Share

4. Dominasi Sang Bos

Sepanjang meeting berlangsung, Gery terlihat tenang dan masih menguasai dirinya. Ia terus mencoba fokus dengan data-data yangs edang dipresentasikan oleh salah seorang manager yang ia pantau juga dari berkas yang ada di hadapannya.

Beberapa kali kelebat gadis manis tadi membayang di ingatan tapi cepat-cepat diusirnya. Ia harus fokus ke meeting itu karena kalau tidak nanti saat ditanyai oleh sang nenek, ia bisa gagap bila tak memahami semuanya dengan detail.

Ya, neneknya adalah sang penguasa tunggal di Vinestra. Memang dia lah CEO-nya, tapi sebenarnya pemegang keputusan tertinggi masih neneknya. Nyonya Daphne Foster, meskipun sudah berusia lanjut, tetap masih bisa berpikir kritis dan tak mau menyerahkan semua urusan perusahaan kepada cucunya karena beberapa alasan. Khususnya karena ada sedikit kelabilan sifat pada cucunya itu oleh sebab kejadian masa silam yang cukup membuat siapa pun mengalami traumatis yang parah.

Itulah sebabnya Nyonya Daphne masih terus mengawal jalannya kepemimpinan Gery. Meskipun selama ini Gery menunjukkan perbaikan dari segi profesionalitas dan hasil kinerjanya, tetapi karena telah terbiasa memantau dari jauh, Nyonya Daphne tetap dalam konteksnya sebagai pengawas untuk cucunya itu.

Hingga kahirnya sata meeting usai dan ia telah menguasai isi meeting tersebut di kepalanya untuk nanti dilaporkan serta didiskusikan dengan sang nenek, Gery kembali ke ruangannya. Di sana, kembali ingatan soal keinginan memecat Eve muncul lagi. Ia melirik jam dan sudah lewat jauh jam masuk kantor untuk karyawan umum sekitar dua jam tadi.

“Huh! Kelewat tenang pasti gadis itu karena tak kunjung ada surat pemecatan di mejanya! Sial!” gerutu Gery lantas menelepon asistennya untuk memberinya instruksi.

“Cepat lakukan apa yang kusuruh tadi! Pergi ke bagian HRD dan katakan pada managernya untuk memecat gadis yang tadi!” titahnya tanpa ada nada ragu sedikit pun.

Sang asisten tak punya pilihan lain selain mematuhi perintah sang atasan. Ia sesungguhnya juga kasihan bila melihat kerasnya perlawanan gadis tadi. Apalagi wajahnya manis dan tubuhnya itu ... begitu langsing menggoda. Bentuknya seperti gitar spanyol yang melekuk indah di bagian-bagian yang tepat. Sungguh menggugah setiap pria normal untuk memberinya perlindungan. Astaga!

Saat ia menemui sang manager HRD dan menyampaikan perintah dari Gery, sang manager cukup terheran bertanya mendetail tentang apa yang diperbuat Eve hingga ia harus dipecat di hari pertamanya bekerja. Untuk memastikan karena sang asisten Gery itu tak menyebutkan nama Eve karena ketidaktahuannya, sang manager berinisitif untuk memanggil yang bersangkutan.

“Sebentar, apa tidak ada kekeliruan? Benar karyawan yang ini yang dimaksudkan oleh Pak Gery?” tanya sang manager sambil menunjuk ke arah Eve yang kini berjalan masuk ke ruangannya setelah menerima panggilan via telefon intra-office.

Dave—sang asisten CEO-mengangguk meskipun dengan agak terpaksa.

“Apa yang sudah kamu lakukan sampai harus dipecat oleh Pak Gery langsung, kalau saya boleh tahu?” tanya manager HRD berkepala botak itu kepada Eve.

Eve memasang wajah tegas dan menjawab nyaring, “Saya belum melakukan kesalahan apa pun di sini, Pak. Ini hanya soal kesalah-pahaman yang terjadi di antara kami beberapa waktu lalu, di tempat lain.”

Tampak sang manager dan Dave saling berpandangan. Antara heran dan bingung mau menindaklanjuti perintah absurd dari sang CEO tapi nurani kurang setuju dan diselipi iba pula dengan nasib Eve.

