“Ada satu. Kesetiaan.” Jawaban bram membuat kedua alis tyaga mengerut. Dia terheran - heran ketika bram mengatakan hal yang berkaitan dengan kesetiaan. Dari yang tyaga lihat kemarin, sosok papa mereka tak terlihat seperti pria yang suka bermain - main dengan komitmen. Jadi rasanya tidak mungkin jika papa bianca dan bram mengkhianati mamanya.“Kesetiaan siapa ya lo maksud ?” Tanya tyaga pada akhirnya. Dia menyerah dengan rasa penasarannya.“Kesetiaan lo.”“Gue ? Apa hubungannya sama gue ?”“Ck!! Emang lo setia apa ?”“Menurut lo ?”“Menurut gue… enggak.”“….” Tyaga pun terdiam setelah mendengar jawaban bram.“Lo aja nggak ngenalin kakak gue sampe detik ini. Iya kan ?”“Bukan nggak ngenalin.”“Terus apa ? Menolak kenyataan bahwa mereka adalah orang yang sama. Dan waktu itu lo ternyata udah terlanjur nyakitin dia, gitu kan maksudnya ?” Tyaga merasa seolah ditikam dengan pisau tepat di dadanya saat mendengarkan tuduhan bram yang tepat sasaran. Sebenarnya tyaga sadar bahwa dua bianca yang
“Bagaimana rencanamu, kak ?” Tanya bram yang baru saja datang ke apartemen baru milik kakaknya.“Masih sama.” Jawab bianca singkat sambil terus memandangi pemandangan diluar jendela kaca besar di depannya.“CK!! Dia sudah menunjukkan perasaan bersalahnya, kak.” Kata bram dengan kesal.“Dari mana kau tau ?”“Tadi dia datang ke kantor untuk mencarimu.”“Ternyata dia datang ke kantor.” respon bianca yang datar.“Dan kami bicara empat mata di cafeku.” Lanjut bram lagi.“Apa yang kalian bicarakan ?” Tanya bianca dengan wajah datarnya.“Nggak banyak. Hanya alasan dibalik kepergianmu waktu itu.” Jelas bram.“Oh…”“Hanya itu ?” Bianca mengangguk.“Tapi menurut yang ku lihat sepertinya dia juga memiliki masalah yang besar waktu itu.” Kata bram lagi.“…” bianca diam saja.“Kau tidak ingin mengetahuinya, kak ?” Bianca menjawab dengan gelengan.“Walaupun aku sudah susah payah membuatnya merasa bersalah ?” Bianca menganggukan kepala.“CK!!! Kalian benar - benar jodoh!!” Kata bram tajam sambil mere
Setelah mamanya pergi tyaga terus terdiam dan termenung dengan hati yang penuh dengan perasaan bersalah. Sangat bersalah. Hingga rasanya dia sendiri tak sanggup memaafkan dirinya sendiri. Tyaga membayangkan bagaimana posisi bianca saat diperlakukan seperti itu oleh dirinya.Mungkin jika dirinya yang berada dalam posisi itu, tyaga mungkin akan menghancurkan bianca detik itu juga. Sayangnya gadis itu tak melakukan apa - apa kecuali menghindar darinya. Bahkan bianca tak membuang tenaganya untuk berusaha menjelaskan semuanya pada tyaga. Karena pada akhirnya kenyataan itu terbuka sendiri.Rasanya beberapa tetes air mata tyaga tak sebanding dengan air mata yang dikeluarkan oleh bianca. Apalagi luka yang ditorehkan, rasanya yang dirasakan oleh tyaga ini juga tak seberapa.Tyaga yang awalnya berbaring di ranjangnya tiba - tiba tengkurap dan memukul - mukul ranjangnya dengan keras. Dia ingin menyalurkan kemarahannya pada diri sendiri melalui hal itu. Tiba - tiba tyaga kembali teringat dengan
Pagi ini tyaga kembali sarapan bersama dengan oma dan mamanya. Suasana di meja makan sangat sepi. Hanya terdengar suara garpu dan pisau yang bergesekan dengan piring. Tyaga pun terus mengunyah roti isi miliknya tanpa berbicara apapun. Sejak kejadian malam itu, dia memang lebih banyak diam. Benar - benar diam seolah sedang melakukan aksi mogok bicara.“Sayang, nanti bisa temenin mama nggak ?” Tanya panya basa - basi pada sang putra.“….” Tyaga menjawab dengan anggukan tanpa bicara. Hingga hal itu membuat mama dan oma nya saling melihat dengan tatapan heran.Tak berselang lama, tyaga terlihat sudah menyelesaikan roti isi dan juga jusnya.“Aku berangkat dulu.” Kata tyaga saat sudah berdiri dari posisi duduknya. Lalu dia mencium pipi mama dan oma nya secara bergantian. Setelah itu berjalan menuju ke arah mobilnya terparkir.Tyaga menyalakan mesin dan mulai menjalankan mobilnya menuju ke sebuah cafe yang dulu pernah dia datangi. Cafe dimana saat itu bianca hampir saja dibawa oleh satpam me
