Rasa yang belum sepenuhnya hilang, itulah yang membuat tangan Dave mengepal kuat. Seperti rencananya kemarin, pagi ini pria itu telah standby di pelataran kantor. Jaket kulit berwarna hitam dan celana jeans menjadi kostumnya hari ini, tak ketinggalan topi MLB dan masker berwarna senada menjadi pelengkap penyamarannya. Jelas dengan semua itu baik Eve maupun Gery tak mengenalinya. Mereka terus berjalan dengan bergandengan tangan melewati Dave begitu saja."Terkadang aku sampai bosan mendengar Oma bercerita tentang dirimu. Padahal dia tahu, yang lebih sering bertemu dengan kamu adalah aku. Ah, apa memang semua orang tua seperti itu? Ceritanya berputar-putar terus."Dave melihat Eve tergelak sebab ocehan Gery. Bahkan gadis itu tak segan memukul pria itu dengan gemas. Jelas, melihatnya Dave semakin merasa panas.Tidak mungkin ikut masuk ke dalam kantor, Dave memilih duduk di kantin yang tak jauh dari gedung raksasa itu berdiri. Tak peduli berapa lama akan menunggu, rencananya harus berjala
Jika sarapan di rumah keluarga Foster sebelumnya adalah hal yang tabu, kini rasanya sudah tidak lagi. Sejak Eve meninggalkan roti bakar dan susu almondnya tempo hari, gadis itu sudah tak terhitung bergabung menikmati menu-menu ringan bersama Gery dan Nyonya Daphne di pagi hari. Seperti halnya saat ini. Eve dengan santai mengunyah potongan sandwich terakhirnya, dan setelah semua tertelan gadis itu meraih air putih hangat yang tidak jauh dari tangan kanannya berada. "Bagaimana Eve terkait projek dengan Tuan Edward?" Nyonya Daphne menaruh tissue yang baru saja digunakan untuk mengelap bibirnya ke atas piring kotor di hadapan. "Kabarnya, pesanan tiga kontainer kemarin mendapat nilai positif." Eve menaruh gelasnya. Bibir dengan lipstik pink nude itu tersenyum indah. "Ya, Nyonya. Setelah melihat kualitas produk kita, Tuan Edward memutuskan hanya akan menerima pasokan barang dari Vinestra Corp. Dan rencananya, minggu depan ia akan menambah pesanan lima kontainer ukuran 40’." "Wah." Mata N
Ucapan Gery kemarin masih terus terngiang-ngiang di kepala Eve. Tiap mengingat bagaimana sang Bos memakinya kemarin membuat emosi Eve memuncak sampai ubun-ubun. Dasar pria gila! Apa maksudnya meneriaki Eve seperti itu?!Eve sama sekali tak mengerti mengapa Gery tiba-tiba marah meledak-ledak dan memakinya tanpa alasan. Rasanya Eve ingin menampar pipirnya setiap mengingat momen menyebalkan itu.“Huh, dasar aneh! Andai aku bisa memukul wajahnya sekali saja pasti sudah kulakukan!” gerutu Eve sambil membanting berkas-berkas ke atas mejanya.Selama berada di kantor sebisa mungkin Eve menghindari bertatap muka dengan Gery. Meskipun cukup sulit dilakukan karena pekerjaan mereka yang saling terkait, yang jelas Eve tidak ingin berbicara dengan Gery kecuali tentang pekerjaan.Seakan-akan kedekatan mereka beberapa hari belakangan ini tidak berarti apapun. Padahal Eve mengira hubungan mereka bisa berkembang menjadi sesuatu yang lain.“Ah, tidak, tidak. Apa yang kupikirkan?!” makinya pada diri send
Cheryl menuang sampanye ke dalam gelas sembari memandangi jendela kaca besar yang menghadap ke Menara Eiffel. Cahaya dari menara tersebut tampak kontras dengan langit malam yang sedikit berawan.Berkali-kali ia melirik ke arah ponsel yang tergeletak di meja, menanti sebuah panggilan dari seseorang yang sudah ia tunggu seharian ini. Sampai tak lama kemudian ponselnya berdering.Cheryl langsung meletakkan gelas berisi sampanye dan menyambar ponselnya. Suara seorang lelaki yang familiar terdengar di ujung telepon.“Rencana kita berhasil,” ucap Dave yang membuat Cheryl tersenyum lebar.Tidak sia-sia ia menggelontorkan uang untuk menebus Dave keluar dari penjara. Tugas yang ia berikan pada lelaki itu pasti akan selalu berhasil. Karena itu Cheryl berani menjamin Dave untuk keluar dari penjara.“Bagus, tidak sia-sia aku membayar mahal untukmu.” Cheryl menyeringai lebar. Ia tidak bisa diam saja ketika Gery dekat dengan seorang wanita selain dirinya. Cheryl merasa sangat tidak terima, apalagi
