Halo Sahabat-sahabat tercinta ... Silakan dibaca karya terbaru saya. Semoga suka, ya. Dan mohon dukungannya selalu untuk Ambar. 🥰🥰🥰
“Jangan sebut namaku dengan mulut busukmu itu. Dasar wanita kampung murahan! Aku tidak rela kamu menyebut namaku!” pekik Aletta sambil tangannya mengayun dan secepat kilat menampar Ambar.Kejadian yang berlangsung tidak sampai satu menit dan sangat mendadak itu, membuat para pelayan dan satpam yang masih ada di ruang tamu terkesiap. Mereka menatap Ambar nanar, merasa kasihan. Akan tetapi, dengan kenyataan Aletta adalah nona muda dari sisi keluarga ibu tiri Alvaro, juga memiliki reputasi sebagai model ternama, para pelayan tahu menyentuh Aletta sama dengan mencari masalah.Di sisi lain, Ambar masih membeku setelah ditampar oleh Aletta. Hanya ketika kesadarannya kembali barulah tangan gadis itu menyentuh pipinya, yang masih terasa perih dan panas. Dia mengangkat pandangan, lalu kembali menatap Aletta dengan saksama.“Nona Aletta, mohon tenang sesaat. Apa alasan Anda tiba-tiba datang dengan marah dan berakhir menampar saya?” Ambar berusaha tenang untuk meredam emosi Aletta. “Siapa kamu
“Baik, Nyonya Besar,” jawab Ambar santun.Setelah membungkuk hormat, Ambar meninggalkan ruang tamu dengan tenang. Tidak ada raut wajah jengkel kepada Bu Galuh atas perlakuannya itu. Pun kepada Aletta yang tersenyum mengejek kepadanya. Meski akan segera menikahi Alvaro, Ambar menyadari posisinya saat ini yang masih menjadi kepala rumah tangga di kediaman Alvaro. Jadi, tidak ada rasa tersinggung ketika dia diminta untuk menjalankan pekerjaannya. Tak lama kemudian, Ambar memasuki ruang tamu kembali. Tangannya membawa sebuah nampan yang di atasnya terletak dua buah gelas berisi minuman dan satu piring berisi kudapan. Saat menyajikan makanan dan minuman tersebut, Ambar mendengar Aletta sedang membanggakan diri di depan Bu Galuh. Nenek alvaro itu juga tampak ramah kepada gadis itu. Hal itu membuat Ambar merasa keduanya tidak ingin diganggu dan memutuskan untuk segera beranjak.“Kamu mau ke mana?” tanya Bu Galuh saat Ambar mau pergi. “Duduk,” titah Bu Galuh. Perintah itu membuat Ambar
Aletta berseru kaget. “Kak Alvaro!?”Alvaro mengabaikan sosok Aletta. Dia berjalan melewati gadis itu dan langsung melepaskan jasnya untuk kemudian disampirkan di tubuh Ambar yang basah.Dengan rengkuhan hangat dan hati-hati, Alvaro memeriksa keadaan Ambar dan bertanya, “Kamu baik-baik saja, Ambar?” Alis pria itu tertaut erat selagi ibu jarinya mengusap wajah Ambar yang basah.Perhatian, kelembutan, dan kekhawatiran pria tersebut membuat semua orang kaget, termasuk Ambar yang merasa sentuhan pria itu di wajahnya sangat intim. “Kenapa kalian diam saja melihat Ambar diperlakukan seperti ini?” bentak Alvaro kepada para pelayan yang berkerumun tak jauh darinya.Ambar menyentuh lengan Alvaro malu-malu. “Aku … baik-baik saja,” jawab Ambar pelan sambil mengusap lengan Alvaro. Gerakannya berhasil sedikit menenangkan Alvaro dan tidak melanjutkan memarahi para pelayan.Jujur, Ambar merasa sangat malu karena tertangkap basah berada di situasi seperti ini oleh Alvaro. Seharusnya, setelah bekerja
“Kenapa kaget?” tanya Bu Galuh dengan nada menuduh. Tak dipedulikannya kedua insan berlainan jenis yang duduk di dekatnya itu, mengalami syok akibat dari pertanyaannya. Mata Bu Galuh berpindah-pindah menatap Ambar dan Alvaro dengan tatapan menyelidik.“Jangan bilang kalian tidak berniat memiliki anak?”Setelah batuknya mereda, Alvaro memandang Ambar yang balik menatapnya. Terlihat jelas raut wajah gadis itu kebingungan cara yang tepat untuk menjawab pertanyaan neneknya Alvaro.Akhirnya, Alvaro berdeham. Dia menatap lekat Bu Galuh dan bertanya, “Dari pertanyaan Nenek … apa bisa aku ambil kesimpulan Nenek … merestui pernikahan kami?”Ambar mengalihkan pandangan kepada Bu Galuh yang menatap sang cucu lekat. Dia juga ingin tahu mengenai hal itu.Di luar dugaan, Bu Galuh memiringkan kepalanya dan menatap dua orang di hadapan dengan bingung. “Kenapa tidak? Apa kamu lebih setuju aku menyetujui usaha ibu tirimu itu untuk menikahkanmu dengan Aletta?” Bu Galuh balik bertanya.Alvaro tersentak.
