Grace tersenyum kagum begitu melihat dekorasi restoran yang kini ia dan Marvel jadikan tempat dinner. Sangat indah, apalagi dengan
nuansa malam dan bintang yang bertaburan. Belum lagi sebaran kelopak mawar dan lilin yang mengiringi setiap langkahnya menuju meja makan. Grace terkesima, semuanya terlihat begitu indah dan sangat cocok dengan gaunnya yang berwarna merah. Apalagi yang menjadi pasangan dinner-nya begitu tampan, Grace benar-benar dimanjakan dengan semua keindahan ini. Entah berapa uang yang Marvel habiskan untuk semua ini, yang jelas satu restoran bintang lima ini sudah Marvel reservasi khusus untuknya dan Grace dinner."Silahkan duduk, My Wife," ucap Marvel sambil menarikkan kursi untuk Grace duduki Grace tersenyum manis, ia duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Marvel.Meja yang menjadi pembatas mereka begitu elegan, hidung Grace begitu di manjakan saat mencium aroma lilin yang menguap. Tak lama kemudian, para pelayan datang membawakan berbagai maUsai mencium Grace dengan mesranya tanpa perduli akan kehadiran sepasang manusia yang sedari tadi menghibur mereka, Marvel kembali berulah dengan menempelkan keningnya pada kening Grace. Embusan napas mereka saling menerpa wajah masing-masing, Marvel suka saat-saat seperti ini. Mata yang tadi terpejam, kini ia buka dan pusatkan hanya pada Grace. Marvel mata dengan warna sama itu saling menatap dalam, " Ti voglio bene," bisik Marvel dengan suara rendahnya.Grace dibuat mengerjap, kalimat yang sama kembali Marvel bisikkan, setiap hari Grace selalu bertanya-tanya artinya apa. Marvel tak pernah lupa mengucapkan kalimat itu untuknya setiap hari, dan sampai hari ini Grace masih belum tau artinya apa."Artinya?" tanya Grace.Marvel tersenyum kecil, Grace kira ia akan kembali tidak mendapatkan jawaban, tapi nyatanya pemikirannya salah, karena setelahnya, Marvel kembali berbisik yang membuatnya membelalakkan mata dengan jantung berdisko ria, "saya cinta kamu."***
Tapi tahu-tahu Calantas sudah memutuskannya duluan tiga hari kemudian dengan wajah babak belur dan raut tidak rekannya. Wajah Marvel langsung mengeruh, "saya nggak suka ya, kamu ingat-ingat cowok bau kencur itu!" peringat Marvel dengan tatapan tajamnya.Grace menghela napas, "iya, nggak lagi. Tapi jawab dulu pertanyaanaku," tuntut Grace yang terdengar begitu menyebalkan di telinga Marvel."lya," jawabnya malas, kepalanya kembali ia rebahkan di dada Grace.Grace melongo tak habis pikir, sebenarnya apa saja yang sudah Grace lakukan di belakangnya selama ini."Kak," panggil Grace lagi. Marvel hanya bergumam sebagai jawaban."Bilang apa aja yang udah Kakak lakuin yang berhubungan dengan aku tanpa sepengetahuanku selama ini," tuntut Grace kali ini terdengar benar-benar serius.Marvel kembali mengangkat kepalanya, "nggak bisa besok, ya?" nego Marvel yang sudah begitu mengantuk.Grace menggeleng. Marvel di buat menghela napas melihat gelengan tega
Setelah matanya mengelilingi segala penjuru kamar, tetap saja keberadaan jam tidak ia temukan. Grace mengusap wajahnya, dengan malas-malasan ia bangun dari tempat tidur. Di raihnya jepitan rambut yang malam tadi ia letakkan di nakas, dengan asal ia menjepit rambutnya. Kakinya mulai bergerak menuju pintu, saat pintu itu terbuka hingga menimbulkan sedikit suara. Marvel yang semalaman memang menunggu hingga tertidur di dinding samping pintu terbangun. Penglihatannya yang masih buram mampu menangkap Grace yang kini menatapnya tanpa berkedip."Grace," panggilnya serak dengan senyuman kecil di bibirnya.Grace mengerjap, "Kakak ngapain di situ?" tanyanya lirih.Marvel berusaha bangun dari dinginnya lantai, ia memandang Grace lembut dengan senyum kecilnya, "nungguin kamu."Bibir Grace melengkung ke bawah, diterjangnya Marvel dengan pelukan erat hingga membuat Marvel mundur beberapa langkah."Kenapa harus nungguin di situ?" tanya Grace dengan suara serak karena mul
Dilepaskannya pelukan tersebut dan ia langsung saja melenggang pergi menuju meja makan.Grace menggeleng kecil, ada-ada saja kelakuan suaminya itu. Marvel yang baru saja mendudukkan diri di kursinya di buat mengerutkan kening ketika mendengar suara bel. Marvel beranjak dari kursinya menuju pintu utama, siapa gerangan orang yang bertamu di pagi-pagi buta seperti ini? Minta sumbangankah? Atau menitipkan bayi? Marvel membuka pintu, wajahnya langsung berubah datar ketika melihat tamunya di pagi hari begini. Lebih buruk dari dugaannya."Selamat pagi, Saudara!" sapa Bryan ceria, ia nyelonong begitu saja setelah mengucapkan salam. Di belakangnya, Gio mengikuti dengan gaya cool-nya."Masuk Bang, udah nggak ada siapa-siapa lagi," ucapnya yang sudah seperti tuan rumah.Marvel menghela napas. Dasarnya pabrikannya sama mau di luar terlihat seperti air dan minyak sekalipun, tetap saja akan selalu ada kesamaan dari kedua saudara tersebut. Sama-sama menyebalkan, bedanya tingk
