"Kak," panggil Grace sambil mencoba mendorong bahu Marvel.
Tak ada pergerakan, "gini aja, saya nyaman," gumam Marvel mengeratkan pelukannya."Duduk dulu, masa berdiri terus," heran Grace.Marvel menjauhkan kepalanya dari leher Grace, menatap istri mungilnya yang hanya sebatas dadanya. Dengan sekali gerakan, Grace sudah berada dalam gendongan koalanya. Grace terpekik kaget, Marvel terlalu tiba-tiba. Marvel mengacuhkan keterkejutan Grace, langkah besarnya membawanya bersama Grace menuju kursi kebesarannya. Marvel mendudukkan diri, dengan Grace di pangkuannya. Grace tentu saja makin membulatkan mata terkejut."Kak, nanti ada yang liat," cicit Grace ingin menurunkan dirinya.Marvel menahan, mengecup singkat pipi tembem Grace, "nggak akan ada," ucapnya tenang. Melanjutkan kembali pekerjaannya yangsempat tertunda."Ih, nanti ada yang masuk. Turunin ..." rengek Grace, Marvel hanyaabai, membuat Grace mencebik.Jika sudah berkeinginan, maka tida"Nggak tuh! Kalau nggak mau jawab ya udah!" lesal Grace, duduknya tak lagi menghadap Marvel. Dengan dongkol Grace menghitungi jumlah motor yang mereka lewati dari balik jendela. Marvel terkekeh, "nggak usah merajuk gitu," godanya dengan tangan sudah mengelus rambut Grace.Namun kepala itu dengan cepat menghindar. Karena Grace yang terus diam tanpa kau memandangnya, akhirnya Marvel menyerah menjahili Grace."Dia suka sama saya, dan nggak terima kalau saya sudah beristri," jelas Marvel akhirnya.Grace yang mendengar makin masam saja wajahnya."Kenapa nggak terima?" tanya Grace berupa gumaman, namun pendengaran tajam Marvel mampu mendengarnya."Karena istri saya lebih cantik, lebih baik, dan lebih segalanya dibanding dia."Wajah Grace langsung memanas mendengarnya, pipinya memerah hingga ke leher dan telinga."Apa sih Kak? Gombal terus dari pagi tadi perasaan." Grace pura-pura acuh, ia memalingkan wajah menghadap jendela tak ingin ketahuan tengah sala
"Kak." Suara Grace teredam karena wajahnya dibenamkan Marvel pada dada bidang suaminya tersebut.Marvel tak menyahut, ia malah membawa Grace masuk begitu saja ke dalam rumah dengan posisi kepala Grace masih terbenam di dadaMarvel. Jadinya ya begitu, jalan mereka terlihat aneh, terutama Grace."Woy! Marvel laknat! Gue mau peluk Adek gue!" teriak Bryan, laki-laki yang kini melangkah mengejar Marvel dengan jengkel."Lo tuh ya, ganggu ... mulu momen gue sama Grace dari jaman seuprit sampai segede ini," keluh Bryan sambil mencoba meraih Grace, namun Marvel lebih sigap menyembunyikannya.Marvel tak membalas, tak ingin peduli dan lebih memilih menuju asal suara ramai berasal, dan itu dapur."Kak, pengep ini," keluh Grace sebal, yang akhirnya membuat Marvel membebaskannya juga tapi dengan tangan beralih merangkulnya.Bryan hanya bisa mencibir dari belakang, melihat sifat posesif Marvel yang sudah ada sejak zaman masih menjadi zigot. Namun setiap kali meng
Dengan bantuan satpam untuk membuka pintu, Marvel membawa Grace masuk dan menaiki anak tangga, cukup menguras tenaga, karena istri kecilnya ini tambah berisi sejak menjadi istrinya. Tidak papa, Marvel malah senang, itu artinya Grace bahagia dan sejahtera hidup dengannya. Dan jujur, Marvel sering kali merasa gemas hingga ingin menggigit pipi gembul istrinya yang makin menggemaskan setiap harinya. Baiklah, sadarkan Marvel karena ia hampir khilaf menggigit pipi Grace yang menggemoykan. Baru saja Marvel berhasil menaruh Grace di atas kasur, dering ponselnya membuatnya urung untuk menyelimuti Grace. Dari Jeol, dahi Marvel sempat berkerut begitu membaca nama orang yang menelponnya. Segera saja ia angkat."Ha-"Jeol sudah menyahut duluan sebelum Marvel sempat menyelesaikan sapaannya. Tangan Marvel terkepal, dan rahangnya langsung mengeras mendengar kalimat per kalimat yang Jeol sampaikan. Langsung saja, sambungan telepon dia tutup dan memasukkannya ke dalam saku celana dengan ter
"Ke kantor Kakak ya Pak," ucap Grace setelah mendudukkan diri di kursi belakang"Baik, Non."Mobil mulai melaju menuju kantor Marvel. Dan Grace tak henti-hentinya cemas sedari tadi. Setibanya di sana, Grace bisa melihat para karyawan yang tengah sibuk-sibuknya, beberapa yang melihatnya menyapanya, dan Grace hanya membalas dengan senyum kecilnya. Langkah cepatnya membawanya lekas ke ruangan Marvel, di depan pintu yang kokoh itu Nara menarik nafas dalam. Di ketuknya tiga kali barulah ia masuk."Sayang?" heran Marvel melihat keberadaan istrinya di kantornya.Tak hanya Marvel yang memandang heran, tapi juga Bryan, Jhunmar-Ayahnya, dan juga Ayahnya Marvel."Kamu kok di sini? Kuliahnya udah selesai?" tanya Marvel sambil berjalan menghampiri Grace.Melihat Grace yang berada di hadapannya dengan tampilan yang tidak rapi, serta kantung mata yang bersarang di bawah matanya, langsung saja Grace menubruk tubuh atletis Marvel."Aku khawatir sama Kakak," bisik G
