Ini adalah hari terakhir Kahfi masuk kantor, karena lusa nanti dirinya dan Sitta akan melangsungkan pernikahan di sebuah masjid yang tak jauh dari kediaman Sitta.Sore ini sepulang dirinya ngantor, Kahfi berencana untuk pergi ke gym, karena dirinya sudah cukup lama tidak berolahraga.Tadi, Kahfi sempat mengajak kakak sepupunya, Fahri, namun Fahri bilang dia tidak bisa karena harus menjemput anak dan istrinya ke Bandara.Fahri dan keluarganya akan kembali menetap di Jakarta selama satu minggu ke depan untuk menghadiri acara besar keluarga mereka, yakni pernikahan Kahfi.Menutup laptopnya begitu pekerjaannya selesai, Kahfi pun langsung bergegas dari ruang kerjanya untuk pergi ke Gym.Setelah mengambil tas olahraganya, Kahfi mulai meninggalkan ruang kerjanya.Ponsel Kahfi berdering saat lelaki itu baru saja memasuki lift menuju basement."Halo, ya, ada apa, Ta?" tanya Kahfi menjawab panggilan Sitta."Lo di mana, Fi?" tanya Sitta di seberang."Masih di kantor, baru mau balik, tapi mau nge
Seorang wanita di depan cermin itu tampak anggun dengan pakaian syar'inya.Gamis warna apa pun yang dia kenakan pasti akan melekat pas dengan tubuh ramping semampainya. Warna kulitnya yang putih cerah membuat sapuan merah blash on di pipinya terlihat semakin merona.Menarik koper berukuran sedangnya, wanita itu keluar dari kamarnya yang super mewah."Nona, mau kemana?" tanya seorang wanita lain yang usianya jauh lebih tua dari si wanita berpakaian gamis tadi. Wanita itu berpakaian layaknya seorang pekerja kantoran, dengan rambutnya yang tersanggul rapi."Saya kan sudah bilang, kalau hari ini saya mau berangkat ke Jakarta. Besok, Sitta mau menikah, masa saya tidak hadir?""Tapi, kan, Nona--""Kenapa lagi, Mba Tia?""Bukankah, Nyonya Ranti tidak mengundang Nona?" ucap wanita bernama Tia yang merupakan asisten pribadi yang selama ini mengurus semua urusan bisnis peninggalan Zarina, sebelum akhirnya diambil alih oleh sang pewaris utama yakni, Bulan."Ibu memang tidak mengundang saya, tapi
Setelah kemarin dirinya mendapati sebuah pesan masuk baru dari nomor asing yang mengaku bernama Nanda, hingga hari ini Kahfi mengetahui fakta bahwa nomor baru tersebut, sama dengan nomor yang telah membocorkan alamat apartemen pribadi yang Kahfi miliki pada Laras, sang Ibunda, Kahfi belum mendapat pesan balasan apa pun atas pesan yang dikirimnya kemarin ke nomor tersebut.Merasa begitu penasaran, di dalam kamar, Kahfi terus mencoba menghubungi nomor tersebut sepulangnya dia dari toko seserahan tadi.Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul dua siang, dan itu artinya Kahfi sudah menghabiskan waktu dua jam lebih usai dia menunaikan Shalat Zuhur tadi, hanya untuk berkutat dengan satu nomor misterius tersebut.Merasa kesal karena nomor itu yang tak kunjung aktif, Kahfi pun melempar ponselnya ke tempat tidur.Dia merebahkan diri di ranjang, masih dengan kain sarung dan peci yang dia kenakan.Menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa putih gading, pikiran Kahfi lantas mengembara tak tentu
Sejak sore tadi, saat Bulan yang tiba-tiba menghubunginya dan memberitahu Sitta bahwa kini Bulan sudah ada di Jakarta, menginap di salah satu hotel mewah di pusat Jakarta, Sitta yang merasa tak sabar ingin bertemu sang kakak, terus mencari cara yang tepat untuknya bisa pergi keluar dari rumahnya.Pasalnya, sang ibu Ranti, benar-benar tak mengizinkan Sitta keluar hari ini, bahkan hanya sekadar untuk membeli cemilan ke warung."Besok hari pernikahanmu, banyak kejadian buruk calon pengantin celaka karena keluar rumah di waktu mendekati hari pernikahannya."Begitulah kurang lebihnya ucapan Ranti pada Sitta yang membuat Sitta jadi kelabakan sendiri.Dia benar-benar ingin sekali keluar agar bisa bertemu dengan sang Kakak, Bulan, hari ini juga. Dan sialnya, setelah Sitta bulak-balik naik turun tangga mengawasi situasi, ibundanya yang memang sibuk hari ini terus saja stand by di toko laundrynya seharian.Alhasil, hingga malam tiba, Sitta tak juga menemukan cara untuk bisa kabur dari rumahnya.
