Setelah mengenakan kembali hijabnya dengan sempurna, Sitta turun dari taksi online yang ditumpanginya bersama Kahfi.
Awalnya, Sitta berpikir Kahfi akan langsung pulang, namun anehnya, lelaki itu pun ikut turun bersama Sitta saat itu. Entah apalagi keperluannya, Sitta benar-benar tak habis pikir."Lo mau ngapain lagi sih? Ini udah malem tau, rumah gue udah nggak terima tamu!" oceh Sitta sebelum Kahfi mengekor langkahnya ke dalam rumah toko yang dia huni bersama sang ibunda. "Jangan bilang lo mau nginep di rumah gue?" Tandas Sitta lagi.Keduanya tampak berdiri berhadapan dengan jarak cukup dekat di halaman depan teras ruko yang berfungsi untuk tempat parkir kendaraan pelanggan Laundry, tanpa mereka ketahui, Ranti tengah mengintip dari jendela lantai dua rukonya.Karena lampu lantai dua yang memang sengaja Ranti padamkan, jadilah dia tak terlihat keberadaannya di dekat jendela oleh siapa pun."Gue cuma mau memastikan lo bener-bener masuk ke rumah dengan selamat, apa salah?" ucap Kahfi dengan nada santai."Pintu rumah gue tinggal lima langkah aja kok dari sini, nggak usah lebay deh. Udah sana pulang," Sitta mengibaskan tangan memberi tanda pengusiran pada Kahfi, namun jemari Kahfi malah menangkap pergelangan tangan itu dengan cepat dan tangkas.Tak sampai di situ aksi Kahfi, lelaki itu pun turut menarik pinggul Sitta hingga perut keduanya menyatu setengah berpelukan.Ranti di atas sana sontak terbelalak melihat pemandangan romantis Sitta dan Kahfi itu hingga tak kuasa menahan kegembiraannya. Bahkan saking senang, Ranti langsung mengabadikan momen langka itu dengan merekam adegan mesra Sitta dan Kahfi menggunakan ponselnya.Ranti berpikir, Laras harus tahu tentang hal ini."Lo masih punya hutang satu dosa ke gue, dan gue mau penjelasannya malam ini juga!" Bisik Kahfi di detik kedua setelah dirinya dan Sitta berada dalam keintiman."Hutang dosa apalagi sih? Lepas!" Sitta berusaha berontak, tapi tekanan tangan Kahfi di pinggulnya begitu kuat. "Gue nggak ngerti maksud lo!""Nyokap lo sama nyokap gue itu sahabatan. Dan selama ini, nyokap gue nggak pernah tahu kalau gue punya apartemen pribadi yang gue jadiin tempat bersenang-senang sama pelacur. Tapi, keesokan hari setelah gue salah kirim alamat apartemen gue ke nomor lo, nyokap gue dateng ke apartemen dan ngelabrak gue! Dan pertanyaannya adalah, darimana nyokap gue bisa tahu alamat apartemen itu kalau bukan dari lo, hah? Coba jelasin!" tutur Kahfi panjang lebar.Sitta dengan debaran di dadanya yang kian menggila akibat keintimannya dengan Kahfi, jadi tak mampu mencerna dengan baik penjelasan panjang dari Kahfi hingga dia pun hanya menjawab, "gue aja nggak tau kalau nyokap lo sama nyokap gue sahabatan, gimana ceritanya gue tahu nomor nyokap lo? Lepasin gue!"Semakin Sitta berontak, Kahfi justru semakin mempererat dekapannya.Bahkan gilanya Kahfi, dia malah semakin memajukan wajah mendekati wajah Sitta saat kembali bicara."Nggak usah coba bohongin gue lagi! Setelah kejadian malam ini lo coba bersandiwara buat ngerjain gue sama temen-temen sialan lo itu, gue nggak akan pernah percaya lagi sama lo, ngerti!""Terserah! Whatever! Gue nggak perduli lo mau percaya apa nggak sama gue, yang jelas, gue sama nyokap lo emang nggak saling kenal dan gue sama sekali nggak tahu siapa sebenarnya nyokap lo karena gue yang emang nggak pernah mau tau sama urusan pribadi nyokap gue selama ini! PUAS LO!"Sitta yang sudah tak tahan dengan kekurang-ajaran Kahfi terpaksa mengambil jurus andalannya dengan menendang selangkangan Kahfi menggunakan lututnya, hingga membuat dekapan Kahfi di pinggulnya pun terlepas.Kahfi yang kesakitan hanya bisa menjerit tertahan sambil memegangi pusakanya, sementara Sitta langsung ngibrit ke dalam