Share

12. ANANDA BULAN KHADIJA

"Halo, Kak Bulan?" sapa Sitta di telepon membuka percakapan. "Kemana aja sih? Kok baru telepon? Udah sms Sitta nggak pernah dibales lagi, sok sibuk banget!" Omel Sitta sebelum orang di seberang sempat buka suara.

Terdengar tawa kecil suara seseorang di seberang. "Assalamualaikum," ucapnya mengawali percakapan.

Sitta berdecak, merasa tersindir dengan ucapan salam sang kakak. "Waalaikum salam," jawabnya malas-malassan.

"Barusan kakak habis telepon Ibu," beritahu seseorang yang selama ini memiliki peran terpenting bagi keberlangsungan hidup Sitta. Seseorang yang begitu Sitta sayang dan seseorang yang menjadi tempat Sitta mencurahkan segala perasaan gundah gulana dalam hatinya selama ini. Termasuk, tempat Sitta mengadu jika Sitta sedang bertengkar dengan Ibundanya. "Gimana kabar kamu di sana? Ibu bilang, kamu diterima masuk universitas negeri ya di Jakarta? Selamat ya, Sitta."

Sitta tak langsung menjawab karena dia masih belum terima atas sikap Bulan yang sudah mengabaikannya beberapa tahun belakangan ini.

"Sitta? Kamu masih di situ, kan?" ucap Bulan saat tak didengarnya suara apa pun di seberang.

Satu detik terlewat.

Dua detik pun sama.

Hingga sepuluh detik kemudian, Bulan justru dikejutkan oleh suara isak tangis yang pastinya itu berasal dari suara Sitta.

"Ta, kenapa? Kamu nangis ya?" Tanya Bulan menunjukkan perhatiannya. "Kamu marah ya sama Kakak?" tanya Bulan lebih lanjut. Nada bicaranya seolah menunjukkan segenap perasaan sesal yang bersarang di dadanya selama ini.

"Udah tau pake nanya!" Jawab Sitta ketus.

"Maafin kakak, ya?"

"Nggak usah minta maaf. Kak Bulan nggak salah kok, Bunda yang salah karena udah misahin kita," ucap Sitta dengan penuh kejujuran.

"Sitta, Kakak kan sudah berulang kali bilang, jangan salahkan Ibu atas apa yang terjadi sama kakak sekarang--"

"Tapi kan Bunda yang udah usir Kak Bulan dari rumah. Bahkan di saat Kak Bulan bilang mau ke Jakarta, Bunda dengan jahatnya nggak mengizinkan Kakak ke sini. Emang apa salah kakak ke Bunda selama ini? Kakak udah berusaha menjadi anak yang baik, berbakti, selalu menuruti semua perintah Bunda. Tapi, kenapa Bunda seperti nggak mau menganggap Kakak sebagai anaknya sendiri? Ada apa sih sebenarnya dengan kalian?" Tutur Sitta panjang lebar. Merasa dirinya lah satu-satunya manusia terbodoh di rumah karena tak pernah mengetahui apa pun mengenai kehidupan masa lalu sang Ibundanya.

Mengenai siapa sebenarnya kedua orang tua Bulan, dan mengenai alasan Ranti membawa Bulan ke rumah mereka di saat Bulan masih remaja.

"Kan itu memang fakta kalau kakak bukan anak kandung Ibu. Jadi, kamu nggak seharusnya memaksakan kehendak pribadimu dengan mengharuskan Ibu bersikap baik ke kakak. Intinya, selama ini Ibu itu sayang sekali sama kamu dan sudah sewajibnya kamu berbakti sama Ibu. Jangan suka melawan lagi, ya?"

Sitta mengesah berat. Nyatanya, bertahun-tahun mereka berpisah dan hidup berjauhan, sikap Bulan yang kelewat baik dan rendah hati itu tak juga berubah.

Bulan bahkan seperti tak pernah membenci Ranti meski pun wanita paruh baya itu sudah sering kali menyakiti hatinya.

"Kalau aja Bunda nggak mengusir Kakak waktu itu, mungkin Sitta bisa bersikap baik sama Bunda," balas Sitta kemudian.

"Sitta, Kepergian Kakak dari rumah itu bukan karena Ibu mengusir Kakak, tapi karena Kakak yang memang memutuskan untuk pergi, semua bukan salah Ibu."

"Kalau bukan salah Bunda terus salah siapa? Setan?"

"Suatu hari nanti, kamu akan tahu alasan utama mengapa Kakak pergi," ucap sang Kakak dengan suaranya yang terdengar lirih.

"Nah, yang jadi pertanyaannya itu, suatu harinya itu kapan? Apakah sampai kiamat? Atau, sampai tahun jebot? Hellowww..." Ujar Sitta dengan segala kejengkelannya atas semua rahasia yang sepertinya sedang disembunyikan oleh sang Ibu dan sang kakak darinya, selama ini.

Sitta sekarang sudah dewasa, bukan anak usia tujuh tahun yang bisanya hanya melihat tangisan Bulan saat Ranti sedang memarahinya.

Sebenarnya, tidak seharusnya Sitta mengulik lebih dalam soal alasan mengapa Bulan memutuskan untuk pergi dari rumah beberapa tahun yang lalu, karena dia tak mau menambah beban kepedihan sang Kakak.