Seharian Cheryl tidak bisa fokus pada pekerjaan karena gelisah memikirkan Gery yang dekat dengan perempuan lain di sana. Meksi rencananya dengan Dave sudah berhasil membuat Gery dan Eve merenggang, tapi tidak ketika di hadapan Nyonya Daphne. Ia membutuhkan sesuatu agar hubungan Gery dengan Eve benar-benar putus. Mustahil Cheryl menghasut Nyonya Daphne, wanita tua menyebalkan itu tidak mudah untuk dibodohi. Tunggu dulu, bagaimana kalau ia membuat salah satu dari mereka pergi? Cheryl harus menegaskan Eve tengah berhadapan dengan siapa. Dengan begitu perempuan tak tahu diri itu pasti akan mundur, bukan? Cheryl menarik sudut bibirnya ke atas, lalu menarik ponselnya dari dalam tas jinjing. Sementara itu Eve tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya di kantor, ia bahkan tidak sempat memikirkan tentang hubungannya dengan Gery yang semakin menjauh. Seharian ini saja ia hanya berbicara tentang pekerjaan pada Gery, tidak lebih. Ponsel Eve tiba-tiba berdering ketika ia tengah menyantap bekal maka
Cheryl yang kesal karena ancamannya sama sekali tidak mempan pada Eve pun mencoba untuk mencari cara lain untuk membuat perempuan itu menjauh dari kekasihnya. Cheryl tidak bisa tinggal diam melihat mereka semakin dekat, ia ingin membuat Eve benar-benar pergi dari kehidupan Gery.Jadi, malam itu Cheryl memutuskan untuk menghubungi Dave lagi karena merasa belum puas. Ia butuh sesuatu yang lebih daripada sekadar video itu untuk membuat hubungan Gery dengan Eve benar-benar berakhir.“Aku butuh yang lebih daripada itu, Dave,” ucap Cheryl pada Dave sambil duduk menyilangkan kakinya di sofa. Tangan Cheryl terulur menuangkan sampanye ke dalam gelas kaca.“Kau ingin aku melakukan apa lagi? Bukankah kemarin katamu rencanaku sudah berhasil? Hubungan Gery dan Eve sudah renggang, bukan?” jawab Dave dengan dahi berkerut. Dengan sebelah tangannya yang bebas Dave menyulut rokoknya.“Tidak benar-benar berakhir, mereka masih tampak dekat jika dihadapan Nyonya Daphne. Aku ingin hubungan mereka benar-ben
Eve Menghilang!Terbiasa pulang pergi bersama Eve membuat Gery merasa kehilangan saat ia menghentikan kebiasaan tersebut. Kepada sang nenek, pria itu memberi alasan bahwasanya Eve sangat sibuk sehingga tidak bisa mampir seperti biasa. Dan karena tidak mau merepotkan, maka Eve memilih untuk berangkat sendiri. Nyonya Daphne tidak terlalu merisaukan, sebab Gery telah menyakinkan bahwa tidak ada masalah di antara mereka.Gery mengetuk-ngetuk setir. Menunggu lampu merah berganti warna kali ini terasa sangat lama. Entah mengapa sedari kemarin perasaannya benar-benar kacau. Jujur saja, dalam hatinya yang paling dalam ia selalu kepikiran gadis itu meski amarahnya masih belum mereda. Maka dari itu, hari ini ia berangkat lebih pagi dari biasanya. Gery ingin memastikan Eve dalam keadaan baik-baik saja walau, ya, mungkin hatinya akan kembali tersakiti setiap melihat tingkah Eve yang terkesan biasa-biasa saja, seperti memang tidak merasa bahwa telah melakukan hal yang membuat hati Gery terluka.G
"Dave."Gery tersenyum miring mengingat pemilik nama itu. Pecundang mana yang telah memberi jaminan untuk mengeluarkannya dari tahanan? Tepat sekali. Di saat Eve menghilang, dia malah terbebas. Kalau seperti ini, tidak boleh kah dirinya menaruh curiga lagi?Di mana tempat pria itu bersembunyi saat ini? Sangat mudah bagi Gery untuk mencari, lalu mengobrak-abriknya. Tapi bukan itu langkah awal yang tepat, melainkan mencari tahu siapa yang telah membantunya keluar dari penjara. Gila. Pasti orang itu gila!Gery sangat yakin. Hilangnya Eve pasti ada hubungannya dengan ini.Mobil terus melaju membelah malam yang dingin. Rintik-rintik salju mulai berjatuhan, memberi warna pada aspal yang hitam. Beruntung Gery segera tiba di kediaman Foster, membuatnya tak perlu khawatir membeku karena terlalu lama di jalanan.Baru saja pria itu membuka pintu, tiba-tiba muncul sang Oma dengan tatapan khawatir."Kau habis dari mana, Gery?" Wanita itu melangkah mendekati sang cucu. "Sebenarnya ada apa?"Ditemba