Chika tidak bisa menolak permintaan Saga, laki-laki itu memang selalu bisa memanfaatkan waktu dalam kesempitan. Terpaksa ia mandi setelah melakukannya dengan Saga. Laki-laki itu menyeringai puas manakala melihat Chika kelihatan gugup ketika berganti pakaian. Ia merasa lucu dengan tingkah Chika yang menyembunyikannya di kamar mandi malah membuatnya bisa bercinta sepuasnya.
"Awas! Jangan keluar kalau tidak aku suruh!" ancam Chika sambil berbisik.
Saga menahan tawanya, Chika membuka pintu kamar mandi kepalanya menyembul keluar melihat situasi apakah aman atau tidak. Sialnya dari belakang Saga malah memeluknya dan mengendus punggungnya.
Chika merasa geli, ia mundur selangkah ke belakang dan menutup pintu kamar mandi dari dalam. "Tolong hentikan ini, Frans bisa melihat kita," kata Chika lirih.
"Berikan aku ciuman sekali lagi, maka aku tidak akan mengganggumu," kata Saga.
Terpaksa Chika menuruti keinginan Saga, ia berjinjit dan mencium bibir
Melihat keakraban antara Chika, Ronald, dan Frans, Saga merasa geram. Baru saja ia merasa yakin jika dirinya adalah pria satu-satunya kini keyakinannya mulai pudar. Ia sadar jika hubungannya dengan Luna adalah pengganjal bagi Chika untuk menerima dirinya.Entah apa yang di katakan Ronald hingga membuat mereka berdua tertawa. Saga menjadi kurang berselera makan. Ia hanya mengaduk-aduk makanannya. Sementara sambil makan tangan Luna tidak lepas dari ponselnya. Ia sibuk membalas pesan dari teman-temannya."Sayang, kamu tahu tidak aku sangat merindukanmu. Kenapa kau tidak pernah meneleponku?" tanya Luna.Mendengar perkataan istrinya, Saga terasa mau muntah. Sampai kapan wanita ini berpura-pura sok perhatian padanya. "Bukankah kau sendiri juga tidak pernah meneleponku?" sindir Saga.Luna tertegun sesaat. Memang benar ia tidak pernah menelepon suaminya karena kesibukannya dengan selingkuhannya. Tapi dalam hati kecilnya ia juga merindukan Saga meskipun pada
Sebuah ketukan pintu di pagi hari mengagetkan Chika. Ia masih tengah memasak di dapur menyiapkan sarapan untuk Frans. Frans masih sibuk mengenakan seragamnya. Ia juga mendengar suara ketukan pintu itu."Siapa, Ma? Pagi-pagi kok sudah mengetuk pintu?" tanya Frans."Iya, coba mama lihat dulu," kata Chika. Ia mematikan kompornya lalu bergegas menuju pintu utama. Hatinya juga penasaran siapa yang datang pagi-pagi.Mata Chika membelalak terkejut melihat sosok wanita yang sangat di bencinya berdiri di depan pintu. "Mau apa kau kemari?" tanya Chika."Hemm, tentu saja memperingatkanmu. Kau tahu kan aku orangnya tidak suka basa-basi. Jadi, tolong tinggalkan Saga. Dia suamiku. Apa kau tidak malu pada putramu jika mengetahui mamanya seorang wanita perusak rumah tangga orang!" kata Luna ketus."Mamaku tidak seperti itu!" Bela Frans yang tiba-tiba muncul di di belakang Chika."Frans, masuk sana. Ini urusan orang dewasa," kata Chika liri
"Chika!" panggil Saga.Chika menoleh, pria tampan itu keluar dari mobilnya berjalan ke arah Chika. Rasanya Chika ingin berlari kencang, tapi entah kenapa tubuhnya seolah membeku tidak bisa bergerak."Maaf atas kejadian kemarin," ucap Saga."Tak ada yang perlu di maafkan. Istrimu benar, dia berhak marah padaku. Mungkin kalau aku yang di posisinya aku akan marah juga," kata Chika. Ia berusaha bersabar dengan keadaan yang di alaminya."Chika, kau tahu aku hanya mencintaimu. Hanya saja aku belum bercerai dengan Luna. Kumohon mengertilah," ucap Saga sedikit memelas."Aku tidak ingin menjadi penyebab perceraian kalian. Kalau perlu aku akan pergi sejauh mungkin agar kalian bisa kembali bahagia," terang Chika. Bagaimanapun perkataan Luna sudah melukai hatinya, ia memang bukan wanita kaya tetapi ia punya harga diri."Kumohon jangan pergi aku akan menyelesaikan semua ini agar kita bisa bersama," kata Saga.Chika menggeleng, ia tidak setuj
