Bab30Di dalam kamar, Angkasa duduk memandangi laptopnya dalam kehampaan. Ada perasaan bersalah di hatinya pada Nara.Bukan manusia namanya, jika dia tidak merasa bersalah sama sekali. Hanya saja, dia tidak ingin Nara tahu perasaan bersalahnya. Angkasa tidak ingin, Nara memanfaatkannya. Sebab itulah, Angkasa terus- menerus menunjukkan sikap dinginnya, agar wanita itu mematuhinya.Pikirannya tidak karuan akhir- akhir ini. Kadang, bayangan Monalisa, kembali bergelayut manja di ingatannya.Tapi pengkhianatan yang wanita itu lakukan, mengantarkan Angkasa, pada kesalahan 1 malam, yang membuat dirinya kini semakin serba salah.Angkasa membuka tampilan cctv, untuk memantau keberadaan Nara.Namun Nara sudah tidak terlihat lagi di ruang tengah, dapur dan juga balkon belakang. Sepertinya wanita itu telah masuk ke dalam kamar, beristirahat.Bayangan perlakuan Ibunya kepada Nara, kembali terlintas dibenaknya. Entah mengapa, perasaan bersalah semakin dalam Angkasa rasakan.Sebab karena dialah, Na
Bab31Acara pernikahan Abimanyu dan Mouren di adakan di sebuah hotel yang cukup mewah. Nuansa pelaminannya pun sangat megah, membuat mama Lida memandang takjub, dengan pemandangan pelaminan putri kesayangannya itu."Ganti bajumu dengan ini." Angkasa memberikan paperbag kepada Nara.Nara mengernyit."Ini baju apa? Memangnya mau kemana?" tanya Nara dengan bingung."Kita akan menghadiri acara malam ini, cepatlah gunakan itu, sepuluh menit cukup kan?"Nara tidak ingin banyak bertanya lagi, karena dia tahu, Angkasa tidak suka dengan orang yang banyak tanya.Dia pun menuruti saja, permintaan lelaki arrogant itu.Setelah selesai berganti pakaian, tiba- tiba kamarnya di ketuk seseorang dari luar.Nara pun membuka kamarnya, nampak wanita berpakaian rapi, menenteng sebuah tas make up, tersenyum ke arahnya."Halo, Nona," sapa wanita itu."Ya, halo." Nara bingung, tapi dia tetap menyahut."Saya MUA, yang diminta untuk make up'in anda, Nona. Bolehkah saya masuk?" tanya wanita itu dengan sopan.Nar
Bab32"Aku nggak nyangka, kamu bakal berbuat hal semacam ini ...." suara kecewa Abimanyu, membuat Mama Lida semakin terbakar rasa penasaran."Murahan ...." ucapan Abimanyu semakin terdengar kasar, membuat Mama Lida semakin tidak tahan ingin membuka pintu kamar mereka."Aku tidak sengaja melakukan itu, aku mabuk, aku di perkosa, percayalah," mohon Mouren."Aku tidak perduli, bukan aku yang seharusnya bertanggung jawab! Tetapi lelaki dari pemilik janin itu."Mama Lida sudah tidak tahan lagi, dia pun langsung membuka pintu kamar mereka dan menatap pada kedua calon pengantin yang sedang berdebat itu."Mama," lirih Mouren, dengan wajah yang sudah basah air mata. Bahkan make up yang menghiasi wajah cantiknya itu pun kini mulai rusak karena air matanya."Ada apa, Mouren?" tanya Mama Lida langsung masuk, setelah menutup pintu kamar.Wanita paru baya itu berjalan ke arah Mouren yang bersimpuh di depan Abimanyu, calon suami anaknya itu.Sedangkan Abimanyu sendiri nampak bersikap acuh tak acuh.
