Dengan semangat Dean menghubungi Richie Geraldo. Menurutnya ini waktu yang tepat saat subuh di Jakarta, tapi malam di New York. Yaa… Richie bersama kedua anak dan istrinya tinggal di New York.“Hallo Dean,” sapa Richie.“Hallo Richie. Terima kasih yaa semua fasilitas yang kamu berikan selama aku di Jakarta,” ucap Dean.“Namanya pertemanan itu sudah seharusnya saling membantu Bro.”“Aku padamu, Bro.”Dean dan Richie berbasa-basi sebentar tentang segala hal. Richie juga menceritakan dia lagi bahagia istrinya kembali hamil anak ke-3. Dia berharap anak ketiga perempuan setelah anak pertama dan kedua laki-laki. Pusing dia menghadapi anak laki-laki yang suka bertengkar.Mendengar Richie bercerita tentang anak membuat Dean merasa sedih. Seandainya Keira tidak keguguran tentu saja dia juga akan memiliki seorang anak. Rasa di hatinya begitu sakit mengingat semuanya.“Richie, apa aku bisa minta tolong sesuatu ke kamu,” ujar Dean memulai pembicaraan tentang masalahnya.“Selama aku bisa membantu
Dering ponselnya berbunyi dan lagi-lagi dari Dean. Ettan jadi curiga jangan-jangan Dean dibalik semua masalah yang dihadapinya sekarang. Dia ragu untuk mengangkat telepon, tapi juga penasaran.“Angkat atau ga yaa,” ujarnya ragu.Dari pada dia semakin penasaran akhirnya memutuskan untuk mengangkat telepon dari Dean.“Jangan telepon aku terus!” bentak Ettan begitu mengangkat telepon dari Dean.“Woi… sabar kali Tuan Ettan yang terhormat. Jangan suka teriak-teriak nanti urat sarafmu bisa putus, haha.”Ettan mendengus kesal mendengar kata-kata Dean. “Bagaimana Ettan dengan kasusnya apakah sudah mempengaruhi nilai saham Luca Entertaiment?” tanya Dean santai.Mendengar kata saham membuat Ettan melonjak kaget. Dia terlalu fokus untuk mengatasi semua masalah di bagian media, tapi lupa dengan perkembangan saham. Bisa-bisa anjlok nilai sahamnya jika dia tidak segera menyelesaikan semua permasalahan yang ada.“Bagaimana dengan perusahaan-perusahaan lain yang bekerjasama dengan Luca Entertaiment.
Dean tersenyum puas tidak percuma dia menggunakan uang hampir 1 milyar demi mendapatkan informasi dari Devi. Terkadang sekretaris bahkan orang terdekat adalah musuh yang bersembunyi dalam kedok kepercayaan.“Sebentar lagi aku akan menemui Ettan dan pasti orang itu akan memohon-mohon untuk dibantu. Saatnya Keira tahu siapa sebenarnya Ettan. Yang dikiranya malaikat tak ubah sama seperti Iblis,” ucap Dean tersenyum puas.Kris menghubungi Dean memberitahukan kalau Ettan membawa-bawa nama Dean sebagai dalang semua masalah yang dihadapinya. Dean hanya santai menghadapinya dia yakin semua tuduhan yang dialamatkan padanya akan dengan mudah diserang balik.Dean yang seorang pengacara atau advokat juga tidak bisa dituntut ada dalam jika menjalankan profesinya, advokat tidak dapat dituntut secara pidana maupun perdata. Hak imunitas advokat termaktub jelas dalam ketentuan Pasal 16 UU No.18 Tahun 2003 tentang Advokat yang belakangan diperluas oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Akan tetapi bisa juga di
Keira memikirkan semua yang dikatakan Dean dan Vio. Jika benar semua masalah yang terjadi dalam hidupnya merupakan perbuatan Ettan berarti selama ini pria yang dianggapnya sebagai sahabat merupakan orang yang paling bersalah dalam hidupnya.“Aku ingin bertemu dengan Ettan,” ujar Keira.Dean bersorak gembira dalam hatinya. Tanpa dia menyuruh Keira untuk bertemu Ettan malah istrinya yang ingin bertemu laki-laki sialan itu.“Kamu lagi sakit Kei. Jangan banyak bergerak dulu.” Cegah Dean. Dia sangat mengetahui sifat Keira. Jika semakin dilarang wanita itu akan semakin penasaran.“Kenapa melarang aku? Apa kamu takut kalau Ettan malah mengatakan hal yang sebenarnya tentang hubungan kalian?” tanya Keira kesal.“Yaa sudah jika itu memang keinginanmu. Aku hanya melarang demi kebaikanmu saja bukan hal lain. Kamu aja harus banyak istirahat,” ujar Dean lembut.“Aku ga peduli. Aku lelah jika harus dibohongi terus.”“Siapa yang membohongimu. Kamu nya saja yang tidak mau mempercayai.”Keira menatap D
