Share

54

Aku ingin muntah, tapi gak bisa muntah.

Mungkin aku masuk angin. Lebih baik aku segera pulang agar bisa segera pakai pembalut. Walau di hari pertama datang bulan hanya sedikit darah yang keluar, tapi aku risih kalau gak pakai pembalut. Aku membasuh wajah lalu keluar dari kamar mandi. Ternyata Mama sudah ada di dalam, ia sedang memandang Papa. Papa sudah bangun rupanya.

"Pagi, Sayang?" Sapa Papa.

Aku tersenyum kecil. Walau aku gak sedang baik-baik saja hendak menghadapi perceraian dengan Mas Angga, namun aku menunjukkan wajah bahagia pada Papa. Aku ingin Papa gak kepikiran lagi.

"Pagi juga, Pa-paaa," sahutku. Mendekat ke arahnya lalu mencium keningnya.

"Gimana yang Papa rasain? Apa di sini masih sakit?" Tanganku menyentuh dada Papa. Papa menyentuh tanganku di dadanya lalu menggeleng diiringi senyuman.

"Tidak. Papa tidak sakit. Nanti sore Papa sudah boleh pulang," ucap Papa yang membuat Mama langsung mendelik.

"Papa ini sok tahu. Kalau dokter gak ijinkan Papa pulang, maka Mama pun gak i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status