Catrin keluar dari ruangan pasien dengan perasaan bersalah dan terus memaki dirinya sendiri yang sudah tidak profesional. Sedangkan Aditya juga merasa bersalah saat sikap Catrina telah berubah dingin padanya, seolah mereka tidak saling mengenali satu sama lain.
Seperti biasa, siang harinya Aditya berangkat ke perusahaan mikik ayahnya, saat dirinya sampai di lobi, dia melihat para pekerja kebersihan begitu sangat menghormatinya.
"selamat siang Tuan muda? maaf mengganggu, bagaimana keadaan Tuan pemimpin?" tanya seseorang pekerja kebersihan di lobi tersebut.
Aditya heran, "kenapa pegawai rendahan seperti ini berani bertanya tentang ayahku? apa ayahku seakrab itu dengan mereka? oh tidak mungkin, mana mungkin orang arogan yang bahkan putranya sendiri saja dia us
"Tuan besar juga bantu istri saya operasi sesar, tuan muda, saat itu gaji saya tidak cukup untuk membayar operasi tersebut, dia tiba-tiba datang ke toilet tempat saya bekerja dan memberi saya amplop untuk biaya operasi istri, sungguh kami para pekerja jelata sangat mengagumi beliau, untuk itu saat tahu beliau terkena musibah, kami sungguh prihatin, ikut bersedih, kami hanya bisa mendoakan beliau" ucap bapak petugas kebersihan itu lagi, terlihat ada linangan air mata yang jatuh di pipinya.Aditya ikut terharu, dia sekarang semakin bingung, "orang lain demi kamu hingga meneteskan air mata, sungguh aku tidak tahu sifat kamu sebenarnya tua bangka, aku tidak mengenalmu, kamu begitu baik dimata orang lain tapi di mataku kini kamu samar, aku juga jadi bingung, aku takut salah, karena sudah begitu membenciku, siapa kamu sebenarnya Tua bangka?" tanya Aditya dalam hati, dia terus mendesah, perasa
"Bodohnya aku, aku pikir itu John, ya Tuhan" desah Catrina, dia terus menyalahkan dirinya sendiri, dia tak menyangka ucapannya yang tidak pantas itu didengar oleh Aditya secara langsung, padahal Aditya sudah sangat baik padanya, terbukti kopi yang ada di atas meja tepat di hadapannya, untuk siapa lagi jika bukan untuknya.Sementara itu, Aditya yang berjalan menuju kamar ayahnya dirawat sangat kecewa setelah mendengar ucapan dari mulut Catrina, tetapi Aditya sadar mungkin Catrina sangat stres saat menjaga ayahnya yang tak kunjung terbangun dari komanya itu, Aditya marah tetapi dia selalu berpikir dengan kepala dingin, ucapannya tadi hanya karena marah sesaat, faktanya dia tidak mau jika harus melaporkan Catrina pada pemimpin rumah sakit tersebut.Aditya memasuki ruangan tempat ayahnya dirawat, terlihat kedua wanita yang di
Benar saja, saat Aditya berjalan turun dari penthousenya menuju lobi, terlihat Catrina sedang duduk di luar pintu masuk lobi apartemen miliknya. Tentu saja para petugas tidak berani memasukkannya karena alasan keamanan di apartemen tersebut sangatlah ketat. Catrina terlihat begitu mabuk berat, dia tidak sadar sudah tertidur di luar gedung bangunan orang lain, Aditya melihatnya dengan sangat iba. "Tuan, benarkah anda mengenalnya?" tanya salah seorang petugas keamanan gedung itu. "ya, sudahlah biar saya yang mengurusnya, terima kasih pak" jawab Aditya, kemudian dia memangku Catrina menuju ke penthousenya. Setelah sampai di atas, Aditya segera menidurkannya di kamar tamu yang dari awal pernah ditempati
Melihat Catrina yang kebingungan, Aditya pun segera meraih tangan perempuan itu agar duduk kembali."duduklah, aku ingin berbicara serius denganmu, tidak terjadi apa-apa semalam, aku tidak tertarik untuk melakukannya jika dengan perempuan yang sedang mabuk, karena bagi mereka itu hanya cinta semalam" ucap Aditya sambil melihat ke arah Catrina yang membelakangi dirinya."maafkan aku" ucap Catrina lirih."aku hanya berharap jika kamu mabuk datanglah kesini jangan ketempat lain, aku tidak tahu apa yang terjadi jika kamu pergi ke tempat lain, atau aku sarankan lebih baik kamu berhentilah minum jika tidak pernah sadar kamu ada dimana, itu sangat berbahaya, bukankah kamu seorang dokter?" tanya Aditya.
