Share

chapter 66 - Hospital Again

Leira duduk bersama Sean di depan ruang dimana Julian ada di dalam igd, semenjak kembali Leira sudah tahu ada sesuatu tidak di benar pada Julian, rasa bersalah menyelimuti hati Leira, seharusnya dia tidak membiarkan Julian dan mengikuti ucapannya, seharusnya Julian mengikuti ucapannya, seharusnya saat pramugari itu menawarkan pemeriksaan untuk Julian, dirinya tidak diam saja di sana.

Leira mengusap wajah dengan frustasi, perasaan buruk semakin membuat tidak berpikir jernih, dirinya tidak bisa memikirkan resiko apa yang akan di ambilnya jika hal yang telah terjadi membuat Julian mendapatkan kesulitan, berharap semua akan baik-baik saja.

Saat keheningan menghampiri keduannya, ada seseorang yang berlarian ke arah mereka dengan jas putihnya bersama seorang gadis yang mengikutinya dari belakang, itu dokter Jake dan Asyla.

Bagaimana bisa keduanya secara kebetulan berada di rumah sakit ini? Bukankah tadi Dokter Jake bersama mereka saat Julian tadi.

Asyla yang datang langsung memberikan pelukan pada sahabatnya, padahal baru saja Asyla ingin mengunjungi rumah mereka dan memberikan undangan untuknya, tapi siapa yang tahu jika Asyla akan jatuh cinta pada pria yang bahkan dirinya kenal karena sebuah pertemuan, singkatnya Asyla berencana akan menikah dengan Dokter Jake dalam waktu dekat ini.

"Bagaimana kondisinya? Apakah Dokter yang menangani Julian belum keluar?" Tanya Jake, dengan nafas yang masih terengah-engah.

"Leira, aku yakin semuanya pasti akan baik-baik saja," Ucap Asyla, mengusap punggung Leira untuk memberikan ketenangan padanya, pasti membuatnya begitu panik karena mereka baru saja pulang berlibur.

"Aku juga hanya berharap tidak terjadi apapun Julian," Ucapnya, Leira menjauhkan dirinya dari Asyla, lalu menatap keruangan yang belum terbuka sejak setengah jam yang lalu.

"Bagaimana kamu tahu aku ada di rumah sakit ini?" Tanya Leira, dirinya baru saja menyadari kehadiran Asyla, padahal dirinya tidak menghubungi temannya ini.

"Kebetulan aku sedang memeriksakan kesehatanku," Ucap Asyla, dia memang melakukan pemeriksaan untuk kesehatan sebelum menikah.

Aaat semuanya sedang berbicara, tiba-tba ruangan yang ada di hadapan mereka terbuka, memperlihatkan seorang dokter dan para suster yang keluar dari ruangannya.

"Siapa yang bernama Leira di antara kalian semua?" Tanya sang dokter yang melepaskan masker di wajahnya.

Leora bangkit dari kursinya dan melangkah mendekati dokter itu, "Aku Leira, aku istri dari pasien Julian."

Dokter itu membuka sarung tangannya dan melihat pada gadis di hadapannya, "Bisakah kamu datang ke ruanganku? Dan apakah ada saudara lainnya?"

Sean langsung mendekati dokter itu juga, "Aku, aku adalah adiknya,"

"Baiklah, aku akan menunggu kalian di ruanganku, dan untuk pasien Julian sudah di pindahkan di ruangan rawat, kalian bisa melihat tapi jangan bersamaan saat masuk, tolong biarkan pasien istirahat dengan baik," Ucapnya, sang dokter langsung berjalan menuju ruangan miliknya.

"Ayo, kakak Ipar." Ucap Sean, untuk pertama kalonya dirinya memanggil Leira sebagai kakak iparnya, itu berarti secwra tulus Sean sudah menerima Leira menjaf8 bagian keluarganya.

Leira memberikan anggukan, dirinya langsung melangkah mengikuti kemana dokter itu pergi, walau seluruh tubuhnya masih menegang dan pikirannya belum tenang, Leira harus siap dengan apa yang akan di katakan dokter nantinya, karena dirinya adalah istri dari Julian, dirinya harus kuat.

Sean terulur untuk untuk membukakan pintu untuk sang kakak ipar, lalu baru menyusulnya untuk masuk ke dalam ruangan dokter itu, di dalam sudah ada dokter yang tadi menangani Julian sedang menulis sesuatu di buku catatannya.

Leira dan Sean duduk bersamaan, keduanya sudah siap untuk mendengarkan apa yang akan di katakan sang dokter, sepertinya ini sesuatu masalah yang begitu serius, Leira jadi gelisah.