Sitta sangat menyayangi Kakaknya.

Sejak usia Sitta tujuh tahun, mereka tumbuh bersama di dalam satu kamar yang sama dan hidup saling melengkapi satu sama lain.

Kakaknya yang selalu mengalah pada Sitta. Menjaga dan melindungi Sitta dengan tulus dan penuh kasih sayang. Tidak seperti Ibundanya yang selalu sibuk bekerja.

Itulah mengapa, hubungan yang terjalin antara Sitta dengan sang Kakak lebih dekat dari pada hubungan Sitta dengan Ibu kandungnya sendiri.

"Bulan depan insyaAllah Kakak mau ke Jakarta, nanti kita ketemuan ya?" ucap Bulan yang seketika mengalihkan pembicaraan. Membuat Sitta mencebikkan bibir.

"Pinter banget ngelesnya emang nih orang satu, kalau lagi diajak ngomong serius!" Oceh Sitta masih dengan kejengkelannya pada Bulan.

Bulan di sana tampak terkekeh. "Jadi, kamu nggak seneng nih Kakak ke Jakarta?"

"Nggak!" Jawab Sitta yang masih ngambek.

"Yaudah, kalau gitu. Kakak nggak akan bilang-bilang nanti kalau udah sampe Jakarta," balas Bulan yang malah meledek balik.

"Awas aja! Sitta bakal teleponin terus selama dua puluh empat jam full!" Ancam Sitta dengan lelucon konyolnya, membuat Bulan jadi tertawa.

Keduanya kembali melanjutkan percakapan seru mereka sekadar melampiaskan rasa rindu. Hingga akhirnya, Bulan pun bertanya, "by the way, kamu sekarang udah punya pacar dong ya pasti? Kenalin dong ke Kakak?"

"Pacar-pacar, pacar dari Hongkong!"

Bulan kembali tertawa.

"Masa sih gadis secantik kamu belum punya pacar? Terus, si Arka gimana tuh kabarnya? Masih temenan sama dia?" tanya Bulan lebih lanjut.

"Sama Arka ya masih. Kan Sitta satu SMA lagi sama Arka kemarin. Cuma pas kuliah aja sekarang nggak bareng karena Arka nggak lanjut kuliah. Dia mau langsung cari kerja katanya."

"Oh gitu. Ya nggak apa-apa. Kalau udah kerja nanti punya uang sendirikan bisa lanjut kuliah lagi. Arka itu orangnya emang mandiri banget ya dari dulu?"

Mengulum senyum pahit, jika sudah membicarakan latar belakang kehidupan Arka, Sitta sering kali merasa sedih. Sebab, dirinya dan Arka sama-sama berasal dari keluarga broken home. Itulah sebabnya, selama ini mereka sangat kompak dan cocok dalam segala hal, kecuali urusan hati.

"Tumbuh di tengah keluarga broken home ya memang seperti itu konsekuensinya kan, Kak? Seperti Kakak juga yang harus berjuang sendirian di sana tanpa orang tua," lagi, Sitta merasa kedua kelopak matanya memanas. Imbas rasa bersalah atas perlakuan jahat Ranti pada Bulan, Sitta jadi ikut menanggung bebannya juga. "Maafin Bunda ya, Kak, karena udah jahat sama Kakak selama ini..."

Bulan di sana terdiam mendengar ucapan Sitta.

Bingkai foto di hadapannya menjadi bukti bahwa dulu, kehidupan Bulan sempurna.

Dia memiliki ayah dan ibu yang teramat sangat menyayanginya.

Hingga hadirnya orang ketiga dalam hubungan rumah tangga kedua orang tuanya membuat semua kebahagiaan yang Bulan rasakan hancur dalam sekejap mata.

Sejak hari di mana sang Ibu tau mengenai kelakuan bejat suaminya, ibu kandung Bulan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dan meninggalkan Bulan untuk selama-lamanya.

Hari-hari yang Bulan lalui suram sejak saat itu.

Sampai pada saatnya, tragedi itu terjadi di mana terkuaknya kasus kematian Sang Ibu yang ternyata bukanlah kasus bunuh diri, melainkan sebuah kasus pembunuhan.

Parahnya, pelaku pembunuhan terhadap diri sang Ibunda adalah ayah kandungnya sendiri.

Dan sejak saat itulah, Bulan diboyong Ranti ke kediamannya. Mereka masih tinggal di Bandung kala itu.

Meski kerap mendapat perlakuan buruk dari Ranti, berkat kehadiran Sitta, kehidupan Bulan yang suram tak terlalu kelam.

Sitta menjelma menjadi pelita dalam hidup Bulan yang gelap. Memberinya kekuatan untuk tetap bertahan di tengah terjangan badai hebat cobaan hidup yang dia jalani.

Hingga akhirnya, Allah kembali memberikan ujian hebat dalam hidup seorang Ananda Bulan Khadija, tepat di saat dirinya baru saja lulus sekolah menengah pertama.

Sebuah cobaan terberat yang harus Bulan pikul sendirian hingga detik ini di pundaknya.

Tanpa seorang pun yang tahu...

Kecuali...

Kahfi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Itta Irawan
dunia sempit bgt ya, kahfi bulan alias nanda dan sitta, hemnn
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status