Grace tersenyum kagum begitu melihat dekorasi restoran yang kini ia dan Marvel jadikan tempat dinner. Sangat indah, apalagi dengannuansa malam dan bintang yang bertaburan. Belum lagi sebaran kelopak mawar dan lilin yang mengiringi setiap langkahnya menuju meja makan. Grace terkesima, semuanya terlihat begitu indah dan sangat cocok dengan gaunnya yang berwarna merah. Apalagi yang menjadi pasangan dinner-nya begitu tampan, Grace benar-benar dimanjakan dengan semua keindahan ini. Entah berapa uang yang Marvel habiskan untuk semua ini, yang jelas satu restoran bintang lima ini sudah Marvel reservasi khusus untuknya dan Grace dinner."Silahkan duduk, My Wife," ucap Marvel sambil menarikkan kursi untuk Grace duduki Grace tersenyum manis, ia duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Marvel.Meja yang menjadi pembatas mereka begitu elegan, hidung Grace begitu di manjakan saat mencium aroma lilin yang menguap. Tak lama kemudian, para pelayan datang membawakan berbagai ma
Usai mencium Grace dengan mesranya tanpa perduli akan kehadiran sepasang manusia yang sedari tadi menghibur mereka, Marvel kembali berulah dengan menempelkan keningnya pada kening Grace. Embusan napas mereka saling menerpa wajah masing-masing, Marvel suka saat-saat seperti ini. Mata yang tadi terpejam, kini ia buka dan pusatkan hanya pada Grace. Marvel mata dengan warna sama itu saling menatap dalam, " Ti voglio bene," bisik Marvel dengan suara rendahnya.Grace dibuat mengerjap, kalimat yang sama kembali Marvel bisikkan, setiap hari Grace selalu bertanya-tanya artinya apa. Marvel tak pernah lupa mengucapkan kalimat itu untuknya setiap hari, dan sampai hari ini Grace masih belum tau artinya apa."Artinya?" tanya Grace.Marvel tersenyum kecil, Grace kira ia akan kembali tidak mendapatkan jawaban, tapi nyatanya pemikirannya salah, karena setelahnya, Marvel kembali berbisik yang membuatnya membelalakkan mata dengan jantung berdisko ria, "saya cinta kamu."***
Tapi tahu-tahu Calantas sudah memutuskannya duluan tiga hari kemudian dengan wajah babak belur dan raut tidak rekannya. Wajah Marvel langsung mengeruh, "saya nggak suka ya, kamu ingat-ingat cowok bau kencur itu!" peringat Marvel dengan tatapan tajamnya.Grace menghela napas, "iya, nggak lagi. Tapi jawab dulu pertanyaanaku," tuntut Grace yang terdengar begitu menyebalkan di telinga Marvel."lya," jawabnya malas, kepalanya kembali ia rebahkan di dada Grace.Grace melongo tak habis pikir, sebenarnya apa saja yang sudah Grace lakukan di belakangnya selama ini."Kak," panggil Grace lagi. Marvel hanya bergumam sebagai jawaban."Bilang apa aja yang udah Kakak lakuin yang berhubungan dengan aku tanpa sepengetahuanku selama ini," tuntut Grace kali ini terdengar benar-benar serius.Marvel kembali mengangkat kepalanya, "nggak bisa besok, ya?" nego Marvel yang sudah begitu mengantuk.Grace menggeleng. Marvel di buat menghela napas melihat gelengan tega
Setelah matanya mengelilingi segala penjuru kamar, tetap saja keberadaan jam tidak ia temukan. Grace mengusap wajahnya, dengan malas-malasan ia bangun dari tempat tidur. Di raihnya jepitan rambut yang malam tadi ia letakkan di nakas, dengan asal ia menjepit rambutnya. Kakinya mulai bergerak menuju pintu, saat pintu itu terbuka hingga menimbulkan sedikit suara. Marvel yang semalaman memang menunggu hingga tertidur di dinding samping pintu terbangun. Penglihatannya yang masih buram mampu menangkap Grace yang kini menatapnya tanpa berkedip."Grace," panggilnya serak dengan senyuman kecil di bibirnya.Grace mengerjap, "Kakak ngapain di situ?" tanyanya lirih.Marvel berusaha bangun dari dinginnya lantai, ia memandang Grace lembut dengan senyum kecilnya, "nungguin kamu."Bibir Grace melengkung ke bawah, diterjangnya Marvel dengan pelukan erat hingga membuat Marvel mundur beberapa langkah."Kenapa harus nungguin di situ?" tanya Grace dengan suara serak karena mul