"Sebelumnya aku akan bertanya, apakah pasien pernah mengalami benturan keras di kepalanya? Atau akhir-akhir ini kepalanya ser8ng mengeluh terasa sakit?" Tanya sang dokter, setelah dia membuat analisis untuk perkiraannya yang akan terjadi.

"Kakakku pernah mengalami kecelakaan bersamaku belum lama ini, posisi kakakku lah yang lebih parah terbentur dan—"

'Aku sering mengamatinya, akhir-akhir ini terkadang emosional suamiku tidak stabil, dis juga sering memang kepalanya, dan pagi ini juga sering memang kepalanya, dan pagi ini juga suamiku baru saja tiba-tiba mimisan, lalu ketika kita sampai di rumah, suamiku langsung pingsan," Sambung Leira yang menjelaskan secara keseluruhan apa yang telah terjadi pada Julian.

Dokter hanya memberikan anggukan, dia kembali menilis sesuatu di dalam catatannya.

"Untuk saat ini banyak kemungkinan yang terjadi, entah itu gegar otak atau kemungkinan bisa mengalami amnesia, ini baru perkiraanku, kar3na pasca kecelakaan itu pasien tidak melakukan pemeriksaan lanjutan di rumah sakit," Jelas sang dokter.

Hari Leira terasa semakin terpukul mendengarkan bagaimana kemungkinan yang akan Julian terima nantinya, dan satu fakta jika kecelakaan itu bukan hal biasa saja, Julianlah yang lebih parah dan pria itu—kenapa selalu menyembunyikan hal ini pada dirinya?

"Jika itu baru kemungkinan, apakah itu akan terjadi nanti? Atau katakan apakah Julian akan baik-baik saja?" Tanya Leira, rasa takut dan rasa khawatir begitu mendominasi hatinya, tidak ada yang bisa di katakan baik.

Dokter itu menatap ke arah Leira, dia tersenyum dengan kaku.

"Aku tidak bisa memastikan apapun, aku tidak mengatakan hal yang belum fakta, jika kalian setuju aku akan segera menyiapkan surat perjanjian dan kalian bisa meninggalkan ruanganku,"

Baik Sean maupun Leira tidak ada katakan yang bisa untuk disampaikan, perkataan dokter itu benar, dia tidak bisa memberikan kepastian karena semua ini masih ada banyak kemungkinan, dengan perasaan sedih, keduanya meninggalkan ruangan dokter itu.

"Setidaknya kamu sudah tahu bukan? Jadi jangan terlalu sedih, kakak Julian adalah sosok yang kuat, sekarang kakak ipar lebih baik menemuinya," Ucap Sean, dirinya begitu canggung untuk berinteraksi dengan Leira, walau dirinya tahu usia mereka berbeda, tapi Sean ingin menghormati Leira sebagai istri kakaknya.

"Kamu benar, aku yang seharusnya yang lebih kuat, Julian membutuhkanku saat ini,"

Hingga akhirnya Leira harus melihat Julian dengan keadaan dimana seluruh tubuhnya dipenuhi alat, melihat suaminya dengan keadaan ini sungguh menyakiti hatinya, menusuk seluruh pertahanan dirinya untuk tidak menangis, tapi Leira harus kuat.

Di dalam ruangan yang hanya ada dirinya dan Julian, bahkan ruangan ini begitu tenang dan sunyi, rasanya ingin membangunkan Julian jika dirinya sampai menangis dengan pelan Leira memilih untuk duduk di kursi dekat di sisi ranjang.

Leira tersenyum dan dengan tatapan sedihnya, gadis itu terulur untuk menyentuh tangan Julian, kemudian menggenggamnya, lalu meletakan tangan besar Julian di pipinya sambil melihat pria itu yang memejamkan matanya.

Banyak hal yang ingin sekali Leira katakan, tapi mulutnya enggan untuk mengatakannya, sudah beberapa kali Leira mengatakan pada Julian untuk selalu mengatakan apa yang membuatnya sakit atau bingung, apa gunanya dirinya jika Jualan tidak ingin membagi apapun.

"Aku istrimu Julian, aku tidak akan meninggalkanmu saat kondisimu sedang sakit, kita bat7 saja mengatakan itu bukan? Setia bersama dalam keadaan apapun," Ucap Leira, air mata kesedihan kembali mengalir, kenapa? Kenapa saat semua berjalan baik, selalu ada cela membuat Leira harus takut akan sesuatu.

"Aku akan selalu menceritakan apa yang terjadi padaku, tapi kenapa kamu senang menutupinya Julian?" Tanya Leira lagi, dia hanya berusaha untuk menjadi lebih kuat tapi tetap saja dia seorang wanita yang begitu lemah dalam kondisi seperti ini.

"Aku akan tetap disisimu, aku janji padamu Julian, jadi cepatlah pulih,"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status