Alena menoleh kepada Bagus yang ada di belakangnya bersama dengan Japar.
"Bagus bersiap membantu tapi jangan lupa Japar harus selalu di samping kamu," Alena berkata kepada Bagus
"Iya, aku akan selalu siap membantu," jawab Bagus sambil menganggukan kepalanya matanya sekilas melirik Japar yang bingung.
"Bagaimana kalau kita tidak selamat?" tanya Japarpenuh ketakutan.
"Maka selamanya kita akan berkubur di dalam alam ini," jawab Bagus sambil menyeringai kepada Japar.
Mendengar Jawaban Bagus membuat Japar semakin ketakutan, perlahan Makhluk tinggi besar berwarna hijau di hadapan mereka mulai bergerak. Melihat makhluk itu bergerak Japar semakin merasakan ketakutan dia makin mengkeretkan badannya di samping Bagus.
"Hoooaaammm.... Aku mencium bau bidadari dan Jin yang membuat tidurku terganggu," makhluk itu bangkit dengan bad
Alena yang sedang santai tiba-tiba kaget begitu bagus dengan kekuatan jinnya tiba-tiba muncul di samping Alena dengan membawa kertas fotocopy yang sangat tebal."Apa yang kamu bawa?" tanya Alena yang kebingungan melihat tingkah Bagus."Ini kasus pemerkosaan yang menghebohkan di koran kemarin," jawab Bagus santai."Untuk apa? dan kamu dapat dari mana?" tanya Alena lagi dengan bingung."Tadi aku menemui Kapten Japar, aku bilang kamu menyuruhku bertanya mengenai kasus ini, makanya dia memberiku fotocopian mengenai kasus ini supaya di berikan kepada kamu," Jawab Bagus dengan enteng.Alena geleng-geleng melihat kelakuan yang Bagus tunjukkan."Dasar jin sontoloyo," Geram Alena melihat kelakuan Bagus.Namun gerakan tangannya yang ingin menjitak kepala Bagus dia hentikan karena melihat keseriusan Bagus meneliti halaman demi halaman tentang lapora
Melihat tangan besar itu muncul Alena segera meloncat mundur menjauh dari jangkauannya. Suara gemboran marah juga tidak dia perdulikan dia hanya menatap tajam menuju gerbang itu yang akhirnya hilang secara sempurna. Walaupun gerbang itu sudah hilang secara sempurna dari pandangan matanya namun Alena tetap berdiri di sana. "Kenapa kulitnya berbeda, suaranya juga berbeda sementara gerbang itu aku yakin merupakan gerbang kerajaan yang dia punya atau... ahhh sudahlah," batin Alena. Kemudian dia mengajak Bagus kembali ke mobil, melihat Alena hanya berdiam Bagus tidak bertanya apapun dia tahu kelakuan majika bidadarinya ini, dengan cepat Bagus langsung duduk di kursi sopir. "Kenapa bengong non?" tanya Bagus sambil mengemudikan mobil. "Tidak apa-apa aku hanya memikirkan gerbang sembilan langit," Jawab Alena singkat. "
Mendengar suara keras dari pintu Alena berjalan menuju pintu kamar dan mengintip di luar pintu.Kelihatan di pintu Bagus berdiri tegang sambil menendang-nendang pintu kamar tempat Alena berada."Ada apa malam-malam menggedor-gedor pintu kamar?" tanya Alena sambil melotot melihat kelakuan jin itu."Ada keanehan yang terjadi," Bagus menjawab dengan rasa tegang."Masak jadi jin penakut amat," Omel Alena kepada Bagus."Tapi non, ini benar-benar aneh," Jawab Bagus masih tegang"Temui aku di ruang tamu, tapi bikin kopi dulu," Jawab Alena santai sambil melangkah menuju ruang tamu.Bagus yang selesai membuat kopi berjalan terburu-buru menuju ruang tamu sambil tangannya menenteng kopi yang dia buat."Kenapa kau datang dengan raut muka tegang seperti itu?" Alena bertanya begitu Bagus datang meletakan gelas kopi di atas meja.
