Share

10. MASIH BERSEGEL "ORI"

"Sitta?" pekik Arka dari arah luar.

Sampai di dalam kamar, di mana Sitta berada, Arka menjadi terkejut saat dilihatnya keberadaan lelaki lain yang bukan anggota genk motor mereka.

Hanya saja, kabar mengenai Sitta yang ditemukan pingsan di jalan oleh Andi, membuat Arka panik setengah mati, hingga dia pun mengabaikan keberadaan Kahfi di sana.

Mendekati Sitta dan memastikan keadaan Sitta baik-baik saja, sikap Arka terlihat berlebihan.

"Lo nggak apa-apa, kan Ta?" Tanya Arka sambil memeriksa sekujur tubuh Sitta dari mulai depan belakang, wajah hingga ke bawah lututnya. Hal itu jelas membuat Sitta marah.

"Ish, apaan sih? Lebay banget. Gue nggak kenapa-napa kali! Mau aja lo diboongin sama Bang Keling," ucap Sitta kemudian.

Arka hendak kembali bicara, namun pergerakan Sitta yang lantas berjalan menuju tepian ranjang tempat di mana Kahfi masih terduduk diam di sana membuat Arka pun bungkam suara.

Lagi-lagi Arka kembali dibuat penasaran mengenai siapa sebenarnya Kahfi.

"Gue tau, lo cuma pura-pura khawatir kan sama keadaan gue? Atau, lo emang di suruh Bos lo ke sini buat nyelametin gue, iya?" ucap Sitta yang saat itu berdiri berkacak pinggang di hadapan Kahfi. Dan menjadi terkejut saat Kahfi mendongakkan kepala, dilihatnya kedua kelopak mata lelaki itu berkaca-kaca.

Entah kenapa, hadir sebersit perasaan bersalah dalam benak Sitta saat itu.

Apa mungkin dia sudah keterlaluan?

Pikir Sitta dalam hati.

Akan tetapi, bukan Sitta namanya jika dia bersikap lembek di hadapan orang yang jelas-jelas dia benci, macam lelaki di hadapannya saat ini.

Baru jadi supir aja udah belagu!

Maki Sitta lagi, meski hanya berani dalam hati.

Kahfi yang masih dalam fase mengendalikan diri dan meredam emosi, tampak berdiri setelah dia merasa jauh lebih tenang.

Sepertinya, menghadapi Sitta memang tidak bisa dengan cara kasar, tapi sebaliknya.

"Gue anter lo pulang sekarang, maaf karena tadi gue udah ninggalin lo di jalan," ucap Kahfi merendah, bukan berarti kalah. Justru, Kahfi baru memulai aksi balas dendamnya dengan caranya sendiri.

Melihat reaksi Kahfi yang melunak, Sitta jelas merasa heran.

"Gue bisa pulang sama temen gue, nggak usah repot-repot!" Balas Sitta masih dengan gayanya yang angkuh dan sok cuek.

"Gue yang udah minta izin ke Nyokap lo untuk ajak lo keluar tadi siang, jadi, udah seharusnya gue juga yang anter lo pulang, gue mohon," ucap Kahfi lagi, dengan nada bicaranya yang bukan hanya melemah, tapi juga lembut.

"Lo kalau mau pulang, pulang aja, biar Sitta nanti pulang sama gue," sambung Arka yang saat itu sudah mengambil posisi berdiri di samping Sitta.

"Sorry, Bro, Sitta harus pulang sama gue malam ini karena nyokap nya yang udah titip Sitta ke gue," ucap Kahfi lagi seraya meraih lengan Sitta dan menariknya keluar.

Mendengar kata nyokap, Arka jelas tak mampu lagi berkutik dikarenakan dirinya sadar bahwa selama ini, Ibunda Sitta tak pernah menyukainya.

Sitta sempat melakukan perlawanan, namun usahanya tak berhasil karena cengkeraman tangan Kahfi yang sangat kuat. Membuatnya sedikit kesakitan.

"Lepasin gue! Lo gila ya?" Jerit Sitta yang masih terus berontak.

Kahfi masih menarik Sitta hingga akhirnya mereka sampai di halaman luar base camp, tempat di mana beberapa anak genk motor dibawah kepemimpinan Bang Keling sedang berkumpul.

"Santai, Bro. Kita bisa bicarain semuanya baik-baik. Tolong jangan berbuat kasar sama cewek, kalau lo nggak mau berurusan sama kita," ucap Bang Keling yang langsung menghadang Kahfi di depan.

Kahfi memulas senyum tipis. Merangkul Sitta dengan mesra, lelaki itu pun berkata, "Sitta ini calon istri gue? Jadi, gue yang lebih berhak dan tahu apa yang harus gue lakukan sama dia. Dan lagi, nyokapnya Sitta sudah mengamanahkan Sitta ke gue, so, lo bisa minggir sekarang?"

"Bohong, jangan percaya Bang! Dari mana ceritanya gue jadi calon istri dia! Ngigo kayaknya dia Bang. Mimpi aja lo, supir mau jadi suami gue!" omel Sitta lagi yang kemudian dibalas senyum mempesona Kahfi.

"Dia bukan supir, Ta. Tapi dia beneran Kahfi. Nih, gue sendiri yang liat dia ambil duit di ATM buat nebus lo. Kalau dia cuma supir, mana mungkin dia punya duit sebanyak ini?" kali ini, Andi yang bicara. Membongkar fakta yang ada mengenai apa yang dia ketahui tentang Kahfi.

