Share

Bab 43

Diam adalah salah satu cara terbaik untuk mengendalikan emosi.

***

Entah berapa lama keheningan menyekap Ansel dan Alina dalam balutan resah dan gelegak darah nan membuncah.

Ansel memeras otak untuk menguntai penjelasan penuh makna yang sekiranya dapat meredam panas hati mamanya.

Sementara Alina berjuang mengendalikan diri agar sumpah serapah tak latah terucap, mengguncang pintu langit dengan kutukan si pahit lidah lantaran perkataan seorang ibu adalah doa mustajab bagi anaknya.

“Ma, hari ini masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan,” bujuk Ansel, berusaha mengalihkan topik pembicaraan sekaligus pikiran Alina. “Bagaimana kalau Mama pulang dulu dan istirahat. Mama pasti capek, kan?”

“Kamu sengaja ingin menghindar?”

Ansel menggeleng sembari memasang wajah serius. “Enggak, Ma. Mama bisa lihat sendiri tumpukan dokumen di meja kerjaku,” kilahnya. “Aku janji akan menyediakan waktu untuk mendiskusikan itu nanti.”

Alina menyelami kedalaman netra gelap Ansel dengan pandangan menyelidik.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status