"Mengapa kau datang bekerja hari ini? Apa kondisimu baik-baik saja?" Tanya Megantara saat mereka berdua sudah sampai di ruangan Megantara. "Saya baik-baik saja. Akan sangat berlebihan jika hanya karena kejadian kemarin saya tidak bekerja hari ini," jawab Nalini. "Kau menganggap kejadian kemarin hanyalah hal sepele? Bukankah kau hampir mati kedinginan? Apa kau pernah berpikir apa yang akan terjadi jika tidak ada yang menemukanmu?" Megantara kesal pada gadis yang ia khawatirkan sedari kemarin itu."Maafkan saya, Pak. Bukan maksud saya untuk menyepelekan kejadian yang menimpa saya itu. Tapi saya baik-baik saja. Jadi sebagai bentuk syukur saya karena tidak jadi mati, saya harus bekerja dengan lebih giat lagi," Nalini menjelaskan panjang lebar.Megantara mendengarkan dengan seksama, "Kau yakin?""Ya. Saya siap bertugas hari ini. Terima kasih sudah mengkhawatirkan kondisi saya di tengah kesibukan Anda," kata Nalini."Ya. Karena mengkhawatirkanmu aku tidak bisa memikirkan atau mengerjakan
Ponsel Nalini berbunyi, Megantara mempersilakan Nalini untuk mengangkat telepon. "Baik Chef," kata Nalini saat setelah mendengar perkataan dari seberang telepon. Nalini memasukkan kembali ponselnya ke saku baju kokinya lalu menatap Megantara, "Maaf, Pak. Saya harus segera kembali ke restoran. Terima kasih atas jamuan makan siangnya meskipun saya sendiri yang menyiapkannya."Megantara terkekeh, "Kau tak perlu membereskan piring-piring ini sendiri. Aku akan meminta sekertarisku untuk memanggil cleaning service. Kepala Chef tidak suka menunggu terlalu lama." Nalini mengangguk dan berjalan keluar dari ruangan. Sampai depan lift dia heran karena Megantara berjalan di belakangnya. Nalini menatap Megantara dengan penuh tanda tanya. Mereka memasuki lift secara bersamaan."Aku merasa sangat kekenyangan jadi aku harus berjalan-jalan sebentar dan menghirup udara luar," kilah Megantara. Padahal alasan sebenarnya adalah karena Megantara belum mau berpisah dengan Nalini. Nalini hanya tersenyum k
Megantara menatap makanan dengan lesu, pasti yang tersaji di depannya tidak hanya disiapkan oleh Nalini tapi juga oleh koki lainnya. Dia juga banyak diam meskipun Starla terlihat mengobrol akrab dengan teman-temannya sambil memulai menikmati hidangan. Tak lama kemudian Nalini datang dengan membawa dua porsi cocktail pesanan teman Starla dan Megantara. Saat Nalini berada di samping Megantara, Megantara berbisik, "Makanan mana yang buatanmu?""Semua menu pembuka di sini, Pak. Apa perlu saya bawakan makanan lain?" Tanya Nalini ikut berbisik namun tanpa memunculkan senyumannya. "Tidak perlu. Aku tentu harus menghormati tamu yang lain. Aku akan tetap memakan yang ada saja," kata Megantara. "Ya. Tentu saja Anda harus menghormati tamu dari kekasih Anda," kata Nalini yang mengakibatkan Megantara membelalakkan matanya. Gadis itu benar-benar termakan omongan Starla. Starla menyadari jika Megantara saling berbisik dengan Nalini. Dia memberikan tatapan pada Nalini dan mengisyaratkan Nalini un
Nalini menoleh ke arah Megantara. Terkejut dengan kalimat yang Megantara lontarkan. "Mengapa Anda mengatakan itu padaku? Aku rasa itu bukan urusanku," tanya Nalini heran. "Aku tidak ingin kau salah paham. Oh maksudku aku takut semua orang salah paham," jawab Megantara. "Tapi dia sepertinya sangat menyukai Anda. Apakah Anda tidak menyesal menolak perhatian dari gadis cantik sepertinya?" Nalini masih menanggapi dengan pertanyaan. "Cantik bukanlah kriteria utamaku, lagipula mengapa kau memaksa? Apakah menurutmu aku pantas bersanding dengannya?" Tanya Megantara iseng. "Seorang CEO hotel bersanding dengan gadis seperti Nona Starla tentu saja sangat cocok dan sepadan," jawab Nalini Megantara menatap Nalini, "Tapi tatapan matamu berkata lain.""Pak, maaf sebenarnya apa maksud Anda menggiring obrolan tentang hal ini denganku?" Nalini terlihat kesal. Meskipun dalam hatinya ada perasaan lega mengetahui hubungan Megantara dan Starla yang sebenarnya. "Apakah ini membuatmu tersinggung? Jang