“Jangan berpura-pura. Aku tahu kamu tidak mencintai cucuku. Mata tuaku ini sudah terlatih untuk menilai karakter seseorang.”Jantung Ambar berdebar keras mendengar ucapan Bu Galuh yang di luar dugaannya. ‘Apa … pernikahan sandiwara ini akan berakhir bahkan sebelum sempat dimulai?’ Dia menggigit bibirnya. ‘Tapi, kalau memang demikian, kenapa Bu Galuh dari tadi menyatakan persetujuan kepada kami berdua?’Sekilat kepanikan di wajah Ambar membuat Bu Galuh tersenyum kecil. “Jangan begitu takut,” ujarnya. “Aku tidak akan mencampuri urusan kalian. Aku sudah terlalu tua untuk itu.”Ucapan Bu Galuh membuat Ambar seketika mengerjapkan mata, sangat bingung. Di sisi lain, Bu Galuh menepuk punggung tangan Ambar.“Aku tahu kamu bukan wanita licik penuh siasat, melainkan seorang wanita yang bijaksana. Kentara dari caramu menangani Aletta,” ujar Bu Galuh dengan bangga.Spontan Ambar mengangkat wajahnya. ‘Jadi, sedari tadi Bu Galuh membiarkan Aletta bertindak semena-mena … adalah karena beliau ingin m
“Apa yang mau kamu lakukan?!” Dalam kepanikannya, Ambar mendorong Alvaro sekuat tenaga hingga pria itu terjatuh.“Ugh!” Lenguhan kesakitan terdengar dari sisi Alvaro. Pria itu menatap Ambar dengan mata melotot. “Apa masalahmu!? Kenapa malah mendorongku!?”Sadar dia mendorong tuannya sendiri, Ambar agak khawatir bercampur panik. Akan tetapi, dia masih merasa kesal karena semua salah Alvaro yang mendekatinya!“S-salahmu! Kenapa kamu mendekatiku seperti itu!?” Dengan tangan melindungi dadanya, Ambar memeringati Alvaro, “Ingat! Jangan berani kamu berbuat macam-macam! Kita belum menikah!”Alvaro ternganga. “Apa sih isi kepalamu?!” sergah pria itu. “Aku ingin mengobati luka di pipimu! Apa kamu tidak sadar pipimu melepuh karena minuman panas Aletta tadi!?” Ambar terbelalak tak percaya dengan ucapan Alvaro. Dia bergegas berdiri dan menuju cermin yang berada di kamar mandi pria tersebut.Sampai di depan cermin, barulah Ambar menyadari kebenaran ucapan Alvaro. Pipinya memang tidak sampai mel
Mendengar ucapan Siska, Aletta cepat bertanya, “Apa itu, Tante?” Suaranya jelas menunjukkan gadis itu mulai tertarik. “Biarkan Tante yang atur detailnya. Kamu tunggu instruksi dari Tante. Jangan berbuat nekat!” “Oke, aku percaya ke Tante Siska. Aku tunggu kabar Tante.” Suara Aletta terdengar semakin bersemangat. Dia pasti merasa ada lampu hijau untuk mewujudkan impiannya bersanding dengan Alvaro.Siska menatap layar ponsel yang berubah gelap setelah Aletta menutup pembicaraan mereka. Dia meremas ponselnya dan berkata dalam hati, ‘Sebelum melaksanakan rencana itu, aku harus temui Ibu dulu.’Ibu jelas merujuk kepada sang ibu mertua Siska, Bu Galuh.Siska merasa bahwa selama ini dia selalu menuruti apa kata Bu Galuh, tapi ternyata sampai akhir wanita itu tidak mendukung keputusannya untuk menjodohkan Aletta dan Alvaro. Demikian, sudah saatnya Siska tidak lagi patuh dan mengajukan protes kepada keputusan Bu Galuh, yang menyetujui pernikahan Alvaro dan Ambar!Ibu tiri alvaro itu keluar da
“Mau ke mana kamu malam-malam gini?” Sebuah suara menegur Siska yang baru saja keluar dari pintu kamarnya. Ternyata Bu Galuh diikuti beberapa orang keluarga tengah melewati kamar Siska. Rupanya setelah makan malam mereka ingin berpindah ke ruang santai yang berada di dekat kamar Siska. Ketika melihat penampilan Siska yang siap untuk bepergian, Bu Galuh pun menegurnya. Siska yang merasa kaget pun dengan gugup mencoba menjawab. “Saya ada keperluan penting dengan seorang teman.” “Memangnya sepenting apa sampai malam-malam mau ketemu? Lagi pula kita ada tamu, kenapa kamu sebagai tuan rumah malah meninggalkan mereka?” cerca Bu Galuh. Siska mendengus. “Kan Ibu yang tuan rumah, saya hanya sekretaris yang beruntung menikah dengan anggota keluarga ini.” Setelah itu, dia pun pergi melewati Bu Galuh dengan wajah angkuh.Bu Galuh mendengkus mendengar jawaban Siska, lalu mengabaikan kepergian wanita tersebut.Masuk ke mobilnya, Siska tidak langsung pergi. Dia menatap lurus ke arah pintu rumah