Chika melambaikan tangannya setelah pria tampan itu kelihatan berpamitan dengannya. Setelah melihat pria itu pergi Saga menghampiri Chika. Ia kelihatan sangat marah melihat Chika bersama pria lain selain dirinya.
"Siapa dia?" tanya Saga yang tentunya mengejutkan Chika karena pria itu tiba-tiba ada di belakangnya.
"Teman, hanya temanku," jawab Chika singkat. Ia kembali mendorong trolinya tanpa menghiraukan Saga. Saga semakin penasaran dengan sikap Chika yang cenderung mengabaikannya. Wanita itu mengambil beberapa keperluannya lalu memasukkannya ke troli. Ia terus mendorong trolinya ke arah lain. Saga merasa dirinya seperti orang bodoh mengikuti seorang wanita yang tidak paham dengan kemarahannya.
Kini Saga berjalan beriringan dengan Chika. "Kenapa kau tidak menjawab teleponku?" tanya Saga.
"Ponselku ketinggalan di apartemen," jawab Chika tanpa memandang ke arah Saga. Justru pandangannya ke arah jeruk-jeruk segar yang ada di depannya. Ia mengambil plastik k
"Sudah cukup Liliana, jaga ucapanmu. Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum aku tidak bisa menahan amarahku," ancam Saga."Saga, aku sahabat dekatnya Luna. Bisa-bisanya kau memarahiku hanya karena wanita ini," kata Liliana bangkit dari kursinya dan menghentakkan high heels lalu meninggalkan mereka dengan amarahnya.Saga merasa tidak enak terhadap Chika, ia melihat wajah Chika sedikit berubah setelah bertemu Liliana. "Maaf, dia temanku waktu kelas menengah dulu," ucap Saga."Tidak apa-apa, semua yang di ucapkannya benar. Mengapa aku harus tersinggung?" Chika berusaha menahan rasa sesak di dadanya. Inilah kemungkinan yang terburuk yang harus ia hadapi sebagai wanita sewaan. Ia sudah memilih pekerjaannya itu, jadi semua resiko baik hinaan maupun cercaan harus di tanggungnya.Saga masih merasa tidak enak, ia lalu mengajak Chika pulang. Wanita itu hanya bisa menuruti langkah kaki Saga. Chika memilih untuk tidak banyak bicara, ia cenderung melamun ketika Saga me
Isabel bergelayut mesra di tangan Devan, wajahnya yang blesteran menjadi sorotan teman-teman reuninya. Pandangan Devan berhenti pada sosok Viona yang tengah menyisih di antara temannya. Ia lalu melepaskan lengan Isabel. Wanita itu mengernyit heran menatap ke arah Devan."Mau kemana?" tanya Isabel."Sebentar, aku ada perlu ke belakang," kata Devan. Devan melihat Viona pergi ke toilet ia lalu mengikutinya. Sementara Isabel bergabung dengan teman-teman laki-laki Devan yang ingin berkenalan dengannya.Sesampainya di depan pintu toilet Devan menarik lengan Viona. Viona kaget tiba-tiba ada Devan di belakangnya. "Sedang apa di toilet wanita? Mau mengintip ya?" tuduh Viona."Ssst." Devan menarik lengan Viona ke arah belakang dinding. Dimana dari luar tidak ada seorangpun yang dapat melihat mereka."Apaan sih," protes Viona."Mana pacarmu? Kenapa datang sendiri?" tanya Devan."Dia masih sibuk, sebentar lagi juga datang," kata Viona
Devan menolak ajakan Isabel bermesraan dengan alasan ia lelah. Padahal dulu ketika di luar negeri ia membiarkan Isabel seenaknya pada dirinya. Entah mengapa semenjak bertemu dengan Viona ia merasa sikapnya sedikit berbeda.Isabel memeluk erat Devan yang tengah mengetik di laptopnya. Ia menunggu Devan agar mau menyentuhnya. Tapi, sudah lama menunggu Devan, lelaki itu masih sibuk dengan laptopnya."Sebenarnya, apa yang kau lakukan di toilet tadi? Kenapa lama sekali?" tanya Isabel."Tidak ada," jawab Devan pendek."Bohong, kau pasti ada main dengan wanita lain kan?" tuduh Isabel.Devan menjadi jengah dengan pertanyaan Isabel. Ia lalu menutup laptopnya dan melihat ke arah Isabel. Gadis berambut ikal dengan wajah blesteran itu menatap lekat Devan tanpa berkedip."Aku hanya ingin kita bermesraan seperti dulu. Aku kesal, di sana kau meninggalkanku sendirian," kata Isabel merajuk. Ia tidak ingin Devan marah lalu memutuskan hubungan mereka.