"Tante, kumohon jangan, Tan. Aku belum siap!"Terdengar suara teriakan dari pintu belakang club dan juga suara kebisingan musik disco yang sangat menggelegar. Memekakkan telinga. Tetapi, banyak manusia yang menyukainya.Buktinya, perempuan berpakaian minim setengah telanjang tengah memamerkan bentuk tubuhnya dan juga wajahnya yang benar-benar menggoda iman pria yang berada di dalam clubini.Musik, tarian erotis, minuman berbau menyengat yang disukai mereka di sini, asap rokok dan masih banyak lagi.Seorang wanita berusia 35 tahun yang mengenakan dress di bawah lutut dengan atasan yang terbuka tengah menarik tubuh mungil gadis yang berumur 21 tahun.Apa? 21 tahun? Ya, gadis itu dulu bertanya padanya bagaimana cara menghasilkan uang, karena orangtuanya tak sanggup membayar biaya sekolah yang menunggak 7 bulan lamanya.Sangat mengenaskan.Tapi, tak mengurung niat wanita itu untuk terus menyeret gadis yang memberontak itu ke meja di mana pria dan wanita tengah duduk di sofa sambil bermain
Marvel menatap Grace dengan dalam. Jika dilihat dari dekat, Grace memanglah cantik. Cantik sekali. Bahkan mata pria itu tak berkedip beberapa detik yang lalu.Keindahan kulit wajah dan bola mata milik Grace seakan menghipnotis Marvel agar menatap gadis di bawahnya lebih lama."Apa saya bisa untuk mulai menyicipi kamu, Grace?"Bola mata Grace membulat, bagaimana bisa Marvel mengetahui namanya? Padahal mereka belum saja berkenalan atau bahkan berjabatan tangan.Pria ini sangat misterius, apakah dia paranormal? Pikir Grace seraya mengusap jari tangannya dengan ibu jari yang ditahan Marvel.Grace sungguh gugup sekali sekarang, ia belum pernah melakukannya dan ia bahkan tak menonton tutorial cara berciuman dengan pasangan dengan benar.'Tunggu, kenapa aku malah memikirkan diriku sendiri?' batin Grace. Sementara Marvel menunggu persetujuan dari gadisnya.Ralat, gadis itu. Gadis yang ia tindih di bawahnya. Benar-benar fantasinya selama ia berada di kamar mandi beberapa waktu lalu.Ya, Marvel
Grace yang mendapat ketukan pintu saat ia kembali memasang dressnya dengan benar, dia membuka pintu dan terlihat seorang bodyguard Marvel memberikan paperbag padanya."Ini pesanan Tuan Muda untuk Anda, Nona.""Saya Pak Yudi," katanya lagi seraya memperkenalkan diri pada Grace.Sejenak Grace berpikir bahwa pria bertubuh besar ini tadilah yang menyetir mobil. Grace menganggukkan kepala lalu menerima paperbag itu dan kembali menutup pintu kamar.Sebelum Marvel keluar dari kamar mandi, Grace dengan tergesa-gesa memakai baju kaos dan celana training yang baru saja dibeli oleh bodyguard Marvel. Tak lupa dia memasukkan dressnya ke paperbag itu dan merapikan rambutnya. Grace mengikat rambut yang panjang dan ia kembali duduk di ranjang.Hujan belum reda, apakah hujan ini akan reda hingga subuh?Ting!1 pesan masuk dari ponsel Grace.Bunda[Kamu di mana, Sayang? Jam berapa akan pulang?]Ibu Grace mengirim pesan pada anak perempuannya karena malam ini sudah menunjukkan pukul 22.12 WIB.[Sebentar
***"Tapi, itu tak gratis. Kau harus membayarnya."Mendengar penuturan Marvel, seketika senyuman yang terukir di bibirnya yang mungil pudar. Bagaimana ia harus membayarnya? Ponsel ini sangat mahal, dan ia membalikkan kotak ponsel itu. Melihat harga ponsel tersebut.21 juta rupiah.Grace gugup, ia harus bagaimana? Bagaimana cara membayar uang sebanyak itu? Apakah ia harus mengembalikan uang milik Marvel padanya?"Maaf, aku akan membalikkan ponsel ini padamu."Grace meletakkan kotak ponsel itu di atas dashboard mobil Marvel. Seketika wajah Marvel jadi muram dan ia merasa marah karena Grace menolak pemberiannya.Marvel menghela napasnya dengan kasar lalu meremas stir mobil. Melihat urat-urat di tangan kekar Marvel, ia ketakutan. Apakah nasibnya akan sama dengan stir mobil itu?Grace dengan sembunyi membuka pintu mobil itu. Tetapi tak bisa. Melihat gelagat Grace yang ingin kabur secara diam-diam diketahui Marvel.Seketika Marvel tersenyum smirk. Ia tahu jika Grace akan keluar dari mobilny