Crystal kembali ke meja dengan dandanan yang sudah awut-awutan. Ia tak berniat melanjutkan keinginan untuk berbaur lagi dengan yang lain dan memilih pamit pulang.Melihat itu, Gallan sebagai orang yang paling dewasa di situ pun menawarkan diri untuk mengantar Crystal.Crystal merasa tidak enak hati pada Seth, wanita di sebelah Gallan. Calon istri pria itu."Tidak apa-apa, Crystal. Aku tidak akan cemburu hanya karena ini. Kita kan sudah seperti saudara. Kau ingat?" Seth sangat mengerti keadaan Crystal. Sebagai seorang wanita yang lebih dewasa, Seth ingin menenangkan Crystal walau hanya sedikit.Crystal mengangguk. Ia sedikit tersentuh dengan perkataan Seth. 'Sudah kuduga, Gallan dan Seth adalah manusia paling normal di sini.'Gallan dan Crystal berlalu dari hadapan mereka.Sesampai di parkiran, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan seorang pria berjas lengkap dan terlihat sangat rapi tengah duduk di atas kap mobil Gallan."Edward, apa yang kau lakukan di sini?" Gallan melirik Crystal deng
Beberapa jam yang lalu ..."Ditrian, menurutmu apa yang disukai wanita?" "Uang!"Edward menepuk pelan meja kerjanya merasa menyesal bertanya pada pria yang enggan menikah dan lebih memilih menjadi pengawal pribadinya itu. Ia tengah duduk santai di kursi dengan laptop yang masih menyala."Wanita seperti Crystal ... kira-kira, suka apa?" tanya Edward lebih spesifik."Tuan Adam Herson!" jawab Ditrian lagi dengan wajah polosnya."KELUAR KAU DARI SINI, SIALAN!!!" usir Edward merasa sebal. Kalau itu sih, semua orang termasuk dirinya juga tahu.Namun, beberapa menit setelah kepergian Ditrian, pria itu malah kepikiran sesuatu yang sangat menarik. "Kalau aku mengirim foto kegiatan bajingan itu, kira-kira bagaimana reaksinya, ya?"***Seperti inilah reaksi Crystal sekarang.Tatapan nanar dan tak berdaya Crystal seolah dunia telah runtuh itu menggetarkan hati Edward. Bukan perasaan simpati yang merasuki lubuk hatinya, tetapi perasaan marah dan iri luar biasa hingga membuat Edward hampir lepas ke
Keheningan menyelimuti dua insan yang tengah bergulat dalam pikiran masing-masing. Crystal masih tidak berhenti menitikkan air mata meski suara tangisnya sudah tak terdengar lagi, sementara Edward hanya memandangi wanita itu dari bawah seolah tidak ada lagi hal menarik di dunia ini selain wanita itu."Edward, apa aku boleh memberi pertanyaan?" tanya Crystal membuyarkan lamunan pria itu.Edward masih menatap Crystal dengan pandangan kosong. "Tergantung apa yang bisa kau berikan setelah aku menjawab pertanyaanmu."Crystal menghela nafasnya. Memperbaiki jalannya nafas agar berhenti sesenggukan. "Adam ... ada di mana sekarang?""Aku akan menjawab kalau kau mau menciumku selama lima menit penuh!" Edward menunjuk bibirnya sendiri. Tampaknya pria itu sudah sadar sepenuhnya setelah lama membayangkan banyak hal di kepala.Hening sejenak, tiba-tiba jemari Crystal terulur menyentuh dagu tegas Edward. Dengan gerakan halus nan elegan, wanita itu mengusap lembut pipi pria itu, turun membelai leher.