rumahnya.Untungnya, kejadian naas penutup kemesraan Kahfi dan Sitta itu tak disaksikan Ranti yang saat itu tiba-tiba menerima telepon dari seseorang.Di balik pintu rukonya, Sitta masih berdiri bersandar di sana.Sekadar merelaksasi debaran di dadanya yang semakin menggila.Entah, kenapa dia jadi seperti ini?Apa karena sentuhan lelaki mesum itu?Idih!Sitta langsung bergidik geli.Sepertinya, dia harus mandi kembang tujuh rupa malam ini karena tubuhnya yang sudah dipegang-pegang Kahfi.Saat itu, Sitta sudah naik tangga menuju kamarnya di lantai dua, ketika tanpa sengaja dia mendengar percakapan sang Ibunda dengan seseorang di dalam kamar Ranti.Suasana hening di sekitar membuat suara Ranti yang pelan terdengar cukup jelas oleh Sitta."Sitta baik-baik aja, kok. Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan. Ibu sama Sitta sehat di sini."Menajamkan telinga ke daun pintu kamar Ranti, Sitta pun mencoba menerka-nerka, dengan siapa kiranya sang Ibu bercakap di telepon malam-malam begini."Oh jadi kamu mau ke Jakarta? Yaudah silahkan, tapi maaf, Ibu nggak bisa mengizinkan kamu tinggal di sini lagi bersama kami."Sepertinya, Sitta mulai tahu, siapa sebenarnya lawan bicara sang ibundanya itu. Dari nada bicara Ranti yang terdengar sinis dan ketus, sudah pasti, Ranti sedang berbicara dengan Kakak perempuan Sitta saat ini.Sesungguhnya inilah satu hal yang membuat Sitta menjelma menjadi anak yang selalu melawan pada sang Ibunda. Sitta kesal pada Ranti yang selalu memperlakukan kakak perempuannya dengan cara yang berbeda.Bukan sekali atau dua kali, sang kakak diperlakukan tidak adil oleh sang Ibu selama mereka masih tinggal bersama dahulu. Hingga puncak dari segala perlakuan buruk sang ibunda adalah, ketika Ranti mengusir Bulan secara terang-terangan dari rumah ini.Dan sejak itulah, rasa hormat dan sayang Sitta pada Ranti perlahan berubah menjadi rasa benci dan marah.Bagi Sitta, Bulan adalah Kakak yang baik meski mereka tidak terlahir dari rahim wanita yang sama. Bulan selalu ada untuk Sitta. Menjadi teman Sitta berbagi cerita. Dan ketiadaan Bulan dalam kehidupan Sitta membuat Sitta akhirnya mencari kesenangan di luar bersama anak-anak satu geng motornya.Kenapa Bunda bisa sejahat itu sama Kak Bulan sih? Apa salah Kak Bulan selama ini?Bisik Sitta membatin seraya melanjutkan langkahnya pelan memasuki kamar.Menutup lesu pintu kamar, Sitta lantas membuka pakain gamis dan hijabnya. Bergegas mandi untuk kemudian berganti pakaian dan tidur.Sebelum tidur, Sitta sempat mengecek gawainya, berharap ada satu saja pesan balasan dari Bulan untuknya.Sejak sang Kakak diusir Ranti dari rumah beberapa tahun lalu, Sitta tak pernah lagi bertemu Bulan hingga detik ini. Jangan kan bertemu, bahkan sekadar berkirim kabar melalui sambungan seluler pun tak pernah.Bulan tak pernah membalas pesannya apalagi mengangkat telepon darinya, padahal Sitta sangat merindukan sang kakak.Sebegitu marah kah Bulan pada Ranti, hingga Sitta terkena imbas kemarahannya? Sitta sendiri tak tahu.Sitta masih termenung menatap layar ponselnya ketika layar ponsel itu tiba-tiba berkedip dan berbunyi menandakan sebuah panggilan masuk."Kak Bulan?" pekik Sitta dengan senangnya."Halo, Kak Bulan?" sapa Sitta di telepon membuka percakapan. "Kemana aja sih? Kok baru telepon? Udah sms Sitta nggak pernah dibales lagi, sok sibuk banget!" Omel Sitta sebelum orang di seberang sempat buka suara.Terdengar tawa kecil suara seseorang di seberang. "Assalamualaikum," ucapnya mengawali percakapan.Sitta berdecak, merasa tersindir dengan ucapan salam sang kakak. "Waalaikum salam," jawabnya malas-malassan."Barusan kakak habis telepon Ibu," beritahu seseorang yang selama ini memiliki peran terpenting bagi keberlangsungan hidup Sitta. Seseorang yang begitu Sitta sayang dan seseorang yang menjadi tempat Sitta mencurahkan segala perasaan gundah gulana dalam hatinya selama ini. Termasuk, tempat Sitta mengadu jika Sitta sedang bertengkar dengan Ibundanya. "Gimana kabar kamu di sana? Ibu bilang, kamu diterima masuk universitas negeri ya di Jakarta? Selamat ya, Sitta."Sitta tak langsung menjawab karena dia masih belum terima atas sikap Bulan yang sudah mengabaikannya beberapa tah