Pesta pertunangan telah usai, hari kemarin adalah hari yang membahagiakan sekaligus melelahkan. Dua bulan lagi Viona akan menikah. Namun ada sebuah ganjalan yang mengganggu pikiran Angela. Yaitu kebahagiaan putranya, Saga.Dulu ia di nikahkan dengan Verrel tanpa dasar rasa cinta namun bisa saling mencintai hingga sekarang. Saga tidak bisa mencintai Luna seperti yang di harapkan oleh Angela. Luna tidak dapat meluluhkan hati Saga karena perilakunya yang sering membuat Saga kesal."Saga, tolong antar mama belanja," pinta Angela."Kalau soal belanja mendingan ajak Luna saja, Ma. Dia ratunya belanja," jawab Saga."Luna sudah pergi sejak tadi pagi. Apa kamu tidak ingin meluangkan waktu untuk mamamu?" tanya Angela.Mendengar Angela bersikeras akhirnya Saga mengiyakan permintaan mamanya. Ia juga tidak ingin membuat mamanya kecewa. Akhirnya mereka berdua pergi juga. Kebetulan Verrel sudah berangkat ke kantor. Viona berlibur dengan Devan.Saga h
"Nyonya, mengapa kita ke rumah sakit?" tanya Chika penasaran."Suamiku sedang di rawat di rumah sakit ini. Tapi, sebelum itu bolehkah aku tahu golongan darahmu? Karena dia membutuhkan transfusi darah golongan O," terang Clara."Kalau begitu kebetulan sekali, saya juga golongan darahnya O tapi agar tidak terjadi kekeliruan bisa di cek dulu," kata Chika. Ia senang jika bisa membantu wanita sebaik Clara."Semoga saja ada kecocokan, ayo kita temui dokternya," kata Clara.Setelah melakukan berbagai pemeriksaan di ketahui golongan darah Chika dan Mark memiliki kesamaan. Akhirnya transfusi darah di mulai. Chika merasa bangga setidaknya dirinya masih berguna untuk orang lain. Meskipun ia tidak bisa memberikan sumbangan materi namun ia berharap transfusi darah kali ini bisa bermanfaat bagi kehidupan orang."Sayang, hari ini kau akan bertemu malaikat kita," bisik Clara di telinga suaminya."Apa maksudmu, sayang?" tanya Mark tak mengerti."Tungg
Chika di kagetkan dengan berbagai kiriman paket yang silih berganti berdatangan ke apartemennya. Ia takut jika seseorang telah salah mengirimkan ke apartemennya. Namun jika di tanya memang benar adanya, paket itu buat dirinya.Frans bersorak riang menyambut berbagai hadiah yang datang ke apartemennya. Mulai dari mainan, pakaian, makanan dan perabotan kelengkapan rumah. Ia tidak sabar untuk membongkar bungkusan paketannya satu persatu."Tunggu Frans, bagaimana kalau bukan untuk kita?" Chika takut barang itu salah kirim. Karena sepengetahuannya ia tidak membeli apapun. Terlintas di benak Chika jika semua barang yang di kirim ke apartemennya berasal dari Saga."Tunggu sebentar, mama akan memastikannya dulu. Jangan di buka sebelum mama tahu siapa pengirim semua barang-barang ini," ucap Chika. Ia merogoh ponsel di sakunya lalu menekan tombol nomor ponselnya.Saga kaget mendengar ponselnya berdering, pasalnya tidak biasanya Chika meneleponnya.
Clara berniat membawa Chika dan Frans hidup bersama di Jakarta. Namun sebelum itu mereka menawarkannya terlebih dahulu pada Chika. Ia tidak ingin terlalu memaksakan kehendaknya pada putrinya. Clara tidak ingin Chika merasa tidak nyaman."Horee kita mau pindah," kata Frans melonjak kegirangan.Berbeda dengan Chika ia terlihat bingung jika harus kembali ke Jakarta. Pertama ia masih terlibat kontrak dengan restoran dengan tempatnya bekerja. Tentunya jika keluar secara tiba-tiba ia harus membayar dendanya. Alasan kedua, ia takut jika kembali ke Jakarta akan bertemu kembali dengan Saga.Susah payah dirinya pergi dari Saga, ia takut di sebut pelakor suami orang. Namun melihat wajah putranya yang senang sekali akan tinggal bersama neneknya. Apalagi di tambah Clara yang menunggu keputusannya penuh harap."Sayang, jika kau pindah ke Jakarta bagaimana sekolahmu? Mama juga masih kerja di restoran itu," kata Chika kemudian.Clara menggenggam tangan Chika
Chika tidak bisa menghindari kerja sama dengan Saga. Hari ini ia harus datang ke perusahaan itu lagi, andai saja Chika bisa menghindarinya mungkin akan segera ia lakukan. Tapi, ia membawa nama perusahaan orang tuanya. Jadi tidak mungkin ia bisa menghindarinya lagi."Apa Tuan Saga ada di tempat?" tanya Chika."Maaf, ada perlu apakah Anda mencari CEO?" tanya resepsionis."Saya Nona Axella dari perusahaan properti yang menjalin kerja sama dengan perusahaan ini," terang Chika."Oh, Nona Axella. CEO tadi juga berpesan jika Anda datang di suruh menunggu sebentar di ruangannya. Karena Tuan Saga sedang keluar sebentar," ucap resepsionis."Baiklah, terima kasih atas informasinya. Dengan anggunnya Chika meninggalkan resepsionis."Tunggu!" seru seorang wanita dari belakang. Chika merasa tidak asing mendengar suara wanita itu."Siapa kau?" tanya wanita itu mengitari Chika.Luna mengamati Chika dari atas hingga bawah, sialnya ia