Hujan yang mengguyur kota Jakarta malam ini cukup deras.Sesampainya Sitta di resto yang dia tuju, hujan tak kunjung berhenti juga."Lo ada payung nggak, Ndi?" tanya Sitta begitu Andi selesai memarkirkan mobil."Ada nih satu, lo pakai aja gih duluan, gue mau beli rokok dulu, Ta," kata Andi saat itu."Lah, kalau gue pakai payung ini ke resto, lo pakai apa beli rokok?""Ada jas ujan nih, gampanglah gue mah. Udah lo masuk duluan sana, pesenin gue makanan yang enak ya?""Ah, otak lo emang nggak jauh-jauh dari makanan," ejek Sitta yang kemudian keluar dari mobil dan menggunakan payung milik Andi menuju resto.Setengah berlari, Sitta menerjang hujan.Sesampainya di resto, Sitta menguncupkan kembali payungnya dengan tatapan yang menyisir area resto, hingga akhirnya dia pun menemukan keberadaan Bulan sang Kakak yang duduk tepat di tengah-tengah resto khas korea itu.Kak Bulan sama siapa?Lelaki?Pacarnya kah?Terka Sitta yang hanya bisa menduga-duga saat melihat adanya sosok lain yang duduk m
Malam itu, Kahfi tidak benar-benar pulang.Dia menunggu di dalam mobil yang terparkir di lahan parkir resto.Sebelum dia bisa bicara empat mata dengan Bulan malam ini, Kahfi tidak akan pulang. Dia harus mendapat jawaban itu sekarang sebelum hari pernikahannya dengan Sitta berlangsung esok hari.Entah kenapa, semua menjadi serba sulit bagi Kahfi saat ini.Tak ada waktu baginya sampai esok hari.Itulah sebabnya, Kahfi pun terpaksa menahan kantuk demi menunggu kepulangan Bulan dari resto tersebut.Setelah menunggu kurang lebih satu jam, akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu oleh Kahfi pun datang ketika dia melihat Sitta dan Andi baru saja pulang meninggalkan lahan parkir resto, disusul sosok Bulan yang berjalan keluar dari arah resto menuju parkiran mobil.Hujan saat itu sudah reda, Kahfi pun langsung keluar dari mobilnya dan menghadang langkah Bulan yang berjalan sendirian.Bulan yang terkejut reflek memundurkan langkah, meski setelahnya dia jadi mengurut dada lega begitu tahu bahwa lelak
Semua orang tahu bahwa sebuah pernikahan adalah acara sakral yang tentunya diharapkan hanya terjadi satu kali seumur hidup.Bagi sebagian orang, menikah bukan hanya tentang halalnya seseorang melakukan hubungan badan dengan lawan jenis, melainkan sebagai bentuk pembuktian diri bahwa kita sudah mampu bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan.Bertanggung jawab sebagai pasangan suami istri yang bisa saling merangkul dalam suka dan duka, serta pahit dan manisnya kehidupan.Namun semua itu berbeda dengan apa yang kini tengah dijalani oleh Kahfi dan juga Sitta.Keduanya memang menikah.Menjalani prosesi pernikahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menjadi sepasang pengantin yang sah di mata hukum dan agama.Meski sejatinya, di dalam hati mereka masing-masing, tak sama sekali berpikir untuk menjalani pernikahan kelak dengan keseriusan dan tanggung jawab, tanpa memperhitungkan lebih lanjut, sebab akibat yang akan muncul di kemudian hari.Baik itu Kahfi mau pun Sitta, hanya ingin terbe
Reygan baru saja mendapat kiriman video, berupa rekaman CCTV di sebuah hotel di Bandung yang terjadi kurang lebih dua bulan yang lalu, beberapa hari sebelum kematian Kelvin sang adik berlangsung, di mana di dalam rekaman CCTV itu, Reygan melihat Kelvin datang ke hotel tersebut untuk menemui seorang wanita.Dan wanita yang ditemui oleh Kelvin alias Keling hari itu adalah Bulan alias Nanda. Wanita murahan yang sangat dia benci.Itulah sebabnya, Reygan yang kebetulan sedang berada di luar kota malam tadi, langsung bertolak ke Jakarta menggunakan jet pribadi setelah dia mendapat informasi mengenai keberadaan Bulan di acara resepsi pernikahan Kahfi dan Sitta pagi ini.Tak ingin menunda waktu lebih lama, Reygan harus tahu, ada hubungan apa di antara adiknya dengan Bulan selama ini?Datang ke acara resepsi tanpa undangan, awalnya Reygan tak diperbolehkan masuk, hingga setelah asisten kepercayaannya mengajak bicara beberapa orang penjaga keamanan yang berada di depan gedung resepsi, barulah d