Yasa.Apa kabar, bos?Lama nih nggak pesen barang baru?Lagi sibukkah?Gue cuma mau infoin aja nih, kalau ditempat gue malam ini bakal ada barang baru. Dua orang ABG baru lulus, jamin segel masih rapet. Minat ga?Melempar asal ponsel ke atas meja kerjanya, Kahfi meremas kepala frustasi.Tak sama sekali berniat untuk membalas apa lagi memesan apa yang biasanya dia pesan dari Yasa, karena Kahfi sudah berjanji untuk tidak lagi melakukan zina pada kedua orang tuanya.Meski, untuk melewati hari-harinya saat ini tanpa sentuhan wanita, Kahfi merasa sangat tersiksa.Sejak dirinya dipergoki berzina oleh Laras, Kahfi memang tak pernah lagi melakukan perbuatan dosa itu meski hal itu membuat Kahfi jadi tidak fokus melakukan pekerjaan baik itu di kantor mau pun saat dia di rumah.Pikiran kotor di dalam kepalanya terus saja mengusiknya dengan sangat, tanpa ampun, dan sulit dihilangkan. Tak boleh melihat wanita dengan pakaian terbuka sedikit, Kahfi langsung berpikir yang tidak-tidak.Hingga akhirnya
Deru bising motor sport hitam yang dikendarai seorang gadis berseragam SMA terdengar nyaring memekik telinga.Suasana jalan di ibukota yang padat merayap tak menghentikan aksi si gadis untuk melajukan kendaraan roda duanya dengan kecepatan di atas rata-rata.Kendaraan itu meliuk-liuk tajam di antara padatnya kendaraan di jalan, bahkan tanpa dia memperdulikan suara klakson dan caci maki orang.Hari ini, Sitta datang pagi-pagi ke sekolahnya untuk mengambil Surat Keterangan Lulus agar bisa mendaftar ke perguruan tinggi.Setelah kejadian dirinya mengerjai Kahfi seminggu yang lalu, sampai detik ini, Sitta dan Kahfi memang tak saling berhubungan apalagi bertemu.Sitta lebih sering menghabiskan waktunya di rumah dengan menyendiri di kamarnya untuk kemudian bermain game di komputer, atau sekadar berbalas chat dengan Bulan.Saat ini, Sitta baru saja sampai di lapangan parkir sekolah dan hendak melepas helm full face nya ketika sebuah motor sport lain muncul di sisi kendaraannya. Mengesah berat
Usai pengambilan SKL di sekolah, Sitta yang kini sedang dalam masa perpindahan status dari pelajar ke mahasiswa, sama sekali tak memiliki kegiatan yang berarti kecuali dia mengurung diri di kamar seharian.Mau pergi ke basecamp genk motornya pun pagi-pagi begini pasti sepi. Lagian, Sitta memang malas kumpul-kumpul lagi dengan mereka karena tak mau lagi berurusan dengan Arka, awalnya begitu.Namun kini, setelah Sitta mengetahui kebusukan Dinda di belakang Arka, Sitta tak mau tinggal diam dan membiarkan Arka dipermainkan oleh Dinda.Hingga akhirnya, Sitta yang saat itu sedang gabut sendirian, melihat kendaraan Arka yang baru saja melintas di hadapannya dan membawa Dinda di boncengan pun, reflek menguntit kemana kedua sejoli itu pergi.Jarak keduanya cukup dekat kala itu, tapi Arka malah pergi begitu saja tanpa menoleh apalagi menyapa Sitta yang masih asik melamun di parkiran. Dan Sitta, memaklumi hal itu. Pastinya Arka tersinggung dengan apa yang sudah dia ucapkan pada lelaki itu di tam
