Share

Bab 23. Keangkuhan Arinda

Arinda membuka ikat rambutnya saat sudah sampai di kamar. Menggerakkan leher, tulangnya berderak pelan, hingga dia mengusapnya lega. 

"Dia mengingat kejadian malam itu rupanya," ucapnya seorang diri, lalu memutar tubuh untuk mengunci pintu kamar. "Bisa-bisanya dia mengatakan hal itu padaku, tidak punya harga diri," lanjutnya, kemudian menghela napas. 

Berjalan menuju handuk, Arinda meraihnya dan mulai berjalan ke kamar mandi. Di dalam, dirinya masih terus berpikir tentang antisipasi yang akan dia lakukan jika Deondra tetap berulah. 

"Kau tidak mendatangiku setelah malam itu? Kenapa?"

Pertanyaan dengan nada lembut dan sedikit menjijikkan dari mulut Tuan Mudanya terngiang, membuat Arinda berdecih jijik sekaligus geram. 

"Dia kira siapa dia? Sampai aku harus mendatanginya setelah dia merenggut kesucianku. Lalu, jika benar aku mendatanginya, aku harus bersimpuh lagi di bawah kakinya? Cih, cukup sekali. Hal itu takkan pernah terjadi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status