Sore harinya Aditya pulang ke rumah sakit terlebih dahulu, sudah menjadi rutinitasnya setiap hari semenjak kejadian bersama Benny, dia tidak diperbolehkan pergi kemanapun kecuali penthouse dan rumah sakit, jika dia bisa ke Bar itupun mencuri-curi waktu meskipun Aditya tahu kemanapun dia pergi, bodyguard suruhan Paman Yosef pasti selalu mengikutinya. ••••••• Di Cafetaria Rumah Sakit … Hari sudah malam, Catrina malam ini berjaga malam menggantikan Profesornya, seperti biasa John dan Samantha juga ikut bertugas malam itu. Mereka duduk bersama sambil meminum kopi agar ngantuk tidak menyerang mereka karena mereka diwajibkan untuk terus terjaga hingga pagi hari. Catrina tidak
"oh tentu tidak Dok, silahkan" jawab Nyonya Sandra lalu mempersilahkan dokter Catrina melakukan tugasnya.Aletta terbangun karena mendengar suara dokter Catrina dan Nyonya Sandra. Dengan perlahan dia mengangkat kepala putranya itu untuk kembali ditidurkan di atas sofa, tidak lupa menggantikan pahanya yang tadi dijadikan sandaran oleh Aditya dengan bantal, lalu berjalan menghampiri Nyonya Sandra dan dokter Catrina dengan perlahan karena takut membangunkan putranya yang sedang terlelap itu.Catrina mencuri-curi pandang melihat perlakuan Aletta pada Aditya yang sungguh manis itu, tetapi hatinya terasa terbakar api cemburu, dia tidak rela Aditya sedekat itu dengan Aletta."dasar tante genit" gerutu Catrina di dalam hati.
Aditya hanya mengangguk saat mendengar ucapan Paman Yosef, meskipun dia sedikit heran, jika ayahnya membuat sandi rahasia itu dengan tanggal lahirnya, paman Yosef yang melihat Aditya sedang merenung menyadari betul jika Aditya sedang memikirkan ayahnya."ayah anda mungkin bagi anda adalah orang yang jahat, tetapi saya, ibu anda, nyonya sandra bahkan semua yang mengenalnya tahu betul sifat ayah anda, dia tidak pernah melupakan hari tanggal anda, beliau selalu mengingat anda, ingatlah apa yang sebenarnya terjadi pada anda, memori anda, bukanlah sesuatu yang sebenarnya terjadi karena unsur kesengajaan, suatu saat nanti anda akan tahu yang sebenarnya" ucap paman Yosef.Kali ini Aditya tidak mendengus atau memaki ayahnya dengan sebutan si tua bangka lagi, dia terlihat diam dan merenung dengan bolpoin yang dia pegang, setelah m
"iy-iya Tuan, aku dan mbak Sandra benar-benar sudah seperti saudara, Tuan tidak perlu khawatir, aku senang bisa menjadi bagian dari kalian berdua" ucap Aletta terdengar sangat tulus dengan senyuman cantik menghiasi wajahnya yang memang sudah cantik itu, apalagi semenjak bersama Sandra, Aletta didandani dan memakai pakaian bagus setiap harinya, Alerta muda dan cantik itu telah kembali, awalnya dia begitu lusuh.Sandra juga ikut tersenyum saat melihat Aletta yang begitu tulus, dia sudah bertekad akan menganggap Aletta seperti adiknya sendiri, berhubung Aletta memang pada awalnya hidup sebatang kara, untuk itulah hingga dia mau dan terjebak dengan skandal perjanjian menikah dengan Fajar untuk hanya menghasilkan anak, tetapi karena kebaikan dan ketampanan Fajar, Aletta menjadi jatuh cinta pada lelaki itu, Sandra tahu sekarang status Aletta pun masih sebagai istri siri suaminya, tapi dia sud