Beberapa jam sebelum kejadian......Dante POVBeberapa mobil yang mengikuti mobilku, berhenti tepat beberapa gang dari lokasi yang Bobby dan Eugene sampaikan di salah satu perumahan mewah tua yang memang sudah tidak berpenghuni lagi. Bobby yang duduk di sebelahku lalu membuka jendela mobil dan mengintip lokasi sekitar yang memang sudah tidak di tinggali oleh siapapun. Salah satu anak buahnya kemudian menghampirinya dan membisikkan sesuatu."Baiklah, lakukan dengan hati-hati." Ucapnya kemudian menutup jendela."Tuan, Kai sedang bersama timnya berada di barisan paling depan untuk melakukan pengintaian." Lapor Eugene yang sedang duduk di kursi penumpang tepat di depanku."Laporkan setiap ada gerakan yang mencurigakan. Persiapkan Harley untuk menyusulnya." Perintahku."Baik, Tuan." Balasnya."Kawan.." Bisik Bobby."Sepertinya anak buahku melihat cahaya dari jendela di lantai 2 rumah itu. Mereka memang benar ada di sana." Jelas Bobby.Aku mengangguk paham atas penjelasan Bobby."Eugene,
Dante POVKini hanya aku beserta bawahan Eugene yang masih menemaniku berjalan menyisiri lorong dan membuka pintu kamar ini satu persatu dengan sangat hati-hati karena kami tidak mau menimbulkan suara sama sekali."HEI KAU?!" Teriak seseorang yang berhasil mengagetkanku.Segera kuhantam satu tikus itu dengan seluruh kekuatan yang sudah terkumpul di tangan kananku dan menghajarnya hingga babak belur hingga tikus menjijikkan ini kehilangan kesadarannya. Beraninya tikus menyedihkan ini mencoba merusak rencanaku."Brengsek! Siapa kau berani memerintahkku!" Marahku lalu menyeret tubuhnya yang cukup besar itu."BERHENTI!!!" Teriak segerombolan orang yang membuat anak buah Eugene di belakangku segera berlari melewatiku dan melawan anggotan Ronan Cross yang berusaha menghadangku dari depan.Suara perkelahian sengit itu tidak terhindari lagi. Anak buah Eugene bekerja sangat keras untuk membersihkan lorong itu agar aku bisa jalan tanpa hambatan. Mereka berusaha keras agar tangan menjijikkan par
Author POV"Perintahkan Kai untuk menembak sekarang.""Baik, Tuan." Balas Eugene yang segera menghubungi Kai melalui handsfree yang terpasang di telinga ketiga serigala itu."Tuan Dante sudah memberikan izinnya." Ucap Eugene yang segera di pahami oleh Kai."Baik" Balas Kai yang segera memfokuskan bidikannya pada tubuh seseorang yang sedang duduk bergoyang nikmat di atas tubuh majikan mudanya.Satu tembakan melesat diam-diam melewati jendela yang terbuka dan tepat menembus leher Marie yang sedang mengadah karena nikmatnya hujaman kejantanan Nicholas. Begitu melihat tubuh Marie yang terkulai lemas, kedua wanita lainnya segera berlari menjauhi kasur karena panik. Nicholas yang tidak tau apa-apa dan kebingungan karena penutup mata dan mulutnya yang masih terpasang itu hanya bisa diam membeku saat tubuh Marie terkulai lemas di atas tubuhnya. Nico bisa merasakan ada cairan hangat yang jatuh dari leher Marie dan membasahi tubuh bagian atasnya. Suara Marie yang tercekat seperti orang kehabisa
Author POVMesin pendeteksi detak jantung, jarum infus dan perban kini melekat di kedua lengan serta kaki Lylia yang sedang terbaring lemah di ranjang di rumah sakit yang Dante miliki. Dante memesan 3 lantai khusus untuk Lylia seorang agar kejadian mengerikan itu tidak terulang kembali. Penjagaan ketat Dante persiapkan untuk melarang siapapun mendekati gadisnya.Tidak, Lylia sudah bukan gadisnya lagi. Semenjak malam itu Lylia sudah beranjak dari seorang gadis menjadi seorang wanita dewasa. Dante merasakan rasa sakit dan sesak yang teramat sangat jika membayangkan kembali bahwa bukan dia yang berhasil mendapatkan kehormatan Lylia yang sudah ia jaga sekuat hatinya.Meskipun begitu, tidak sekalipun ia melihat Lylia dengan tatapan jijik atau merendahkan, karena baginya keselamatan dan kesehatan Lylia adalah hal yang terpenting saat ini. Begitu besar rasa sayang dan cinta Dante pada seorang wanita bernama Lylia Prozky yang sudah berhasil mengambil seluruh hati, pikiran, tenaga dan waktu seo