Setelah keputusan tyaga saat itu, dia benar - benar menunjukkan keseriusan kata - katanya. Tyaga terlihat sangat rajin masuk kuliah, mengerjakan tugas, bahkan datang ke ruang baca untuk mencari bahan skripsinya nanti. Walaupun dia tak mengatakan bahwa semua itu karena persaingannya dengan fareta demi bianca, tapi vero sangat yakin tentang hal itu.Apapun yang menyangkut bianca pasti bisa menggerakkan tyaga dan juga fareta secara bersamaan.Seperti sekarang ini vero dan tyaga sedang duduk berhadapan di kantin sambil makan bersama. Tapi tak ada pembicaraan diantara mereka kecuali saat sedang bermain game online bersama. Tyaga pun sepertinya tak berniat menceritakan sudah sejauh mana usahanya tapi sudah satu minggu sejak keputusannya saat itu, vero hanya bisa menemaninya tanpa banyak bertanya seperti sekarang. “Ga… lo liburan semester mau kemana ?” Tanya vero basa - basi. Karena sebentar lagi libur semester akan tiba, biasanya mereka sudah memiliki rencana liburan bersama. Sayangnya kal
Seperti hari - hari biasanya, tyaga terus berusaha belajar mengenai perusahaan milik keluarganya sambil mengumpulkan data - data untuk skripsinya nanti. Pagi ini pun masih sama, dia terus menghabiskan waktunya di kamar setelah selesai sarapan. Padahal ini adalah hari pertama liburan semesternya. Perubahan drastis tyaga ini cukup membuat khawatir mama dan oma nya. Apalagi sebelumnya dia juga sempat mogok bicara dan melakukan hal - hal diluar kebiasaannya. Lalu tekadnya yang juga baru ini sempat mengkhawatirkan mamanya, walaupun sang oma juga merasa sedikit bahagia saat mengetahui bahwa tyaga memiliki niat untuk mengurus perusahaan. Jadi, tanpa harus memaksa cucu satu - satunya itu ternyata sudah dengan suka rela melakukannya. Nantinya oma lisa harus berterima kasih pada bianca karena hal ini.Saat sedang asik mengetikkan sesuatu di laptopnya, tyaga tak sadar bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya. Bahkan orang itu sudah berdiri di sampingnya dan ikut melihat ke arah layar l
“VER!!! GUE TAHU KEBERADAAN BIANCA!!.” Kata tyaga dengan suara yang lantang dan bersemangat.Vero yang masih tersambung dengan bram pun langsung diam membeku saat mendengar kata - kata tyaga barusan. Sahabatnya itu tadi tidak menguping, kan ?Tanpa sadar vero belum memutus panggilannya dengan bram, karena di seberang sana bram juga penasaran dengan yang sebenarnya terjadi. Tapi dia melangkah maju ke arah tyaga.“Lo tau dari mana, ga ?” Tanya vero dengan jantungnya yang terus berdebar kencang. Dia benar - benar takut ketahuan oleh tyaga.“Ada pokoknya.”“Lo…”“Nanti gue kasih tau. Tadi bukannya lo lagi telfon, ya ?” Tanya tyaga yang akhirnya menyadarkan vero dengan ponselnya. Dia melihat di layar bahwa panggilannya memang belum terputus.“Yaudah gue keluar dulu. Nanti kalo lo udah selesai gue bakal tunjukin.” Kata tyaga lagi. Vero pun hanya mengangguk setuju.‘Halo ?’‘Iya, kak.’‘Lo denger kan yang tyaga bilang tadi.’‘Denger. Dia teriaknya kenceng gitu.’‘Gue jadi curiga sama dia.’
“KEJUTAN!!!” Teriak seseorang tepat saat pintu berhasil dibuka oleh tyaga.“Lo ?? Ngapain lo disini ?” Tanya tyaga yang benar - benar terkejut dan tak menyangka akan melihat wajah bram sekarang didepan matanya.“Kenapa ? Emangnya gue nggak boleh datang mengunjungimu ?” Tanya bram dengan wajah yang tak berdosa, kemudian pria itu masuk begitu saja melewati tyaga yang masih diam mematung.“Ada apa ? Kenapa masih berdiri disitu ?” Tanya bram lagi. Seolah dia bukanlah tamu disana. Mau tak mau tyaga akhirnya menyusul bram masuk.Adik dari bianca itu terlihat memperhatikan ke setiap detail yang ada di vila milik tyaga.“Jadi ini villa yang senilai dengan kakakku ?” Sindir b