Seorang pria berpenampilan setelan jas rapi berjalan tergesa-gesa menuju rumah sakit. Dia adalah Kris dengan raut wajah gusar tidak memperdulikan siapapun melihatnya aneh bahkan ada yang tersenggol olehnya dia tidak dihiraukannya yang penting harus segera menuju ruang rawat tempat istri atasannya berada.“Aku minta maaf Keira. Aku sebenarnya melakukan kesalahan yang benar - benar ku sesali seumur hidupku kalau aku pernah dengan Vio melakukan —”“Maaf Pak, saya mau memberikan kabar,” ujar Kris langsung membuka pintu kamar rawat Keira.Dean menatap Kris dengan kesal bahkan sangat kesal. Asisten baru nya ini malah mengganggu.“Ada apa?” tanya Dean.“Kris… apa kamu, Kris Adinata?” tanya Keira terkejut melihat Kris.“Eh, apa kamu si senggol bacok Keira Mawar berduri?” tanya Kris mendekati Keira.“Yaa ampun Kris apa kabar Jeng?” ujar Keira dengan suara riang gembira.“Astaga mawar berduri ku yang cantik. Aduh aku seneng banget deh bisa ketemu kamu lagi. Kabar aku tuh baik-baik aja loh,” uca
Kris melirik ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada yang mendengarkan mereka.“Ada apa dengan Ettan Lucas, Kris?” tanya Dean dengan suara tegas.“Ettan Lucas mati Pak,” ujar Kris berbisik.“Apa! Ettan mati?” teriak Dean tidak percaya.“Aduuh Pak jangan keras-keras.” Kris berbicara berbisik dan dengan spontan menutup bibir Dean dengan sebelah tangannya.Dean dengan kesal menghempaskan tangan Kris.“Kamu dasar kurang ajar! Iih gila tanganmu bau banget!” Dean membentak tapi dengan berbisik juga.“Maaf Pak. Masa sih bau,” bisik Kris sambil mencium tangannya.“Ooh ini bau terasi Pak. Tadi saya makan sambal terasi pak.”“Kita ke kantor polisi sekarang,” ajak Dean.“Baik Pak.”Walau sebenarnya Dean bersyukur Ettan mati, tapi dia juga merasa ada yang aneh. Tidak mungkin Ettan bisa mati dengan begitu mudah. Pasti ada sesuatu di balik kematian Ettan.“Bagaimana Ettan mati?” tanya Dean penasaran pada Kris.“Dari desas-desus yang saya dengar Ettan Lucas mati bunuh diri Pak,” ucap Kris.“Mati b
Di sebuah rumah mewah bergaya Eropa dengan pilar-pilar menjulang tinggi sedang sibuk menyiapkan acara pemakaman. Sang pemilik rumah sedang berlatih di depan cermin wajah berduka di dampingi seorang wanita muda yang mengenakan gaun hitam berpotongan da.da rendah memperlihatkan asetnya untuk dipandang setiap orang.“Sudahlah Sayang. Kamu ga usah sok sedih begitu,” ujar Vanessa kekasih Lucas.“Kamu ini gimana sih. Aku itu harus terlihat sedih, masa anak sendiri mati aku malah bahagia,” ucap Lucas kesal.“Lah gimana kamu bisa sedih kalau kamu yang menyuruh orang untuk membunuh anakmu sendiri. Sudahlah jangan sok menjadi korban deh,” ejek Vanessa jengah.“Vanessa! Kamu bisa diam atau aku akan memotong lidahmu,” ancam Lucas menatap Vanessa tajam. Ingin sekali dia menyiksa wanita seksi tersebut.Vanessa hanya bisa menelan salivanya. Dia tahu kekejaman Lucas. Anak kandungnya sendiri saja dibunuhnya apa lagi cuman dia yang wanita simpanan Lucas.“Ma–maafkan aku, Sayang. Maaf aku ga akan pernah
Dean hanya menatap Vanessa. Haruskah dia membalas uluran tangan wanita yang ada di hadapannya? Kris menyenggol tangan Dean. Membuat Dean tersadar kalau Vanessa masih mengulurkan tangannya menggantung di udara.Dean pun membalas uluran tangan Vanessa lalu berkata, “maafkan saya membuat wanita seanggun anda menunggu Nona…”“Vanessa panggil saja Vanes,” ucap Vanessa malu-malu.“Ooh iya Nona Vanes. Saya, Dean Angelo.”Dean sangat muak menatap Vanessa. Wanita itu seperti ulat bulu kegatelan sendiri. Kris tahu kalau Dean tidak menyukai Vanessa malah senyam-senyum sendiri. Mau bagaimana lagi sekarang hanya Vanessa yang bisa diandalkannya. Kris berharap semoga wanita cantik tersebut bisa dengan mudah masuk perangkap.“Boleh saya minta nomor ponselnya?” tanya Vanessa.“Oh tentu saja.” Dean menyebutkan nomor ponsel Kris.Dengan cepat Vanessa memasukan nomor Dean diponselnya dan langsung menghubungi nomor tersebut. Dean tidak menyangka Vanessa akan melakukan hal tersebut menjadi terkejut.“Kok