kotak tersebut saat Rania berlari menghampiri dirinya. Sudut matanya mengerut melihat Rania menenteng sepatu tanpa menggunakan alas kaki."Maaf, aku telat! Apa kak Larisa masih di dalam?" tanya Rania dengan nafas terengah-engah."Kenapa kamu berlari seperti itu? Lalu, mana sepeda kamu?" tanya Sakti yang tak melihat sepeda Rania."Sepedanya ...," kata Rania terhenti. Bibirnya merapat menahan perkataan yang akan terlontar.Flashback"Bagaimana bisa kempes begini? Masa' iya pulangnya aku harus jalan kaki?" gumam Rania mendesah sebal.Sejenak, dahi Rania mengernyit. Dua bola matanya mengerling melihat dua sepasang sepatu fantovel berada tepat di depannya.Ia mendongak dan sangat penasaran dengan pemilik tersebut. Terlihat begitu jelas, kaki putih mulus yang melekat dalam sepatu tersebut. Tanpa ada cacat sedikitpun seperti ked
"Bukankah itu jauh lebih bagus kamu merusak pernikahan mereka? Kamu bisa menjadi selingkuhannya!" pinta sang suami yang membuat Clara tercengang mendengarnya."Bener-bener kelewatan! Bisa-bisanya aku kalah dengan dia," gerutu suami Clara yang pergi meninggalkan Clara seorang diri.Clara tercekat. Rasa sesal dan kesal kini mulai datang menghampiri dirinya.Bagaimana bisa dia mengatakan seperti itu padaku? Menyuruhku untuk berselingkuh hanya demi kepentingannya sendiri. Kalo tau hidupku akan seperti ini, aku tak mungkin meninggalkan Sakti pada waktu itu! gumam Clara menghela nafas panjang. Menyesali dengan apa yang terjadi.***Mike menghela nafas panjang. Kedua tangannya menopang di dada seraya mendengarkan curahan isi hati sahabatnya itu. Curahan hati yang dulu sempat hilang kini muncul kembali lagi. Entah, setan apa yang merasuki pikiran dan hati Sakti Argantara saat ini."Apa menurutmu? Apa aku jatuh cinta padanya?" tanya Sakti memastikan apa yang terjadi dengan hatinya yang terus b
Ya Tuhan, bagaimana nasibku ini? Kalo aku tau mereka kedua orang tua Sarah, aku tak mungkin memarahi mereka habis-habisan pada waktu itu! gumam Mike mendongak perlahan, memastikan situasi yang ada. Glek Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa. Tatapan kedua orang tua Sarah membuatnya tak mampu untuk berkata-kata. Jemari tangannya tak berhenti mengusap leher mengimbangi rasa gelisah yang menggelora. Mencoba untuk tersenyum meski hatinya menolak. "Jadi, kamu lelaki yang mau menikahi anak kami?" tanya ayah Sarah dengan lantang. Dua alis tebal, kedua tangan menopang di dada tersirat jelas di dalam diri lelaki paruh baya yang berprofesi sebagai Security perumahan tersebut. "Ayah, bukankah dia lelaki yang memarahi kita beberapa hari yang lalu?" sahut ibu Sarah mengernyit. Mike seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Ia hanya bisa pasrah dan bersiap mendengar amarah dari dua orang yang seharusnya akan menjadi calon mertuanya itu. Tamat sudah riwayatku! gumam Mike dalam hati. "Ben
Rania menghela nafas panjang. Tangannya meraih guling dan mendekapnya begitu erat."Apa yang aku lakukan ini sudah benar?" tanya Rania menggigit bibir bawahnya.Drt ...Rania mengernyit. Jemari tangannya dengan cepat meraih ponsel miliknya yang bergetar. Sejenak, kedua bola matanya mengerling saat melihat beberapa chat yang di kirim oleh Sakti kepadanya."Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak melakukannya lagi? Dan, bagaimana bisa kamu bicara seperti itu. Apa selama menikah, aku kurang pengertian padamu dan juga keluargamu?" Dua alis tipis Rania bertaut. Mulai mencerna semua perkataan Sakti yang telah menyudutkan dirinya.SejenakJemari tangannya menscroll kembali layar pipih tersebut. Membuka beberapa chat antara dirinya dan Sakti yang membuatnya terkejut setengah mati."Ya Tuhan, kenapa aku mengirimkan emot hati padanya?" tanya Rania yang mencoba mengingat saat dirinya secara bersamaan mengirim pesan dengan Sarah."Mati aku! Bagaimana aku menjelaskan emot ini? Sudah pasti dia a
"Kata Sarah, dia sangat mencintai lelaki yang bernama Kevin." Perkataan Mike yang kembali melintas dalam benaknya."Jadi, lelaki ini ...." Sakti menelan salivanya dengan paksa. Hatinya terasa sakit melihat rivalnya memiliki ketampanan yang sangat hakiki. "Maaf, apa Rania ...," kata Kevin terhenti."Saya suaminya. Ada perlu apa anda mencari istri saya?" tanya Sakti seraya menopangkan kedua tangan di dada. Mencoba menahan amarah yang tertahan.Kevin menyeringai. Ia sangat tau apa yang di rasakan oleh suami sahabatnya itu."Kemarin, Rania menyuruh saya untuk menjemputnya. Dan, itulah alasan saya datang ke sini!" Perkataan Kevin seketika membuat Sakti terbelalak kaget mendengarnya. ***Langkah Rania terhenti. Bibirnya mengembang dan melangkah kembali menghampiri sang ayah tercinta. "Ayah!" teriak Rania.Ayah mendongak. Senyumnya mengembang melihat Rania yang terlihat begitu ceria. Seperti saat masa indah dulu, sebelum kehidupannya mengalami kebangkrutan. Memanjakannya, memenuhi kebutuh
Rania, dia menolakku!""What? Rania menolakmu?" tanya Mike seakan tak percaya mendengarnya.Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa. Jemari tangannya mulai membuka kacamata minus yang selalu melekat di saat ia kerja. Bibir sexynya mengecap, berpikir bagaimana bisa itu semua terjadi pada diri sahabatnya itu."Katakan! Apa yang kurang pada diriku ini? Bukankah kamu mengatakan kalo dia memiliki perasaan yang sama? Tapi, kenapa dia bilang kalo aku ini bukan tipenya?" ujar Sakti mendesah sebal. Mike beranjak dari duduknya. Perlahan, ia mulai melangkah dan duduk di samping Sakti Argantara. Mencoba menenangkan emosi yang tertahan pada diri sahabatnya itu."Baru kali ini, aku merasakan malu setengah mati di hadapan wanita. Secara blak-blakan, dia bilang kalo aku sama sekali bukan tipenya. Kalo aku tau dia akan bilang seperti itu, aku tak mungkin menyatakan cintaku padanya secepat ini," gerutu Sakti menyalakan rokok. Menghisapnya dan membuang asap yang keluar dari mulut dan juga hidung.Mike