Crystal mencintai Adam.Itu sudah bukan hal yang mengejutkan bagi Edward. Bahkan, sejak pertemuan pertama dirinya dengan wanita itu, Edward sudah mengetahui dan cukup peka dengan tindakan Crystal yang sengaja menarik perhatian Adam.Itu bukan masalah bagi Edward pada saat itu. Toh, bila Crystal menjadi istrinya, dia bisa leluasa menyerang hati Crystal agar wanita itu bisa melupakan Adam.Namun sayangnya, cerita berubah saat Delon secara tiba-tiba memutuskan perjanjian mereka dan malah meminta dirinya untuk menikahi Christine. Waktunya untuk mendekati Crystal jadi berkurang sangat drastis hingga dirinya harus terima kalau perasaan Crystal pada Adam semakin membesar.Masa-masa itu, Edward benar-benar sial.Akan tetapi, sekarang sudah berbeda. Ia telah memiliki 'segalanya' termasuk Crystal. Dia hanya tinggal sedikit menjadi gila untuk menarik perhatian Crystal lalu mengikat leher wanita itu dengan tali kekang miliknya.Edward sangat percaya diri.Namun, setelah mendengar lagi dari mulut
Tubuh Crystal bergetar. Tangan yang tadinya berada di lengan Edward ia turunkan dengan perlahan. Lagi-lagi ia merasakan aura mendominasi pria ini. Ia berusaha sangat keras untuk tidak menangis di depan Edward karna takut pria itu akan berubah pikiran.Dengan sadar, Crystal mulai mengerti siapa orang yang ia hadapi saat ini. Anak laki-laki yang dulunya hanyalah remaja nakal dan sulit ditangani itu benar-benar sudah berubah menjadi pria matang yang penuh aura mengintimidasi. Yang intinya, dia tidak bisa sembarangan menghadapi pria ini.Crystal menundukkan kepala dengan kedua tangan berkumpul di bawah perutnya menggenggam satu sama lain dan kedua kaki bersimpuh di atas jok mobil. "Edward ... aku mohon, tolong bantu aku mencari Adam dan aku mohon, tolong beri tahu aku perkembangan kasus kematian orang tuaku ....""Apa bayaranku?" tanya Edward, serak-serak basah. Ia mulai terangsang dengan Crystal yang terlihat sangat putus asa.Crystal memejamkan mata semakin erat. 'Yang paling diinginkan
"Masuklah!" titah Edward pada seorang pelayan wanita muda pembawa nampan berisi setelan baju wanita. "Perlihatkan!"Wanita pelayan yang ditemani seorang wanita lain yang lebih tua itu malu-malu mengambil pakaian dari nampan akibat terus diperhatikan. "I-ini adalah gaun malam khusus yang dapat memudahkan anda dalam melakukan 'itu', Tuan. Saya sudah menyesuaikan seperti selera anda."Edward cukup tersentak melihat gaun panjang berwarna emas yang sangat tipis dan menerawang terpampang di depannya. Namun, itu tak bertahan lama saat Crystal tiba-tiba sudah berdiri di antara mereka."P-pakaian apa, itu?""Ini hadiah!" jawab Edward, enteng. Ia berdiri menghampiri Crystal yang masih mengenakan gaun mandi. "Aku harus pergi membereskan sesuatu. Sepertinya kau harus mandi lagi. Pelayan itu akan membantumu membersihkan diri.""A-apa?!" Darah Crystal berdesir setelah mendengar perkataan itu. Dia ingin membantah, tetapi langsung teringat ucapannya saat di mobil. 'Ah~ sial. Akulah yang pertama kali
"Bagaimana ini, Sayang?" bisik Sandrina pada Ammar. Ia sudah tak tahu lagi harus berkata apa.Ammar menghela napas panjang. Ia duduk mengangkang dengan kedua siku berada di atas lutut. Kepalanya menunduk frustrasi memandangi putranya yang saat ini duduk santai seperti tidak ada beban setelah keributan yang putranya lakukan."Baiklah! Begini saja, jelaskan secara singkat. Apa tujuanmu menikahi Crystal? Singkat saja." Ammar yang dilanda kekhawatiran itu sepertinya mulai menyerah. "Kau tahu sendiri isi surat wasiat Delon, bukan? Tapi, kau sepertinya tidak berniat melakukannya.""Tujuan menikahi Crystal? Tentu saja. Karna saya mencintainya." Edward menjawab enteng seakan bukan masalah. "Apalagi kalau bukan itu?""Jangan bicara omong kosong!" sela Gallan di tengah-tengah pembicaraan. "Bukankah kau hanya ingin balas dendam pada Om Delon karna beliau menolak lamaranmu?""Haha." Edward terkekeh menatap Gallan yang tengah dikuasai amarah. "Aku tidak tahu kenapa kau berpikir seperti itu. Tapi,
Sementara itu, beberapa jam yang lalu di kamar Edward ..."Anu, Marry ... apa kau melihat blazer berwarna cream nude yang kuletakkan di sini?" Crystal berjalan kesana-kemari sibuk mencari sesuatu. Ia sangat yakin telah meletakkan blazernya di sofa bersama aksesorisnya. Namun, entah bagaimana tiba-tiba blazernya menghilang setelah ia mandi. "Padahal aksesorisnya masih ada, tapi ...."Marry tertunduk diam. Ia bingung ingin menjelaskan dari mana. Ia juga kesal dengan kebiasaan tuannya yang suka mengambil barang Crystal tanpa izin. Beberapa waktu lalu, Edward juga mengambil sapu tangan yang pinggiran kainnya terdapat ukiran renda bertuliskan nama Crystal yang entah tuannya dapat dari mana."Tuan Muda tadi mengambilnya, Nona."Dia tidak mungkin mengatakan itu."Saya tidak tahu, Nona. Saat saya datang ke sini, sudah tidak ada blazer yang Nona sebutkan tadi. Mungkin, Nona melupakannya di suatu tempat." Marry hanya bisa mengatakan itu. Ia tidak mau terlibat masalah dua manusia itu. Terlalu me