"Jangan menangis lagi dong Nur. Nanti habis air matamu, sayang air mata dibuang-buang untuk hal yang tidak perlu. Dan itu, siapa tadi nama yang kamu sebut tadi. Aku saja baru satu kali ini mendengar nama itu, siapa dia itu, Nur?" Wahyu mengusap punggung Nur dengan lembut. Nur mengangkat wajahnya dari dada Wahyu. Ditatapnya lekat bola mata Wahyu, Wahyu menaikan alisnya dengan gaya jenaka. Wajah Nur jadi cemberut, dicubitnya dada Wahyu kesal.
"Awww, sakit Nur. Sumpah Nur, aku tidak pernah kenal dengan wanita yang namanya kamu sebutkan tadi" Wahyu mengangkat dua jarinya.
"Tapi, mereka bilang mereka makan siang dengan Kak Wahyu, mereka bilang Kak Wahyu suka menatap si Lindsy itu. Lindsy itu bule, daging impor, sedang aku mereka bilang cuma ikan asin!" Seru Nur dengan nada lebih tinggi dari biasanya. Mata Wahyu membesar mendengar muntahan kata yang keluar dari sela bibir Nur."Lindsy? Daging impor? Ikan asin? Ini kita sedang membicarakan apa sih, Nur? Aku bing ...."
Wahyu mendekatkan bibirnya ke telinga Nur."Henny" bisik Wahyu dengan mulut usilnya."Enghhh" mata Nur melotot menatap Wahyu, keningnya berkerut dalam, mulutnya terkatup rapat. Ia berusaha menahan mual perutnya. Tapi, Nur tak tahan juga, begitu Henny mendekat, ia langsung masuk ke dalam rumah, dan masuk ke kamar mandi di dekat dapur. Ia memuntahkan sebagian makan malamnya di sana.Nur menarik napas lega setelah ia berkumur, lalu ia ke luar dari kamar mandi, dan betapa terkejutnya ia saat Henny tiba-tiba berdiri di hadapannya."Kamu kenapa, Nur. Takut melihat....""Hoeeekk!!" Nur tak mampu menahan muntahnya, muntahnya muncrat dan mengenai baju, celana, dan kaki Henny. Spontan Henny berteriak dengan histeris, dan Nur semakin banyak memuntahkan isi perutnya.Semua orang yang duduk di teras berlari masuk ke dalam. Sementara yang lain berdiri terpaku dalam kebingungan, Wahyu justru tertawa dengan suara sangat nyaring."Sudah aku duga, ee
"Nur hamil?" Tanya ibu Henny, membuat semua yang tengah mengerubungi Nur mengalihkan fokus mereka."Iya" sahut nenek dengan nada bahagia. Melihat Henny yang berdiri di ambang pintu kamarnya, Nur segera memutar badannya, dan masuk ke dalam kamar mandi. Nur lagi-lagi harus berhoek-hoek ria. Wahyu mengusap punggungnya lembut."Sebaiknya kamu pulang, Henny" ujar Ibu Wahyu sambil mendekati Henny dan kedua orang tuanya."Tante mengusir aku?" Tanya Henny gusar. Pakaiannya tampak basah, karena baru dibersihkan dari muntahan Nur."Bukan begitu, Henny. Si Nur itu tidak bisa melihat wajahmu, jangankan melihat wajahmu. Mendengar orang menyebut namamu saja dia sudah mual""Apa!? Memangnya aku ini sampah yang bau apa!?""Tidak perlu marah begitu Henny. Dalam keluarga kami, hal seperti itu memang selalu terjadi dimasa kehamilan, bahkan sampai melahirkan. Jadi saranku, kalau kamu tidak mau dimuntahin Nur, ya jangan menampakan diri di depannya" Jawab ibu Wahyu membela
Siang ini Nur, dan semua karyawan butik, ditraktir makan siang oleh Bunda Aira. Karena pencapaian penjualan mereka yang jauh melampaui target, berkat produk terbaru mereka yang modelnya dipercayakan pada Nur. Pakaian buatan butik mereka untuk wanita bertubuh gemuk laris manis. Mereka banyak menerima order, baik itu untuk pakaian santai, sampai gaun pesta, bahkan sampai busana pengantin juga.Nur duduk di samping Bunda Aira yang menyetir sendiri mobilnya, mereka pergi dengan dua buah mobil. Mobil yang lain disupiri oleh supir Bunda Aira. Mereka bersiap untuk kembali ke butik, setelah makan siang lesehan di Bincau, sebuah tempat wisata pemancingan, dan lesehan yang cukup terkenal di Martapura.Mata Nur menatapa ke luar jendela, memperhatikan jalan yang mereka lalui. Bunda Aira membawa mobil dengan kecepatan sedang. Saat mendekati lampu merah Sekumpul terjadi kemacetan. Mobil berhenti sesaat, dan mata Nur menangkap sosok yang sangat dikenalnya ke luar dari sebuah rumah ma