"Jangan sok tau lo Ndi! Dia sendiri kok yang ngaku kalau dirinya cuma supir pribadi, dan Kahfi yang asli itu mukanya nggak kayak gini," lagi, Sitta tetap kekeuh dengan apa yang sudah dia ketahui sebelumnya.

Hingga akhirnya, Kahfi mengeluarkan KTP dari dompetnya dan memberikannya pada Sitta.

Melihat itu, kedua bola mata Sitta lantas terbelalak kaget.

"Ja-jadi, lo beneran Kahfi?" Pekik Sitta dengan wajah syoknya.

Kahfi mengangguk yakin.

"Jadi, tadi siang itu lo udah bohongin gue dong?"

"Yaudah, kita seri kan sekarang?" Balas Kahfi dengan elegan.

Menggeram tertahan, Sitta mengembalikan KTP di tangannya pada si empunya. Dia benar-benar kesal dan merasa bodoh. Pantas saja lelaki ini terlihat sok kuasa terhadapnya di mobil tadi, ternyata, semua itu karena dia memang lah Kahfi yang sesungguhnya.

Sial!

"Jadi, lo mau pulang bareng gue apa nggak nih sekarang?" tanya Kahfi lagi. "Kalau nggak mau, gue bisa telepon nyokap lo sekarang juga."

"Eh jangan! Yaudah, gue pulang!"

Kahfi tersenyum puas seraya meraih kembali uang sepuluh juta di dalam kantong plastik hitam yang masih berada di tangan Andi.

Kahfi lantas menatap Andi yang sepertinya takut padanya seraya berkata, "kalau gue mau, gue bisa aja bawa kasus ini ke polisi atas laporan penipuan, tapi berhubung lo itu ternyata temen calon istri gue, jadi, lo bisa bebas dari laporan. Semoga lo kapok dan nggak mengulanginya lagi besok-besok, paham, Bro?" Kahfi menepuk bahu Andi lalu beralih pada Keling yang juga sepertinya takut padanya.

"Sorry udah nonjok lo tadi," ucap Kahfi dengan gentlenya.

"Sorry juga atas kelakuan anak-anak genk gue sama lo malam ini. Kita cuma kesel aja tadi denger cerita Sitta yang katanya udah ditinggal di jalan sendirian sama lo, makanya kita sepakat buat ngerjain lo malam ini." Jelas Keling panjang lebar agar tak terjadi kesalahpahaman.

Keduanya bersalaman hingga akhirnya Kahfi dan Sitta pun berlalu dari base camp untuk kemudian memesan taksi online di tepi jalan.

"Lo beneran nggak marah?" tanya Sitta hati-hati. Entah kenapa, hadir sedikit rasa segan di benak Sitta setelah mengetahui bahwa lelaki tampan yang dia pikir hanya seorang supir itu nyatanya Kahfi asli.

Lelaki yang sudah mengirim pesan nyasar padanya tempo hari.

Ingat soal pesan nyasar itu, Sitta yang memang kepo dengan masalah itu lantas kembali melontarkan pertanyaan yang sama seperti yang sudah dia tanyakan pada Epen di taman tadi siang.

Saat itu, keduanya sudah berada di dalam taksi online yang melaju dengan kecepatan sedang menuju kediaman Sitta.

"Jadi bener, lo kalau pesen lon*te cuma bayar seratus rebu doang sekali main?"

Mendengar pertanyaan absurd itu, Kahfi yang sedari tadi diam seketika menjadi kikuk dan malu.

"Ya nggaklah, gila kali, hari gini sewa lon*te seratus rebu! Gue nggak level main ama lon*te murahan," balas Kahfi yang jelas tak mau harga dirinya jatuh di hadapan Sitta gara-gara ucapan ngaco Epen.

"Nggak takut kena penyakit apa lo?" Lagi, Sitta kembali bertanya.

"Gue kalau pesen lon*te itu pasti yang masih virgin, kalau udah bekas, gue nggak mau!" Jawab Kahfi lagi.

"Wah, hati-hati kalau gitu, nanti bisa jadi hukum karma tuh."

"Maksud lo?"

"Ya, iya, lo kan tukang merawanin anak orang, jadi, jangan kaget kalau nanti lo dapet jodoh ternyata bekas di pake orang, hahaha..."

Kahfi jelas kesal mendengar celetukan Sitta yang begitu blak-blakkan, hingga setelahnya, dia pun membalas tak kalah telak.

"Kalau ternyata jodoh gue itu lo, gimana? Lo masih virgin apa udah bekas?"

Dan pertanyaan Kahfi kali ini sukses memancing amarah Sitta yang langsung reflek memukul kencang bahunya.

"Brengsek! Lo pikir gue cewek apaan? Sampe detik ini semua yang ada di tubuh gue ini masih ori tau, masih bersegel! Belum ada yang berani sentuh karena bakal fatal akibatnya!" Omel Sitta dengan suara kencang. Seolah lupa bahwa di dalam mobil itu bukan hanya ada mereka berdua saja, tapi si supir taksi online di depan yang sejak tadi cuma bisa mesam-mesem sendiri mendengarkan percakapan konyol dua sejoli muda di jok belakang mobil yang dia kendarai.

Dan bahkan adu mulut di antara Kahfi dan Sitta terus berlanjut hingga mobil sampai di tempat tujuan.

Daebak!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status