Verrel sampai di rumah dengan muka di tekuk, ia melihat Angela sudah tertidur di ranjang dengan memunggunginya. Padahal sebenarnya Angela belum bisa memejamkan matanya, seharian ia menunggu Verrel pulang.Suasana kamar redup karena hanya lampu tidur yang di nyalakan. Terdengar langkah kaki Verrel memasuki kamar mandi. Ia membersihkan tubuhnya dari peluh selama kerja seharian. Ia menenangkan pikirannya di bawah rintik gerimis kucuran air shower yang membasahi tubuhnya.Angela merasa terganggu dengan suara air kamar mandi. Ia tahu jika Verrel sudah pulang. Tapi ada yang ganjil kenapa Verrel mandi lama sekali. Tak biasanya laki-laki itu bertahan lama jika di kamar mandi.Ia pura-pura tertidur tatkala mendengar pintu kamar mandi terbuka. Verrel melihat Angela masih pada posisi semula. Ia merasa kasihan dengan istrinya, sekaligus merasa bersalah karena seharian baru pulang hingga menjelang malam.Verrel mengganti pakaiannya dengan pakaian yang hang
Pagi hari Angela sudah terbangun lebuh dulu, ia lalu bergerak turun ke lantai bawah untuk menyiapkan sarapan buat keluarganya. Meskipun banyak asisten rumah tangga di rumah mewahnya tapi jika menyangkut menyiapkan sarapan Angela pasti ikut turun tangan.Waktu sarapan bagi Angela sangat berharga dimana semua anggota keluarga bisa berkumpul dan berbincang-bincang di sana. Karena setelah sarapan selesai kedua anaknya dan suaminya kembali di sibukkan dengan rutinitas harian. Angela memang lebih memilih mengalah menjadi ibu rumah tangga agar bisa lebih memperhatikan keluarganya.Ia tahu keluarga macam apa jika sibuk semua, maka tidak akan ada kasih sayang di dalamnya. Para asisten rumah tangga tidak ada yabg berani bangun siang, mereka merasa tidak enak karena Angela selalu bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan.Verrel meraba seprei sampingnya, ia tidak mendapati Angela. Verrel berusaha untuk bangun dan mengucek matanya tapi badannya masih terasa let
"Benarkah apapun itu? Kau mau menerima perintah papa meskipun kau tidak menyukainya," tanya Verrel.Saga mengangguk pasti. Verrel merangkul putranya dan menepuk punggung Saga sebagai tanda terima kasih. Ia lalu melepaskan pelukannya dan mulai mengambil nafas berat."Aku berencana menjodohkanmu dengan anak kolega papa. Dia satu-satunya orang yang bisa membantu papa keluar dari masalah ini," ujar Verrel."Apa? Di jodohkan?" kata Saga terkejut."Iya, bukankah tadi kau mengatakan setuju apapun permintaan papa," ucap Verrel."I ... iya, tapi bukan menikah dengan wanita lain. Saga sudah memiliki kekasih, Pa," protes Saga."Baru kekasih kan, bukan istri," imbuh Verrel."Tapi Saga mencintainya," tolak Saga.Angela mendekati suaminya, ia tidak ingin Verrel dan Saga bertengkar mengenai perjodohan. "Pa, coba cari solusi lainnya jangan mengorbankan perasaan Saga," kata Angela pelan.Verrel menggeleng, ia kembali kalut da
Seorang pria mendatangi Chika mereka tengah berbicara di trotoar. Lelaki paruh baya itu tengah mengancam Chika akan membawanya ke rumah hiburan lagi jika tidak mau memberikan sejumlah uang yang di inginkannya. Saat tangan Chika merogoh tas kecilnya hendak mengambil uang tunai di dalam dompet tiba-tiba Saga datang dengan mobilnya.Perhatian keduanya teralihkan dengan kedatangan Saga yang menghampiri Chika. "Siapa orang ini?" tanya Saga."Dia ... dia ayah angkatku," jawab Chika sedikit gugup."Iya, aku ayah angkatnya. Kau siapa? Di lihat dari mobilmu sepertinya kau anak orang kaya," kata pria paruh baya itu melihat Saga dari atas hingga ke bawah.Saga merasa ayah angkatnya bukan pria baik-baik. "Ada keperluan apa, Anda menemui Chika?" tanya Saga penuh selidik."Biasalah, aku meminta uang padanya. Sudah lama ia tidak meneleponku. Bahkan tidak pernah bilang jika ia tinggal di apartemen semewah ini," kata ayah angkat Chika."Kalau boleh tah
Saga menyerahkan pembalut pada Chika, wanita itu tidak menyangka seorang Saga mau membelikan pembalut untuknya. Ia langsung buru-buru ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan memakai pembalut.Chika keluar dari kamar mandi setelah melakukan ritual kewanitaannya. Saga tidak ada di kamar, hasrat lelaki itu pupus sudah ketika mengetahui Chika tengah datang bulan. Ia memilih duduk di ruang TV."Oh, kau di sini rupanya," kata Chika.Saga tersenyum melihat Chika datang, ia langsung menyambut wanuta itu dengan tangan terbuka. Chika masuk ke dalam rangkulan Saga. Lelaki itu mengecup pipi Chika dengan lembut, mereka lalu menonton TV bersama.Sesaat Saga melirik ke arah Chika, ia sebenarnya ingin menceritakan perihal hubungannya dengan Luna. Tapi, apakah Chika mau menerima keputusan Saga?"Kenapa lirik-lirik aku terus?" tanya Chika tanpa melihat ke arah Saga."Ada yang ingin aku bicarakan sebenarnya," kata Saga.