Nur masuk ke kamar mandi, Wahyu memilih menyeduh kopi di dapur. Meski hatinya tengah marah pada Nur, tapi ia berusaha meredam rasa marahnya. Setelah membuat kopi, Wahyu duduk di ruang tengah, dinyalakannya televisi. Sesekali matanya melirik ke pintu kamar, menunggu Nur ke luar dari kamar, baru ia masuk untuk mandi. Tapi cukup lama ia menunggu, Nur tidak juga ke luar dari kamar. Sedang sebentar lagi waktunya maghrib tiba. Akhirnya Wahyu memilih mengalah, dibukanya pintu kamar perlahan, tapi Nur tidak ada di dalam kamar. Suara air shower yang jatuh ke lantai kamar mandi masih terdengar dari dalam kamar mandi. Wahyu mengernyitkan keningnya, jika saat datang tadi Nur sudah masuk ke dalam kamar mandi, maka ini sudah terlalu lama baginya berada di dalam sana. Tiba-tiba kecemasan menyusup di dalam hati Wahyu. Wahyu mendekati pintu kamar mandi, diketuknya perlahan, namun tak ada jawabab. Digedornya pintu kamar mandi dengan kuat, sambil memanggil nama Nur dengan penuh kecemasan. Perlahan pin
"Nur, berterus teranglah, jujurlah, katakan ada apa sebenarnya, jangan menyembunyikan sesuatu seperti ini""Kakak yang tidak jujur! Kakak yang menyembunyikan sesuatu! Kakak yang huuuhuuhuu ...." Nur tersedu sedan, bayangan Wahyu dan Lindsy membuat hatinya benar-benar sakit."Nur, aku tidak mengerti maksudmu" Wahyu mengangkat dagu Nur dengan jari telunjuknya. Dihapusnya air mata Nur dengan lembut."Kakak kenapa bohong!""Bohong apa, aku tidak mengerti Nur!""Kakak bilang tidak kenal dengan daging impor itu, tapi ternyata hari ini aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, Kakak ke luar dari rumah makan dengan dia. Kakak bohong, Kakak bohong, huuuuhuuu!" Nur memukuli Wahyu dengan kedua telapak tangannya.Wahyu mengerutkan dahinya.'Daging impor!?'"Kenapa Kakak diam?""Daging impor? Ooh ... Lindsy, masksudmu?""Hoooeek, hoooeek! Jangan sebut namanya!""Ya, ya daging impor, hhhhhh ... biar aku jelaskan, dengark
Nur menatap ke luar butik, ia mengenali mobil yang baru memasuki halaman butik. Itu mobil si 'daging impor' Lindsy. Lindsy datang bersama dua orang temannya. Nur mengambil ponselnya, lalu menelpon suaminya."Assalamuallaikum, Nur""Walaikum salam, Kakak" panggil Nur bernada manja."Ada apa?""Kakak, Kakak sedang repot tidak?""Memangnya ada apa?""Aku ingin makan putu mayang, bisa Kakak belikan tidak. Enghh, tapi kalau Kakak sibuk atau capek tidak usah saja, biar nanti saat makan siang aku cari sendiri saja, maaf ya Kak. Assalamuallaikum""Nur, sebentar aku belikan ya, atau aku jemput kamu, kita makan siang ke luar, bagaimana?""Iya, Kakak""Kamu tunggu di butik saja. Assalamuallaikum""Terimakasih, Kakak. Walaikum salam"Nur mematikan ponselnya, dengan senyum terukir di bibirnya. Hari ini Lindsy harus tahu, kalau Wahyu adalah miliknya."Bagaimana hari ini? Mau makan siang bareng Kak Wahyu lagi nggak?" Tanya salah
18++Wahyu sudah menjalankan mobilnya, sesekali ia melirik istrinya yang duduk di sebelahnya, dengan diam bak patung saja."Kamu kenapa, Nur?"Nur menolehkan kepala, lalu kepalanya menggeleng pelan."Apapun yang mereka katakan, jangan membuatmu sakit hati. Kalau kamu sakit hati, kasihan anak kita yang ada di dalam kandunganmu.""Heum" Nur menganggukan kepala. Sejujurnya, ia masih syok dengan kejadian tadi. Nur tidak menyangka, kalau Tata, dan Lindsy bekerja sama untuk memisahkannya dari Wahyu. Kejadian tadi baginya bagai adegan di sinetron saja, seperti bukan kejadian yang benar-benar nyata.Nur melirik ke arah suaminya, diamatinya dalam diam wajah suaminya, yang sesaat tadi baru saja jadi obyek rebutan dua orang wanita.'Kak Wahyu ganteng, gagah. Ehmm seperti artis sinetron Anjasmara waktu muda. Eeh, sampai sekarangkan Anjasmara masih terlihat muda. Wajar saja kalau banyak wanita yang menyukainya. Aku beruntung punya suami seperti dia,
Wahyu tiba kembali di kantor."Kak!" Bayu menyongsong kedatangan Wahyu di kantor mereka."Ada apa?""Aku dengar tadi Tata bertengkar dengan Lindsy di rumah makan. Kabarnya Kakak yang jadi penyebab pertengkaran mereka. Kok bisa, Kak?""Kamu tahu dari mana?""Tris, ada di sana juga tadi. Mungkin Kakak tidak melihatnya. Kenapa Kakak bisa jadi penyebab pertengkaran mereka, Kak?""Kamu tahukan, Kakakmu ini pria paling cool sedunia? Jadi wajarlah kalau diperebutkan wanita" Wahyu membentangkan tangannya dengan gaya bak pria terganteng sedunia.Bayu tertawa melihatnya."Ganteng, tapi sudah punya istri. Itu dua wanita kenapa bisa mengejar Kakak. Bukannya mereka tahu Kakak punya istri, atau Kakak mengaku bujangan sama mereka?""Ehhh, aku bukan tukang tipu ya. Aku jujur kalau aku punya istri, nih lihat, tanpa aku bicarapun orang pasti tahu kalau aku punya istri. Nur sudah memberi stempel dengan jelas di leherku. Si Tata dan si Lindsy itu saja yang