“Mungkin sebaiknya Anda menemui Pak Gery lalu menjelaskan permasalahan yang salah paham itu secara gamblang dulu. Tapi mohon dengan cara yang sopan, bukan dengan sikap Anda yang menantang seperti di kantin tadi, Nona.” Akhirnya Dave memberi saran untuk Eve.

Eve menatap Dave dengan pandangan memprotes. “Tapi bos Anda tadi memang terus mengintimidasi saya hingga saya kelepasan untuk bersikap melawan, Pak!”

“Astaga! Dia juga bos Anda, by the way,” Dave mengingatkan dan kini mulai mengerti akan sikap Gery yang terpancing emosi menghadapi gadis ini. Sikap Eve memang cukup menantang dan memantik kemarahan, pikirnya menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

“Coba ikuti dulu saran dari Dave. Mungkin saja kalau sedikit merendahkan diri dan meminta maaf, Pak Gery akan memberimu kesempatan, Eve.” Manager HRD ikut pula menguatkan saran dar asisten Gery tadi.

“Tapi, Pak! Bukankah syaa baru saat saya diterima bekerja di sini saya sudah menandatangani surat perjanjian kontrak kerja di mana di situ tertera dengan jelas apa saja hak saya dan juga apa saja yang bisa membuat saya diberhentikan? Dan saya cukup yakin meskipun belum membacanya secara keseluruhan bahwa di situ tidak tercantum klausul soal saya akan dipecat bila memiliki urusan pribadi di masa lalu dengan bos di sini!” Eve memilih memprotes sang manager HRD. Karena memang urusan karyawan menurut hematnya adalah di bawah kekuasaannya dan bukan dari CEO sendiri.

“Tapi kalau Pak Gery menyatakan Anda bersikap tidak sopan kepada atasan, saya tidak bisa membela, Eve. Anda tetap akan dipecat,” jawab manager HRD dengan wajah non sense.

Ia sudah tua dan tentu tak berminat untuk mencari perkara dengan bos yang berkemungkinan bisa membuat masalah dalam pekerjaannya. Bisa-bisa malah posisinya yang ikut terancam gara-gara membela Eve yang rupanya juga tak kalah keras kepalanya.

“Kalau begitu kakatan siapa yang bisa membela hak saya?” tanya Eve tanpa segan. Sunggu tekadnya semakin bulat untuk membela dirinya sendiri kala dilihatnya bahwa bahkan semua orang di perusahaan ini seakan-akan tak berkutik di hadapan kuasa Gery.

Hening menguar beberapa saat lamanya di ruangan tersebut. Dan kemudian barulah Dave menyahut pelan, seolah ragu akan mengatakannya atau tidak. Namun, itu cukup terdengar di telinga Eve.

“Nyonya Daphne Foster.”

Tampang sang manager HRD berubah sengit. Ia melempar tatapan menegur ke arah Dave yang hanya mengedikkan bahunya bingung. Rasanya Dave tak bisa menolak pesona Eve dan malah membocorkan jalan bagi gadis muda energik itu untuk melakukan perlawanannya terhadap Gery.

“Dan dia adalah ...?” tanya Eve mendekati Dave sambil memasang wajah penuh antusias. Kalau saja Dave adalah perempuan, ia pasti akan langsung memeluknya untuk mengucapkan rasa terima kasihnya yang tak berhingga. Setidaknya ada harapan untuknya bisa membela haknya untuk tetap bekerja di sana.

“Dia adalah nenek dar Pak Gery. Kau akan bisa menemuinya di ruangan utama di lantai tujuh, bertuliskan nama beliau. Tapi ruangan itu berseberangan dengan ruangan Pak Gery—“ Belum sampai usai kalimat Dave saat memberi informasi, Eve sudah bergegas pamit dari ruangan itu dan setengah berlari ke lift untuk menuju ke tempat yang disebutkan oleh Dave barusan.

“Nyonya Daphne Foster, semoga Anda tidak sepicik cucu Anda yang tengil itu,” bisiknya seraya terus mengayun langkah setelah keluar dari lift di lantai tujuh, mencari ruangan yang ada nama wanita bangsawan yang disebutnya itu.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status