Share

33. Terharu.

Raline mendorong pintu rumah lesu. Ingatan akan kata-kata Axel pada Erick perihal ayahnya yang sakit, membuat Raline sedih. Ingin membantu, ia tidak punya uang. Terus menerus menerima bantuan Axel, ia juga sungkan. Istimewa ia sudah sesumbar bahwa ia akan menolak bantuan dana dari Axel. Tapi apa mau dikata. Terkadang dalam hidup sesekali harus menjilat ludah sendiri juga.

"Kamu sudah pulang, Line? Hari ini kantormu memenangkan tender apa sampai perusahaan mengirim bonusmu untuk Ayah?" Pak Adjie yang sedang menonton televisi menoleh ketika putri semata wayangnya pulang bekerja.

"Tender... tender proyek, Yah." Raline menjawab terbata-bata. Jikalau harus berbohong dadakan ia memang cenderung gelagapan. Soalnya ia kurang mahir mengarang bebas.

"Ya pasti tender proyeklah. Nama proyeknya apa maksud Ayah? Entah proyek hotel perumahan, hotel, jalan tol atau apa kek." Pak Adjie beringsut dari kursi.

"Eh... eh... eh..." Pak Adjie kembali terduduk. Lututnya mendadak sakit saat berdiri.

"Ayah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status