Mendengar bentakan menggelegar itu Alena langsung melompat mundur bersiaga. Di hadapan Alena kini berdiri makhluk tinggi besar wajahnya sama persis dengan Raja Negeri GendingSelaka namun yang berbeda hanya pada kulitnya.Jika warna kulit Raja Negeri Gending Selaka berwarna kuning namun sosok yang berdiri di hadapan Alena sekarang ini berwarna putih agak pucat.Melihat sosok di depannya Alena tersenyum menyeringai namun tatapan matanya tetap tajam mengarah ke sosok di hadapannya."Buyut Cendana walaupun kamu sudah dinkurung penjara sekian lama namun kamu belum juga sadar, seharusnya dewa yang dulu menangkapmu langsung membunuhmu atau menyeret kamu ke penjarah dewa bukan di kembalikan ke Negeri Gending Selaka," Alena berkata santai kepada Makhluk itu."Hahaha.... Dewa yang dahulu mengalahkanku itu karena keberuntungan, walaupun kamu berasal dari alam dewa jangan harap bisa mengalahkanku s
"Apakah non bidadari yakin dengan apa yang non lihat?" tanya Bagus Kepada Alena ketika sore hari Alena menceritakan yang dia lihat kepada Bagus."Aku sangat yakin dan sudah dua kali aku merasakan energi yang tersimpan di badannya, energi yang dia miliki adalah energi bidadari namun aku belum terlalu yakin sebab kekuatanku tidak bisa menembusnya," jawab Alena dengan serius."Apakah kamu menyadari sesuatu yang lain dari dalam tubuhnya?" Alena bertanya lagi kepada Bagus."Waduh non kalau dia mempunyai kekuatan bidadari sangat tidak mungkin kekuatan alam jin bisa menjangkaunya," Jawab Bagus sambil celingukan menggaruk kepalanya."Kalau begitu kita harus menyusun rencana supaya pemilik kekuatan bidadari itu bisa muncul" Alena berkata untuk kepada Bagus."Tapi bagaimana caranya non," Bagus balik bertanya dengan bingung."Nanti pasti ada jalannya" Jawab Alena penuh
Sekelebat bayangan putih keluar dari dalam danau itu dengan mata merah nampaknya Arwah yang menunggu danau itu seperti seorang perempuan.Begitu melesat ke atas danau dan posisi tubuhnya mengambang di atas air, Arwah itu langsung terbang dengan ganas menerjang Alena.Alena yang sudah maklum akan hal itu segera mengibaskan tangannya yang sudah berisi kekuatan berbentuk cambuk.Ctasss....Suara kekuatan Alena membentur udara membuat makhluk putih yang menyerangnya merasa terintimidasi.Setelah gema suara tersebut hilang di udara arwah itu tetap meneruskan terjangannya.Namun sebelum dia sampai ke dekat Alena kembali kekuatan berbentuk cambuk di tangan Alena membelit kaki makhluk itu.Begitu cambuk dari kekuatan di tangan Alena sudah membelit kaki makhluk itu, Alena langsung menyentak tangannya yang membuat makhluk itu terjatuh di depan kaki
Alena yang melihat tatapan mata Bagus dan Sutarjo tertuju kepadanya menjadi serba salah apalagi ketika memperhatikan pandangan mereka di sana seakan meminta penjelasan maksud dari perkataan Alena."Sebelum aku menjawabnya aku mau bertanya kepada Sutarjo selain guci yang dipajang di sini apakah ada guci lain yang di simpan di sini?" Alena bertanya sambil menatap kepada Sutarjo."Aku juga tidak tahu namun ada sebuah brankas kuno yang aku pindahkan ke sini dari rumah, brankas ini merupakan warisan turun temurun dari kakek buyut kami namun selama brankas ini diwariskan kepadaku aku sama sekali tidak pernah membukanya jadi aku tidak tahu apa isinya," jelas Sutarjo dengan polos."Apakah boleh kami membukanya?" tanya Alena kepada Sutarjo."Tidak masalah silakan di buka,"Sutarjo berkata sambil menuju ke pojokan ruangan, tangannya menyentuh sebuah tombol di sana begitu tombol itu di buka
"Siapa kira-ira yang menguntit kita kemarin?" Bagus bertanya kepada Alena saat mereka sedang sarapan."Aku juga belum tahu namun setiap melihat wajah orangnya aku seperti merasa sangat mengenalnya tapi belum dapat aku ketahui siapa wanita itu," jawab Alena sambil terus menikmati sarapannya."Apakah tidak ada kemungkinan kalau orang itu merupakan seorang yang non bidadari kenal?" tanya Bagus lagi."Aku juga belum bisa memastikannya walaupun kemungkinan itu selalu ada, karena sepanjang yang aku rasakan orang itu mempunyai kekuatan Bidadari tapi aku belum bisa memastikan siapa dia" Jelas Alena kepada Bagus.Mereka berdua cukup lama terdiam mengurai misteri yang selama ini menggelayuti mereka entah rahasia apa yang menanti mereka kedepannya.Ketika mereka sedang duduk menikmati sarapan tiba-tiba tanah yang mereka pijak bergetar hebat seakan mau merobohkan apa saja yang ada di atas du