Author POVDante kini paham. Ia tidak boleh egois saat ini. Demi kesembuhan Lylia, apapun akan Dante lakukan. Meski harus menyiksa dirinya karena tidak boleh merokok. Maka itulah yang akan ia lakukan, dibandingkan harus meninggalkan sisi Lylia lagi atau membuat kondisinya semakin parah karena udara yang kotor.Dante mengangguk pelan lalu duduk kembali di sofanya dengan tenang. Bobby kemudian berjalan ke mini pantry dan mengambil dua gelas kosong lalu menuangkan whiesky yang ia bawa sebagai bingkisan. Bobby lalu memberikan minuman itu pada Dante dan ikut terduduk di samping kawan lamanya itu."Hampir sebulan, Bob. Hampir sebulan aku tidak mendengarkan suaranya." Ucap Dante menatap tubuh Lylia dengan tatapan mata yang kosong.Bobby melirik iba kawannya. Ia lalu menepuk bahu Dante dengan pelan, seakan tidak mau membuat hati sabahatnya semakin rapuh. Untuk pertama kalinya Bobby melihat Dante tidak berdaya seperti ini hanya karena cinta. Sesuatu yang sangat sederhana seperti itu bisa mengh
Author POV Malam harinya, Victor mendatangi Dante dengan tumpukan berkas yang Dante harus tanda tangani satu persatu. Harley juga berada di kamar rawat Lylia dan sambil sibuk mengatur segala barang bawaan dan keperluan majikannya untuk menginap lebih lama. Mereka bertiga kini sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. "Dy..." Harley mendengar bisikan halus yang menyapa telinganya. Ia lalu mengedarkan seluruh pandangannya ke setiap sudut ruangan, sampai matanya tertuju pada mata Lylia yang sedang terbuka. "Tuan, Nona Lylia!" Pekik Harley. Dante terperanjak dari sofanya dan segera berjalan cepat mendekati kasur Lylia. Ia melihat Lylia sudah membuka matanya meski hanya sesaat. "Panggilkan dokter!!" Titahnya. Vitor segera berlari cepat keluar ruangan demi mencari dokter yang di tugaskan untuk merawat Lylia. "Ly.. Baby Girl.. Sayang..." Bisik lembut Dante. "Mhh..." Desis Lylia yang berusaha sekuat tenaganya membuka mata. "Daddy's here.. it's okay." Bisik Dante. "Da-ddy?" Beo L
Lylia POVLagi-lagi aku berada di ruangan yang menyeramkan ini. Gelap, dingin, sepi, lembab dan sesak yang menyelimuti membuat suasana semakin menyeramkan. Aku berdiri sendiri, kebingungan. Aku bisa mendengar dengan jelas suara gemuruh yang menakutkan di setiap sudut ruangan. Tentu saja aku masih berada di ruangan itu. Ruangan yang menjadi mimpi burukku di mana sosok seseorang yang kuhindari selama ini berada.Sosok menjijikkan berperawakan seperti Mark itu kemudian datang mendekatiku dengan senyumannya yang paling mengerikan. Aku menangis dan berteriak namun suaraku tidak keluar sama sekali. Jantungku berdetak dengan sangat cepat seiring dengan adrenalinku yang ikut terpacu.Mark kemudian mulai menyentuhku dengan tangan dinginnya yang membekukan kulitku. Aku semakin meronta ingin terlepas darinya. Tangan dingin itu lalu mulai merobek semua pakaian yang melekat di tubuhku. Aku semakin menjerit ketakutan dibuatnya.Tanganku mendadak terikat oleh sesuatu yang membuatku tidak bisa melawa
Lylia POV END Pria itu diam membeku seketika. Terlihat jelas ia masih berusaha menahan ekspresinya. Aku juga bingung harus berbuat apa lagi. Air mataku menetes dari sudut mata. Jelas aku sudah mengalami mimpi buruk itu di dunia nyata. Bayangan itu masih jelas terlintas di pikiranku bahkan saat aku menutup mata, semua masih tampak sangat nyata. Dan itu sangat mengerikan. "Daddy, aku takut.." Isakku. Pria itu bangkit membungkuk dan mencium keningku sangat lama. Air mataku jatuh semakin banyak. "Daddy, aku kotor. Daddy... Kotor." Tangisku. Pria ini meringkuh bahuku dan memelukku erat. "Tidak, sayang. Tidak. Kau tidak kotor sama sekali. Maaf... Maafkan Daddy. Semua salah Daddy" Bisiknya. Mendengarnya terisak saat memelukku membuat hatiku semakin hancur. Sakit. Sesuatu yang begitu berharga dariku harus rela dirampas oleh orang lain yang sama sekali tidak pantas menerimanya. "Aku... Tidak pantas.. Untukmu... Daddy." "Tidak! Kau pantas, sayang! Sangat pantas. Tidak ada lagi yang leb