Bab33"Ngapain kamu kesini? Sengaja, mau mentertawakan aku, dasar pembawa sial ...." Mouren kembali berteriak. Nara menyeka air di rambutnya yang cukup basah, karena di siram Mouren dari belakang.Angkasa berdiri, menatap dingin pada wanita itu."Heh Anda, jangan mau dekat- dekat dengan wanita pembawa sial ini," seru Mouren, memperingati Angkasa.Angkasa hanya diam, menatap dingin pada Mouren yang sedang mempermalukan dirinya sendiri.Para tamu yang masih tersisa di ruangan, pun menatap aneh pada Mouren.Mouren yang berniat mempermalukan Nara, pun seketika menjadi salah tingkah, karena merasa malah dirinya yang kini menjadi pusat perhatian para tamu undangan."Abimanyu kecelakaan, juga pasti gara- gara kesialanmu itu, siapa yang undang kamu, sehingga kamu ada di sini?" bentak Mouren lagi pada Nara, dan tidak memperdulikan tatapan mata para tamu, juga mata dingin Angkasa.Mouren tidak kenal lelaki di samping Nara kini, sehingga dia tidak perduli dengan sikapnya pada Nara saat ini."Su
Bab34"Jangan macam- macam lagi. Sungguh, saya tidak akan memaafkan Anda kali ini, jika kejadian menjijikan itu terulang lagi," tegas Nara.Jika semua wanita memujanya, kagum padanya, dan banyak yang rela dia tiduri begitu saja. Wanita yang dia hamili tanpa sengaja ini malah berkata jijik padanya, sungguh diluar nalar bagi Angkasa.Sebagai pengusaha muda yang sukses dan bergelimang harta, Angkasa tidak merasa kekurangan apapun, bahkan dari segi fisik, dia juga sangat menarik, bahkan lebih menarik dan tampan dari seorang Abimanyu, mantan kekasih Nara.Tapi kenapa wanita di sampingnya ini begitu sombong, bahkan berkata jijik dengan sentuhannya, ucapan Nara menyinggung perasaan seorang Angkasa.Sikap Nara pun menambah perasaan kesal Angkasa, karena wanita itu membuat jarak diantara mereka, seakan merasa takut, jika Angkasa mendekatinya."Aku tidak tertarik sama sekali padamu, Nara. Jangan karena kita dekat, dan aku baik padamu, lantas kamu berpikir, bahwa aku menyukaimu. Itu tidak akan p
Bab35Pagi jam 5, Nara bangun dari tempat tidurnya dan berlari ke kamar mandi. Wanita itu merasa sangat mual dan juga pusing. Nara memuntahkan isi perutnya yang berdesakkan ingin keluar. Entah kenapa, semenjak hubungan Nara dan Angkasa menjadi renggang lagi, wanita itu malah sering merasa lemah, mual dan selalu memuntahkan kembali makanannya.Angkasa menganggap, yang terjadi pada Nara akhir- akhir ini, hanyalah ingin mencari perhatiannya.Mengingat ucapan kasar Nara yang melukai harga dirinya, membuat Angkasa enggan memperdulikan wanita itu.Angkasa tidak ingin begitu memperhatikan Nara lagi, dia tidak mau Nara menganggap kebaikan hatinya, karena Angkasa menyukainya.Bagi Angkasa, Nara bukan wanita idamannya. Nara tidak secantik Monalisa, tidak sehebat Monalisa. Jadi, mana mungkin seorang Angkasa menyukai wanita biasa seperti Nara.****Usia kandungan Nara kini sudah memasuki 6 bulan. Bi Aya izin tidak bisa bekerja untuk 2 minggu ke depan, karena izin pulang kampung.Nara tentu saja
Bab36"Aaaaaa ....""Shit, siapa kamu ...." Dengan sekuat tenaga, Nara menendak lelaki itu, dengan kedua kakinya yang terikat.Lelaki itu sempat tersungkur. Nara tidak bisa berlari, meskipun dia bisa berdiri. Jika dia nekat untuk berlari, dia pasti akan tersungkur, dan itu jelas membahayakan kandungannya.Nara menangis, berteriak minta tolong. Lelaki itu bangkit, kemudian terkekeh."Siapa kamu?" teriak Nara, menatap nyalang lelaki yang mengenakan masker penutup wajah itu dan juga topi."Orang yang ingin bersenang- senang denganmu, sebelum kamu kukirim ke neraka," jawab lelaki itu dengan intonasi suara yang terdengar mengerikan di telinga Nara."Salahku apa?" lirih Nara.Lelaki itu mendekat lagi, Nara beringsut mundur dan kembali terduduk disofa."Tolong jangan jahati aku, aku sedang hamil, kasihani aku," pinta Nara dengan wajah memelas. Namun lelaki di depannya itu malah mentertawakannya."Aku cuma mau bersenang- senang sama kamu, kok. Ini tidak akan sakit, jika kamu sukarela.""Nggak
Bab37"Kamu kenapa?" tanya Angkasa, menghampiri Nara yang menangis ketakutan."Kamu mimpi buruk?" tanya lelaki itu lagi. Tubuh Nara gemetar, wanita itu nampak masih syok, dan kesulitan untuk bicara."Sebentar ...." Angkasa berniat untuk mengambilkannya air putih. Namun refleks, tangan Nara memegang pergelangan tangan Angkasa."Jangan tinggalkan aku sendiri, aku takut, aku takut orang itu datang lagi." Nara memasang wajah memohon, membuat Angkasa merasa kasihan."Aku mengerti kamu tidak menyukaiku, aku tahu diri ini begitu lancang. Tapi aku benar- benar memohon dengan sangat, jangan tinggalkan aku," lirih Nara."Ya sudah, aku di sini, aku nggak akan ninggalin kamu ...." Angkasa mendekati Nara dan membelai rambut hitam wanita itu.Nara merasa lega."Rebahan lagi ya, aku di sini jagain kamu ...." Nara menurut, wanita itu merebahkan dirinya lagi dan menutup mata. Karena memang dia masih merasa mengantuk sekali.Disaat dia tertidur, alam bawah sadar wanita itu kembali terganggu. Nara tanp