"Oh, jadi bener ini yang namanya Kevan?" Ucap Sitta memotong kalimat Kahfi dan dengan cepat lalu mengulurkan tangan ke arah Kevan, "kenalin, saya Sitta, calon istri Kahfi," tambah gadis berhijab syari itu lagi."Oh, saya Kevan," balas Kevan dengan senyum sumringahnya.Suasana di meja tersebut seketika berubah menjadi sangat canggung.Kahfi yang merasa malu atas pengakuan Sitta.Fahri yang jadi senyam-senyum sendiri karena merasa lucu dengan tingkah polos wanita bernama Sitta itu.Sementara Dinda dengan tatapan penuh ketidaksukaannya terhadap sikap Sitta pada Kevan yang dianggapnya SKSD."Kamu kenal dia, Beb?" Tanya Dinda setengah berbisik, meski ucapannya itu tetap saja di dengar oleh yang lain, termasuk Sitta sendiri."Kamu kan liat, aku baru berkenalan tadi sama Sitta, ya berarti kita belum saling kenal sebelumnya," jawab Kevan menjelaskan, yang disusul kembali dengan suara Sitta di sana."Saya sama Dinda kan satu sekolah, Kev. Di sekolah itu Dinda jadi rebutan banyak lelaki tau. Sa
Entah nasib sial apa yang sedang mengikuti Kahfi kali ini.Setelah dirinya berhasil membawa Sitta ke dalam mobil pribadinya di basement untuk kemudian meledakkan amarahnya di sana, namun tak juga dia lakukan saat Sitta yang duduk di sisinya malah menangis tersedu-sedu.Mirip seperti anak kecil yang tak diberi jajan.Dan menjadi kelemahan paling besar bagi Kahfi saat dirinya harus berhadapan dengan wanita yang sedang menangis. Hingga akhirnya, amarah yang tadinya sudah mencapai ubun-ubun pun sirna dalam sekejap mata.Pada akhirnya, Kahfi hanya bisa terdiam di bangku kemudi sambil sesekali menoleh ke arah Sitta yang terus sesenggukan.Tak tahan mendengar suara Sitta yang terus menarik ingusnya di dalam hidung, Kahfi pun menyodorkan tempat tissue pada Sitta yang langsung mengambil isinya untuk kemudian mengeluarkan len*dir yang menumpuk di hidungnya.Melempar asal tissue kotornya ke bawah mobil, membuat amarah Kahfi yang tadinya mereda kembali naik."Ini ada tempat sampah, buang yang ben
"Gimana rencana lo Bar, jadi nggak? Sitta ama Arka udah nggak pernah lagi keliatan gabung di genk kita. Denger kabar sih mereka berantem ya?" Ucap seorang lelaki bertubuh jangkung yang duduk di atas motor.Seorang lelaki lain yang bernama Bari, yang duduk tak jauh dari lelaki jangkung tadi menyesap rokok di tangannya. Kepulan asap berpolusi itu menguar ke area sekitar begitu si lelaki berbicara. "Gue nggak yakin sih Arka bener-bener ninggalin Sitta gitu aja kalo dia nggak punya mata-mata di sini, buktinya waktu di gunung sewaktu Doni mau ngerjain Sitta, gagal, kan?""Iya sih, bener juga. Tapi kira-kira siapa ya mata-matanya Arka di genk kita?" Sambung lelaki jangkung itu lagi."Gue sih curiga, Bang Keling sendiri yang jadi mata-mata Arka," balas Bari seraya melempar puntung rokok di tangannya ke tanah dan menginjaknya."Iya, bener Lang, pasti Arka udah bayar mahal ke Bang Keling buat jagain Sitta, secara Arka itu care banget sama Sitta, kan?" Sahut anggota lain membenarkan perkataan G
Suara derum motor saling bersahut-sahutan.Asap mengepul dari knalpot dua motor peserta balapan liar malam ini.Axen dari Genk Bang Keling, sementara Rayyen dari Genk Andalas.Sebuah kerlingan pengingat apa yang harus Axen lakukan dalam balapan motor kali ini terlihat dari kedua bola mata Bari. Axen pun mengerti. Lelaki itu mulai menutup helm full facenya."Semangat Axen! Lo pasti bisa!" Teriak Andi menyemangati."Gue sih nggak yakin kita bakal menang! Genk Andalas tarik anggota baru yang sebelumnya anggota Genk Mars, kalian taukan Genk Mars?" Ucap Dion saat itu.Siapa yang tidak mengenal Genk Mars, mengingat kemampuan yang dimiliki pemimpin Genk Motor Mars sejauh ini tak ada yang mampu menandingi, jadilah taruhan tertinggi malam itu di pasang untuk memilih genk Andalas sebagai pemenang. Dan lagi, balapan pinggiran ini, hanya balapan kelas teri bagi Genk Mars yang telah berkecimpung di dunia balap liar dalam tingkatan kelas yang lebih tinggi.Jadilah sebuah pertanyaan besar saat anggo