Pagi ini Nalini seperti biasa, Nalini diharuskan untuk mengantarkan makanan milik Megantara. Tapi Nalini enggan untuk melakukannya sehingga meminta tolong pada pelayan untuk mengantarkan dan mengatakan pada Megantara bahwa dia tidak perlu khawatir, makanan yang dikirim tetaplah buatan Nalini. Nalini hanya sedang sibuk di dapur. Nalini menghembuskan nafasnya kasar. Dia tau bahwa dengan tidak mau bertemu dengan Megantara itu sama saja menghindar dari rasa malu dan kecewa tadi malam. Tapi mau bagaimana lagi, Nalini memang sengaja menghindar. Siang hari dan malam haripun sama. Nalini tidak mau mengantar sendiri hasil masakannya ke ruang Megantara. Megantara sampai kesal dan bingung sebenarnya alasan apa yang membuat Nalini tidak mau ke ruangannya. Apakah ada hubungannya dengan pertemuannya semalam? Lebih baik Megantara mengkroscek sendiri pada Nalini dengan menemuinya setelah pekerjaannya selesai. Dia merasa ada yang kurang jika seharian ini tak bertemu dengan Nalini. Megantara buru-bu
"Bukankah gadis ini koki di restoranmu? Sepertinya kita sudah sering dipertemukan secara tidak sengaja ya?" Tanya Starla. Sedikit sinis. Sikapnya memang seperti itu jika di hadapan orang yang belum kenal dekat. Tapi jika dengan kenalan dekat, dia akan bersikap manja dan bersikap layaknya dia seorang putri raja. Megantara mengangguk, "Bukan hanya Nalini, Pandu juga bekerja di hotelku," jawab Megantara sambil menunjuk Nalini dan Pandu secara bergantian. Megantara mengamati gerak gerik Nalini. Dia berharap Nalini merasa tak suka melihatnya berjalan bersama Starla seperti dirinya yang tidak suka melihat Nalini berjalan bersama Pandu. Nalini terlihat lebih sering mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tidak memandang ke arah Megantara. "Kalau begitu kami permisi untuk melanjutkan perjalanan kami pulang," Nalini mencoba tetap bersikap sopan. Nalini harap Megantara tidak bisa menyadari hawa panas yang sedang menyelimuti hatinya. Megantara ingin menahan Nalini, dia ingin berbicara empat ma
Megantara dan Nalini berpapasan di depan pintu lift yang masih tertutup. Pandangan mata mereka bertemu. Megantara merasa ini sebuah kesempatan emas karena dia dipertemukan dengan gadis itu. Sedangkan Nalini justru merasa gugup. Dari kemarin dia sudah berusaha menghindari Megantara. Tapi memang sudah takdirnya mereka dipertemukan terus menerus tanpa sengaja. Pintu lift terbuka. Nalini ragu untuk masuk. Dia ingin mengurungkan niatnya dan lebih baik tidak masuk bersamaan dengan Megantara. "Masuklah," perintah Megantara dengan suara beratnya. Nalini mematung. Megantara sudah berkata seperti itu. Itu tandanya dia tidak bisa kabur. Mau tak mau dia melangkahkan kaki dengan berat untuk masuk ke dalam lift. Dan Megantara juga ikut masuk setelahnya. Megantara buru-buru menutup pintu lift sebelum ada orang yang berniat ikut masuk. Sehingga kini hanya Nalini dan Megantara yang ada di lift. Megantara tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara dengan Nalini, "Dari kemarin kau menghindari
Jantung Nalini rasanya mau copot. Sentuhan bibir Megantara ke bibirnya membuat efek sangat dahsyat pada Nalini. Wajah Nalini memerah. Nafasnya juga tak beraturan. Ditambah mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Megantara semakin membuat Nalini melayang-layang. Tulang di kakinya seperti menjadi kenyal dan sulit untuk menopang tubuhnya. Nalini hampir saja terjatuh jika Megantara tak menangkapnya. "Apakah pelukanku dan ciumanku masih kurang?" Tanya Megantara sambil mengedipkan sebelah matanya. Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka. Nalini buru-buru melepaskan pelukannya. Dia takut ada yang melihat posenya di dalam lift. Untung tidak ada siapa-siapa di depan lift. Nalini keluar dengan terburu-buru diikuti Megantara. Mereka bersyukur selamat dari maut karena lift bisa berjalan normal lagi. "Kau mau ikut ke ruanganku?" Tanya Megantara. Nalini mengerutkan alisnya tak paham tapi setelah itu tersadar bahwa dia turun di lantai ruangan Megantara. Sedangkan rooftop ada satu lan